Chapter 16

71 16 2
                                    

Happy reading....
--__---__---

Cahaya matahari pagi menerpa wajah Cinta. Gadis itu meringis, sedikit kesal. Meskipun ia menyukai sunrise, lain lagi ceritanya jika tidurnya yang baru beberapa jam itu diganggu. Namun, pada akhirnya gadis itu duduk juga di kasurnya. Berusaha mengumpulkan nyawa dan menenangkan kepala yang sekarang sedang berdenyut itu.

Belum sempurnya Cinta sadar. Gedoran keras di pintu membuatnya terlonjak kaget. Seketika perasaan cemas menghantuinya. Cinta segera berdiri dan membuka pintu kamar.

"Hai Cintaa.."

"Ada apa?" raut wajah Cinta yang awalnya khawatir berubah kesal. Ia mengira yang mengetok itu ibu atau duo kembar, "ini masih pagi, ngapain lo udah hinggap di mari?"

"Ayolah, kita pergi sekolah. Gue bosan kalau gak ada lo di sana," Khaira mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Gak ah, mager. Masih pengen tidur," Cinta kembali masuk ke kamar, menghempaskan tubuhnya ke kasur.

"Ckckck, Ketua Osis macam apa pula ini. Ayo banguunn.. Banguunn," Khaira menarik selimut yang dipakai Cinta.

"Gak mau, gue males Ra. Lo aja sono ke sekolah. Lagian gue udah telat juga," Cinta menggerakkan tanganya, seolah mengusir Khaira.

"Masih sempat 15 menit. Gue tunggu lo di ruang makan. Kalau sampai lo nggak siap juga. Gue pastiin novel kesayangan lo yang ada di gue musnah," Khaira tersenyum manis, seakan kalimatnya tidak berakibat buruk bagi Cinta.

"Novel gue?" Cinta nampak mengernyit bingung. Karena mimpi semalam, mendadak otaknya lola. "Khairaaaa... Itu novel gue yang ada tanda tangan penulisnya. Gila, gue sampai maksa bokap buat ke Jepang demi novel ituu," Cinta berteriak histeris yang hanya dibalas cengiran oleh Khaira.

"Ya mau gimana lagi, lo gak punya pilihan lain. Waktu lo dimulai dari sekarang!" Khaira melenggang keluar dari kamar Cinta. Sementara gadis pemilik kamar itu berjalan cepat menuju kamar mandi.

14 menit rekor Cinta untuk mempersiapkan diri. Dia sudah turun ke bawah dengan penampilan belum sepenuhnya rapi.

"Akhirnya lo dateng juga. Ayo, kita berangkat," Khaira segera menggandeng tangan Cinta.

"Lo gak liat penampilan gue yang masih berantakan. Mana belum sarapan lagi. Lo mah enak numpang makan di sini. Tunggu beberapa menit napa?" ujar Cinta pedas sambil mendengus kesal.

"Gue gak peduli, ayo ke depan. Auntie, Khaira sama Cinta pamit ya," Khaira mencium tangan Elsa yang sedari tadi menonton pertengkaran kedua gadis itu.

"Ya, hati-hati di jalan ya," ujar Elsa lembut.

Cinta mengangguk, ikut bersalaman. Tidak butuh waktu lama Khaira kembali menarik tangan Cinta menuju gerbang.

"Eh, wait. Kita gak bakal naik angkot kan? Udah telat banget ni. Lagian lo juga sih udah tau jarak dari rumah gue ke rumah lo itu jauh. Ngapain sampai nyamperin segala. Tinggal telpon aja susah banget," Cinta mengomel sepanjang jalan.

"Menurut lo?" Khaira malah bertanya lagi. Ia hanya menanggapi pertanyaan pertama Cinta. Sementara kalimat yang lain serasa angin lalu.

"Ok, fix. Mending gue balik tidur lagi," Cinta hendak berbalik badan saat sebuah mobil berhenti di depan mereka.

Khaira menarik tangan Cinta dengan paksa. Mendudukkannya di kursi belakang. Dengan heran Cinta menurut apa yang diminta Khaira. Ia menggeser tubuhnya ke samping untuk memberi tempat duduk untuk Khaira.

Namun Khaira malah menutup pintu dan berjalan menuju kursi di samping sopir. Cinta semakin bingung melihat hal tersebut. Kemudian tidak sengaja ujung mata Cinta melihat seseorang yang familiar. Gerakan cepat, Cinta menatap orang yang sedang memegang kemudi.

How Are You, Hate? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang