"Mau ya, Sa."
Lagi-lagi Alissa menggeleng dengan mata yang fokus pada novel yang dipegangnya.
"Alissa.." Sheira merengek seeperti anak kecil.
"Cha, Ichaaa." Sheira mulai memanggil Alissa dengan Icha, nama masa kecilnya.
Alissa yang mendengarnya pun langsung menatap tajam Sheira sebelum melanjutkan kegiatannya. Sungguh Alissa tidak suka dipanggil Icha. Dia bukan anak kecil lagi.
Sheira mendecakkan lidah sebal. "Ish. Lo kok gitu sih sama gue?"
Alissa masih bergeming di tempatnya tidak menghiraukan ucapan Sheira.
"Alissaaaa," Sheira mulai menggoyangkan lengan Alissa yang segera ditepisnya.
Sheira yang tidak tahan pun akhirnya merampas novel yang sedang dibaca Alissa.
"Lo dengerin gue nggak sih?"
"Stop gangguin gue, Shei. Lagipula mereka kan teman-teman lo. Tinggal kesana aja beres kan."
"Iya sih, tapi kan.."
Alissa memotong kalimat Sheira, "Ya udah nggak usah kesana."
"Aw." Seru Alissa sembari meringis karena Sheira mencubit lengannya gemas. "Sakit, Shei."
Sheira terlihat menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Pertama, gue nggak suka lo ikut-ikutan Dimas manggil gue 'Shei'. Kedua, ini poin utamanya. Gue pengen datang kesana tapi gue takut ketemu dia."
Alissa menutup novelnya dan menaruhnya di meja. Tubuhnya beralih menghadap Sheira dan menatap matanya langsung. "Pertama, gue nggak tahu kenapa lo melarang gue manggil lo 'Shei'. Kedua, apa yang membuat lo takut?"
Sheira terdiam sejenak sebelum menguasai dirinya kembali. Dia juga bingung kepada dirinya sendiri. Dia tidak tahu apa yang membuatnya takut. Atau dia memang tidak takut, hanya belum siap saja. Sheira menggelengkan kepalanya.
"Lo punya mulut nggak sih? Bicara dong yang jelas. Gue nggak ngerti bahasa isyarat lo." Protes Alissa.
"Gue.. gue bukan takut. Tapi, gue belum siap. Gue belum siap ketemu dia, Sa."
"Dia?" Alissa memicingkan matanya menatap Sheira.
Sheira mengangguk lemas. "Dia ikut? Mantan lo????" Alissa berbicara dengan volume yang cukup keras sehingga semua orang yang berada di kelas menoleh kepada mereka. Beruntung, hanya segelintir saja yang masih berada disana. Sisanya sudah berpencar entah kemana mengingat saat ini masih jam istirahat.
"Sekalian aja teriak pakai toa, biar seisi sekolah tahu." Ketus Sheira kemudian melipat kedua lengannya dengan wajah merengut.
Alissa yang tersadar langsung nyengir kuda. "Hehehe, sorry deh, Ra. Tapi emang lo tau darimana dia bakal ada?"
"Lo bego atau gimana sih, ya jelas lah dia bakal disana. Itu kan acara reuni. Dan dia itu alumni juga."
"Tapi kan dia kakak kelas lo, Ra."
"Masalahnya acaranya itu dari angkatan dia sampai adik kelas gue. Tiga angkatan berturut-turut."
Alissa menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Biasanya lo suka acara begituan. Kangen temen lama kata lo. Waktu reuni SD aja semangat banget."
Sheira memainkan kukunya yang baru dikutek warna nude peach kemarin sore. "Itu kan karena ada lo." Ucapnya pelan.
Alissa tertawa kecil, "Jadi karena sekarang nggak ada gue terus lo nggak mau datang, gitu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet
Roman pour AdolescentsDimas Putra Kusuma. Seorang laki-laki yang membuat Sheira harus menahan kesal setiap berada di dekatnya. Selalu mendebatkan semua hal jika bersamanya. Saling umpat dan saling hina. Namun bukan sakit hati yang Sheira rasakan, melainkan sesuatu yang t...