Chapter 1

357 31 19
                                    


"Lo kalah lagi, Arnold. Untuk kesekian kalinya," seorang gadis, menyeringai sinis kepada lelaki di hadapannya.

"Cih, lo lihat aja nanti, gue bakal ngalahin lo, gimana pun caranya!" Arnold mengacak rambutnya, kesal, berjalan menuju kelas. Cinta tersenyum tipis memandang Arnold yang berlalu meninggalkannya. Terlihat dari jauh, Khaira berlari menghampiri Cinta.

"Cieee, yang sekarang jadi ketos," Khaira mencolek bahu Cinta, menggoda gadis itu. Cinta hanya mengangkat bahu, memasang wajah datar.

"Hiks, beginilah nasib gue jika berteman dengan putri berkepala batu, bermulut sedingin es. Lo harus bersyukur Cinta, gue masih bersedia temenan sama lo. Kalo gak, lo gak bakal punya teman. Untuk itu, atas kemenangan lo dan rasa terima kasih lo ke gue, lo harus traktir gue hari ini!" cerocos Khaira panjang lebar.

"Alah, bilang aja lo lagi bokek. Yok gih, gue traktir lo makan di cafe biasa hari ini, ambil sana tas lo," Cinta mendorong tubuh Khaira dari dekatnya. "Terus, susul gua ke ruang OSIS, gercep ya!"

"Sumpah, punya teman gini amat sadisnya," gerutu Khaira. Cinta hanya tertawa kecil, berlalu meninggalkan Khaira yang juga mulai beranjak mengambil tasnya.

Ruang OSIS sudah terlihat beberapa anggota, sedang bercakap-cakap ringan. Khaira duduk di kursi ketos, yang berada di ujung depan meja. Di hadapannya terlihat Arnold sedang bergumam tidak jelas. Ruang OSIS itu berukuran 6x8 meter. Bagian tengah ruangannya terdapat meja panjang dengan kursi yang mengelilingi sebanyak 32 kursi. Dengan 15 kursi bagian kanan dan kiri. Sedangkan untuk bagian depan dan belakang meja, ada 1 kursi untuk ketos dan waketos.

Cinta sibuk dengan kertas yang ada di hadapannya sambil menunggu seluruh kursi terisi penuh. Kertas itu berisi tentang rencana yang akan dia lakukan selama menjabat sebagai salah satu pemimpin organisasi siswa di sekolah itu. "Ehm, mohon perhatian semuanya," Cinta memulai rapat. Semua wajah serentak menoleh ke arahnya, tak terkecuali Arnold.

"Baik, pertama saya mengucapkan terima kasih akan kepercayaan teman-teman semua dengan mencalonkan saya sebagai ketua OSIS, dan alhamdulliah, siswa di sekolah kita juga mempercayakan hal itu kepada saya, sehingga saya dapat berdiri di sini sebagai ketua OSIS, meskipun saya masih berstatus junior di sekolah ini," Cinta melirik Arnold yang terlihat kesal saat dia mengucapan kata 'ketua OSIS'.

"Selanjutnya, saya ingin mengatur keanggotaan kita. Menurut pendapat saya, pembagian anggota ini kurang efektif. Bisa kalian lihat, di kertas yang saya bagikan itu, telah tertera nama anggota kelompok beserta ketuanya. Saya ingin mendengar pendapat kalian akan hal ini."

Semua anggota OSIS memperhatikan dengan seksama kertas yang tadi Cinta bagikan, ada yang terlihat mengangguk-angguk ada pula yang bingung.

"Dari mana kamu mendapat informasi sehingga bisa menyusun struktur keanggotaan yang kamu tulis ini?" salah satu anggota menunjuk tangan.

"Baiklah, itu pertanyaan yang bagus. Pertama, saya ingin mengucapkan maaf, saya telah melihat profil kalian dari guru tata usaha. Di sana saya melihat nilai akademis maupun nonakademis kalian, karena itulah saya bisa menyusun semua ini sesuai dengan bakat dan kemampuan kalian." Para anggota mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Kamu melihat profil kami tanpa memberitahu kami?" Arnold terdengar menyahut dengan nada sinis.

"Maaf sebelumnya, wakil ketua OSIS yang terhormat," Cinta menekankan kata wakil di sana. "Menurut saya itu tidak terlalu jadi masalah, buktinya jika saya tidak mengambil info itu, semua struktur ini tidak akan tersusun dengan pas."

"Meskipun begitu, setidaknya kamu memberi tahu salah satu dari kami, dan meminta kami untuk menyampaikan kepada yang lain."

"Tapi, saya baru melakukan pelantikan kemarin. Jadi, saya tidak punya banyak waktu untuk melakukan hal itu. Sekali lagi saya minta maaf jika anda keberatan, tapi bukankah jika seperti ini lebih baik? Lagipula semuanya sudah terjadi dan pemilihan struktur beserta tugas itu pun sangat meyakinkan menurut saya, dan profil itu bukanlah suatu hal yang teramat sangat pribadi seperti buku diary yang harus meminta izin pemiliknya bukan?" Cinta menatap tajam Arnold. Arnold terdiam, dia kalah telak, lagi. Arnold mengangguk dengan terpaksa. Mau tidak mau harus menyetujui pemilihan struktur itu karena nyaris seluruh anggota menyukai ide Cinta.

How Are You, Hate? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang