Chapter 21

47 14 4
                                    

Happy readingg :)

---____----___---

"Hei, Cinta?" seseorang memanggil Cinta dari arah belakang gadis itu. Cinta langsung menoleh, didapatinya Tasya tengah melambai. Cinta tersenyum manis menanggapi hal itu.

"Cinta, kepsek manggil lo tuh. Katanya ada lomba basket," Tasya terengah-engah menjelaskan.

"Okok, lo temenin gue yuk. Mager sendiri," Cinta menarik lengan Tasya.

"Eh, gue laper nih. Mau jajan. Lagian lo gak sendiri kok, ada Arnold di sana," Tasya melepaskan lengannya dari Cinta. Cinta hanya mengangguk, berjalan menuju ruang kepala sekolah.

Tidak lama, Cinta mengetuk pintu ruangan dan mengucapkan salam. Sembari tersenyum, Cinta masuk ke dalam. Ditatapnya sejenak Arnold yang sepertinya enggan menoleh ke arah gadis itu.

"Ada apa ya, Pak? Manggil saya ke sini," Cinta tersenyum lembut.

"Duduklah," Kepsek itu ikut tersenyum, "Minggu depan ada lomba basket campuran di stadion kota. Terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan. Kalian lakukan seleksi secepat mungkin. Bapak harap hasilnya memuaskan,"

Arnold dan Cinta mengangguk mengerti. Tak lama, mereka izin keluar dari ruangan tersebut.

"Woi, Din. Lo sebenernya kesambet apaan sih?" Arnold berucap tepat setelah mereka keluar dari ruangan tersebut.

Cinta hanya mengernyit heran lalu tersenyum, "Gue gapapa kok, makasih udah khawatir."

Arnold melongo saat melihat ekspresi Cinta. Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan! " Gue nantang lo, Din. Siapa yang paling cepat sampai di kelas, dia yang menang."

Masih dengan senyum yang sama, Cinta diam sejenak sebelum mengangguk, "imbalannya gimana?"

"Gue traktir lo di kantin, pas jam makan siang, kalau lo menang," Arnold, tanpa disadarinya tersenyum kecil, tidak terlalu berubah, pikirnya.

Cinta mengangguk setuju. Dalam hitungan ketiga, Arnold dan Cinta serentak berlari menuju kelas yang jaraknya 50 meter dari ruangan kepsek. Cinta menyadari, ia tidak akan bisa menang melawan Arnold hari ini. Tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Entahlah, akhir-akhir ini tubuhnya cepat lelah. Hah, bagaimana tidak lelah jika hatinya jauh lebih lelah, pikir gadis itu.

Jadi, Cinta memikirkan ide dengan cepat. Ia tidak ingin kalah dari Arnold, tentu saja. Cinta memilih untuk melewati jalan pintas.

10 meter dari ruang kepala sekolah, ada gang kecil untuk menembus lorong kelas XII. Sekitar 8 meter dari sana sebelah kanan, ada gang kecil lagi yang menembus toilet siswa. Lalu, ia harus berlari lurus beberapa meter lagi. Kalau diperkirakan, Cinta akan menang jarak 3 meter dari Arnold.

Yak! Benar saja, tepat ketika Cinta menembus gang kecil, terlihat Arnold tengah berlari. Laki-laki itu terlihat sangat terkejut sekaligus kesal menatap Cinta.

"Gue menang!" Cinta tersenyum mengejek ke arah Arnold.

"Gak! Lo curang. Bagaimana bisa ka,,"

"Gua gak curang. Lo bilang, 'siapa yang paling sepat sampai' bukan? Lo gak bilang kalau gue harus berlari sejauh 50 meter dengan jalan yang sama kayak lo!" Cinta memotong ucapan Arnold. Lagi-lagi mendengar hal itu Arnold tersenyum tipis. Fake, dia membatin.

Cinta tersenyum miring ke arah Arnold yang masih mengatur nafasnya. Cinta sendiri merasakan, tubuhnya sedikit lebih kuat daripada tadi. Yah, berkat rasa kesalnya Arnold. Menyenangkan bukan?

Tapi, yang tidak Cinta sadari, kekuatan itu, tidak sekuat dulu.

"Oh ya, gue lupa bilang sama lo. Nanti, jam 3 sore, datang ke lapangan basket, suruh anggota lo hadir semua kalo masih ingin menjadi anggota," Cinta tersenyum lembut dengan kalimat yang tajam. Arnold hanya mengangkat bahu, lalu berlalu meninggalkan Cinta.

How Are You, Hate? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang