Sebenarnya Sheira sedikit tersentil begitu mendapati foto Alissa di dashboard mobil Dimas. Ternyata benar dugaannya selama ini. Dimas menyukai Alissa. Semua orang bisa melihatnya. Namun satu hal yang membuat Sheira heran, kenapa tidak ada kabar yang berhembus mengenai status mereka?
Maksudnya, rumor mengenai kedekatan mereka memang sudah terkenal di sekolah. Namun kedua orang itu seakan menulikan telinga mereka. Mereka bersikap santai.
Kalau Alissa dan Dimas pacaran, mana mungkin waktu itu Dimas tidak memiliki kontak Alissa? Hal yang sangat tidak masuk akal mengingat kedua orang itu jelas-jelas memiliki alat komunikasi yang canggih. Buat apa ponsel mereka?
Sheira mengelus-elus foto Alissa tanpa sadar. Matanya memang mengarah kepada foto itu, namun pandangannya kosong. Dia seakan sedang memikirkan sesuatu dengan serius di kepalanya.
"Gue sama Alissa cuma temenan kok. Lo jangan salah paham." Suara Dimas menyadarkan Sheira dari lamunannya.
Segera, dia memalingkan wajahnya memandang Dimas heran. "Kenapa lo ngomong gitu ke gue?"
"Supaya lo nggak salah paham. Gue tau lo mikir keras tadi," ucap Dimas jujur.
Sheira menaikkan sebelah alisnya, "emangnya gue salah paham? Gue nggak ngomong gitu."
"Iya, tapi... Ah udahlah. Lupain aja," kata Dimas sewot.
Sheira tertawa kecil melihat Dimas yang terlihat salah tingkah.
"Kalaupun lo berdua pacaran juga nggak masalah kok buat gue. Alissa itu sahabat gue. Kalau dia bahagia sama lo, gue bisa apa? Masa gue ngelarang dia karena pacaran sama cowok macem lo."
Dimas menoleh dan menatap tajam Sheira membuat gadis itu mengerut seketika.
"Maksud lo dengan cowok macem gue, apa?" Dimas terus menatap sheira dengan tajam. Lampu lalu lintas yang menyala merah membuatnya bisa leluasa mengintimidasi Sheira.
"Ya, kayak lo. Iseng, jahil, tukang ngeledek, tukang...."
"Terus aja lo jelek-jelekin gue," kata Dimas memotong ucapan Sheira. "Gue tegasin sekali lagi. Gue nggak ada hubungan apapun sama Alissa. Gue udah anggap dia seperti adik gue sendiri. Adik perempuan yang nggak gue punya."
Sheira merasakan sesuatu yang tidak enak menyergap hatinya. Dia mengode Dimas dengan matanya kalau lampu lalu lintas sudah menyala hijau.
"Lo percaya nggak kalau gue punya saudara kembar?"
"Hah? Lo punya kembaran?" Sheira bertanya dengan kaget.
Dimas terkekeh pelan, "iya. Gue punya saudara kembar tidak identik."
"Jangan bilang saudara kembar lo perempuan terus mukanya mirip sama Alissa," cerocos Sheira panjang lebar.
"Enggak. Wajahnya emang nggak mirip, tapi gue yakin sifat adik gue pasti mirip sama Alissa. Lembut, sabar, perhatian, cantik lagi."
Sheira merasa terpojok mendengar pujian langsung yang dilontarkan Dimas untuk Alissa. Semua yang dikatakan Dimas memang benar adanya, namun sangat berbalik dengan sifat yang dimiliki Sheira kecuali bagian cantiknya. Sheira cantik, dia tahu itu. Hahaha.
Sheira suka bicara ketus, tidak sabaran, cuek, tapi untuk wajah, Sheira yakin wajahnya tidak terlalu buruk. Kulitnya putih, sama seperti Alissa. Rambutnya panjang, tinggi tubuhnya pun melebihi tinggi Alissa. Meskipun dia sering diledek pendek oleh Dimas.
"Alissa memang tipe orang yang mudah dicintai," seloroh Sheira.
Dimas mengangguk, "iya. Tapi sayangnya bukan perasaan seperti itu yang gue rasain. Gue sayang sama dia, kayak gue sayang sama adik gue sendiri. Gue ngerasa punya ikatan batin sama Alissa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet
Teen FictionDimas Putra Kusuma. Seorang laki-laki yang membuat Sheira harus menahan kesal setiap berada di dekatnya. Selalu mendebatkan semua hal jika bersamanya. Saling umpat dan saling hina. Namun bukan sakit hati yang Sheira rasakan, melainkan sesuatu yang t...