Chapter 2

197 29 11
                                    

Awas Typo bertebaran :p Sorry up nya telat banget... Happy Reading :)

________________________

"Kak Cinta, bangun, kenapa telat lagi sih bangunnya? Qila kan jadi telat terus kayak gini," cerocos anak perempuan berumur sekitar 12 tahunan.

"Iya nih, aduh, padahal kan Aqil hari ini diajar sama guru killer," sahut anak laki-laki yang bernama Aqil. Sementara itu yang dibangunkan hanya menggeliat. Membenamkan dirinya ke bantal.

Aqil dan Aqila terlihat sangat kesal melihat kakak mereka satu-satunya itu, padahal sudah SMA, tapi tidur saja adiknya yang membangunkan. Aqil jadi teringat sesuatu, dan langsung membisikkannya kepada saudara perempuan itu yang langsung direspon dengan anggukan antusias oleh Aqila.

"Satu, dua, tiga, BANGUUUUUNNNNNNNNNNN!" mereka berdua serentak berteriak tepat di telinga Cinta, spontan itu membuat Cinta kaget setengah mati.

"Iya, bentar, kakak bakal siap-siap kok," Cinta akhirnya bangun dari tidurnya, mengucapkan selamat tinggal kepada mimpi, menatap kedua adiknya yang kembar itu.

"Hei, udah ahli ngerjain kakak sekarang ya? Pakai akting pula lagi, siapa bilang kakak telat? Sekarang masih jam 5 pagi, tau!" ujar Cinta dengan nada setengah kesal setelah melihat jam dinding yang ada di kamarnya.

"Hehehe, sorry kakak. Habisnya kakak selalu telat sih, yang susah kan kami. Soalnya yang duluan diantar kakak," Aqil hanya memandang dengan tatapan polosnya.

Cinta masih bersungut-sungut, sambil mengusap telinganya dia berjalan ke arah kamar mandi setelah mengambil handuk. Dia sangat kesal, padahal dia tadi sedang bermimpi memiliki buku yang ceritanya tidak pernah habis. Cinta terkekeh sendiri mengingat mimpinya. Dia sangat menyukai buku, apalagi bau buku baru, seakan itu adalah energi tambahan untuknya.

Sekitar 30 menit waktu yang diperlukan oleh Cinta untuk bersiap-siap. Termasuk membereskan tempat tidur serta membaca sambungan novel selama 10 menit. Dia termasuk gadis yang simple, dia tidak suka ribet dalam mempersiapkan sesuatu, jika masih bisa dipercepat, mengapa tidak?

Setelah selesai berkutat dengan segala sesuatu yang ada di kamar. Cinta segera menuju ruang makan, di sana sudah terlihat ibunya sedang memasak sarapan, nasi goreng. Dengan cekatan beliau mengaduk dan mencampurkan semua bahan. Melihat ibunya yang kerepotan, Cinta berinisiatif membantunya.

"Ibu, kenapa ibu yang memasak? Kak Nana mana? Sini, biar Cinta aja yang ngaduk nasi gorengnya. Kasihan dedek bayinya, ibu kan mau melahirkan bentar lagi, nanti kalau kenapa-kenapa gimana?" cerocos Cinta. Dia segera mengambil alih tugas itu dan meminta ibunya untuk duduk dengan tenang.

"Aduh, lama-lama kamu mirip ayahmu Cinta, Ibu kan kangen masak. Lagipula, Ibu gak bakal kenapa-kenapa kok, maih muda nih," Elsa terkekeh mendengar ucapan putri tersayangnya itu.

"Kuat sih kuat Bu, tapi Ibu kan lagi mengandung. Ibu tau kan? Di umur yang sekarang, resiko kelahiran itu tinggi, apalagi di usia kandungan yang hanya tinggal 2 minggu lagi, itu usia yang rentan, Bu. Lagian kenapa Ibu yang memasak? Ayah pasti tidak tau ini bukan? Kak Nana mana?" tanya Cinta, Kak Nana adalah orang yang membantu ibu membereskan rumah sejak Aqil dan Aqila lahir. Kak Nana hanya berbeda 8 tahun dengan Cinta.

"Kak Nana datang terlambat, si Reno rewel, tadi dia menelfon Ibu. Ayahmu masih siap-siap," Reno adalah anak Kak Nana yang baru berumur 3 tahun. Kak Nana tidak tinggal di sini, dia tinggal di ujung kompleks rumah mereka.

Cinta hanya ber-oh ria. Tidak cukup 5 menit, nasi goreng itu siap dihidangkan. Cinta dengan cekatan memasukkannya ke dalam wadah besar dan segera mempersiapkan kopi untuk ayahnya dan susu kehamilan untuk ibu, tidak lupa 3 gelas susu untuk dia dan adiknya. Ketika sedang mengaduk kopi, Cinta melihat ayah berjalan ke arah mereka.

How Are You, Hate? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang