Chapter 18

77 14 4
                                    

Happy reading.. Awas typoo :v
Maaf, telat.. Author baru sempat nulis ceritanya setengah jam lalu. Maaf kalau rada aneh.. Thnks..

-_-_-_--_-__--

Raka yang melihat Cinta sempoyongan langsung menghampiri gadis itu. Tepat sebelum Cinta roboh, Raka menangkap tubuhnya. Ia menggendong Cinta ke atas kasur sambil berteriak memanggil Gina, membawa kotak P3K.

"Kak Cinta kenapa, Kak?" jelas sekali Gina bingung. Gak ada angin gak ada hujan, Cinta langsung pingsan begitu saja.

"Sudah, kamu kan PMR. Tolong kek dia. Kakak buatin teh dulu bentar," Raka bangkit dari duduknya. Berjalan menuju dapur.

Gina dengan cekatan berusaha menyadarkan Cinta. Tak lama, mata Cinta mengerjap-ngerjap, menandakan dia sudah sadar.

"Are you okay?" tanya Raka yang baru saja sampai.

Cinta mengangguk pelan. Ia meminum teh yang di sodorkan Raka. Ia terlihat sangat kelelahan.

"Lo capek ya, ngeberesin kamar gue? Sorry," ujar Raka pelan.

"Udahlah, lupain aja. Lo kan dari dulu emang selalu nyusahin," sindir Cinta sukses membuat Raka membelalakkan matanya.

"Kapan gue nyusahin lo he? Yang ada dulu, lo tuh yang nyusahin. Ngintilin gue ke sana kemari kaya anak ayam kehilangan induknya," Raka berdecak pelan karena kesal.

Cinta sedikit terkikik melihat ekspresi Raka. Sebuah energi tambahan untuknya. Hal ini membuatnya yang tadinya lemas merasa lebih baik.

"Yodah, Gin, kita ke mobil. Kakak yang nyetir ya? Biar nabrak pohon. Kan jadi makin keren mobilnya," ucap Cinta ringan. Berdiri, dan berjalan melewati Gina dan Raka yang terbengong menyaksikannya.

"Woi, jangan bilang lo tadi pura-pura pingsan," Raka mengernyitkan dahinya.

"Waw, tebakan lo kok tepat ya?" Cinta terkikik mendengar teriakan kesal Raka. Okay, energi tambahan lagi.

Raka berdecak kesal berjalan menuju mobilnya. Ia mengunci pintu.

-+-_-_-_-_--__--

Wajah Cinta terlihat sumringah saat memasuki halaman rumahnya. Hal itu membuat Elsa mengernyit heran. Tidak biasanya anak gadisnya bersikap seperti ini. Namun, ia urung mempertanyakan hal itu. Paling, anak itu habis isi energinya.

Elsa menyambut Gina dan Raka. Ia bertanya apa Gina sudah makan. Gadis itu mengangguk pelan. Ia segera berjalan ke kamar, menyusul Cinta dan Aqila.

Lain halnya dengan Raka. Dia malah berselonjor di sofa ruang tamu, menghidupkan TV. Matanya memang menatap TV, tapi pikirannya justru teralihkan dengan gadis pujaannya. Elsa diam-diam tersenyum melihat ekspresi Raka yang berubah-ubah. Ia berjalan menuju dapur dan membuat 2 cangkir coklat panas.

“Raka,” panggil Elsa lembut. Raka segera menoleh dan memperbaiki duduknya yang kelewat santai tadi. Ia mengira Elsa sudah tidur.

“Kok tante belum tidur?” tanya Raka sambil menyambut coklat panas yang diulurkan Elsa.

“Tante?” Elsa malah balik bertanya.

Raka menggaruk lehernya yang tidak gatal, “Sorry Mom.”

Elsa terkekeh menanggapinya, “Kamu masih membencinya?” pandangan Elsa tetap mengarah ke televisi. Tapi ia tau, Raka tengah kaget mendengar pertanyaannya.

“Maksudnya Mom?” Raka gelagapan merancang jawaban di pikirannya.

“Kamu jelas mengerti apa yang Mom maksud, Raka,” ujar Elsa sambil terus bersikap cuek.

How Are You, Hate? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang