8. Di Balik Lamaran

20.2K 1.7K 60
                                    

Rissa segera mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Agar tidak lembab dan berbau saat diikat. Dirinya membuka tutorial hijab di youtube. Pasalnya hari ini Rasyid beserta keluarganya akan datang meminta jawaban darinya perihal pernikahan. Perempuan ini harus tampil lebih baik dari sebelumnya agar setidaknya dirinya tak begitu mengecewakan keluarga Rasyid.

Setelah dua puluh menit membentuk pashmina, ia mengambil bedak. Disapukannya saput bedak itu ke mukanya. Selain itu, dirinya memilih mengoleskan madu di bibirnya agar tak lembab karena bibirnya sudah bewarna pink. Make-up tipis itu memperindah wajah gadis bermata teduh ini.

Rissa segera menyiapkan kudapan untuk menyambut keluarga Rasyid nanti. Beruntungnya Bu Salma membantunya. Hari ini wanita paruh baya itu datang pagi-pagi untuk membantunya.

"Ris, pudingnya di kasih almond enak loh. Kebetulan ibu bawa almond," ujar Bu Salma yang tengah menata kudapan.

Rissa mengacungkan jempolnya sembari tersenyum.

"Bu, apa pantas Rissa menjadi pendamping Mas Rasyid?" tanya Rissa ragu.

Mimik wajah wanita paruh baya itu berubah seketika. Ia letakkan kue buatannya di nampan, lalu menghadap ke arah Rissa. Ditatapnya paras ayu itu dengan senyuman hangat. Digenggamnya jemari mungil itu dengan penuh rasa sayang.

"Ris, tentu saja kamu pantas bersama Rasyid. Kamu wanita yang baik Ris dan Nak Rasyid itu juga sangat baik. Dia pasti akan menjagamu dengan baik."

Rissa hanya terdiam lesu tanpa memandang wajah paruh baya itu. Ia ragu meski telah melakukan sholat istikharah. Dirinya masih menyimpan banyak pertanyaan karena pernikahan itu terlalu cepat, apalagi mereka baru beberapa kali bertemu.

"Tapi, apa Ibu tidak merasa aneh kenapa Mas Rasyid meminangku, padahal kami baru beberapa kali bertemu dan ini terlalu terburu-buru?" tanya Rissa bimbang.

"Nak, apa harus mengenal lama untuk menikah? Bukankah menikah itu hal yang baik kenapa harus ditunda jika sudah mampu. Nak Rasyid itu sudah mapan, umurnya juga pas untuk menikah. Lalu, dia butuh alasan apa lagi untuk tidak menikah?"

Rissa hanya terdiam.

"Di zaman sekarang banyak pria yang tak berkomitmen dan hanya mencintai kesenangan dunia yang memabukkan. Jarang menemukan lelaki baik seperti Nak Rasyid yang memilih menikah di saat dia punya segalanya."

***

Keluarga Rasyid telah bersiap untuk datang melamar Rissa, tetapi adiknya masih belum pulang dari luar kota. Wanita itu juga sulit dihubungi. Terahkir kali dia menelpon terisak menangis, tapi tak bicara apa penyebabnya. Rasyid berpikir mungkin adiknya merindukan suaminya yang telah tiada.

"Ras, semua udah siap termasuk paman dan bibi kamu," ujar Nyonya Adelia sambil menepuk bahu anaknya.

Rasyid mengangguk. Dia gendong keponakan kecilnya yang tengah memakan popcorn.

"Yayah, kita benelan mau ke lumah Ante Cantik, ya?" tanya Azmi penasaran sambil mengaduk-aduk popcorn-nya.

"Iya, Sayang."

***

Keluarga Rasyid akhirnya tiba di kediaman Rissa. Mereka semua tampak bahagia melihat wanita pilihan Rasyid yang tutur katanya lembut. Gadis itu sedari tadi hanya berbicara sepatah ada dua kata. Dirinya tak berbicara banyak. Kebanyakan hanya mengatakan 'ya'. Perempuan ini tak meminta hal yang aneh-aneh. Masalah mahar ia tak menentukan apa itu. Mendapatkan suami seperti Rasyid itu sudah cukup untuknya.

"Kalau begitu sekarang kita tinggal menentukan tanggal pernikahannya?" ujar Tuan Razzaq selalu paman Rasyid.

"Silahkan," jawab Rissa halus.

"Kamu keberatan tidak kalau kita menikah satu Minggu lagi?" tanya Rasyid lembut.

"Maaf, apa itu tidak terlalu cepat," jawab Rissa takut keluarga Rasyid tersinggung.

"Bukankah kalau lebih cepat, lebih baik?" sambung Nyonya Adelia dengan senyuman.

"Iya, apa yang kamu khawatirkan Ris?" Rasyid hanya tersenyum.

"Tidak ada. Hanya saja apakah tidak sulit mempersiapkan pernikahan dalam waktu singkat."

"Benar, itu tidak mudah. Saya ingin menikah segera mungkin karena saya tidak bisa memprekdisi pekerjaan saya yang mungkin bisa membuat saya harus pergi jauh dari kota ini. Saya mau ketika itu terjadi kamu sudah sah menjadi istri saya baik secara agama maupun hukum agar saya bisa mengajak ikut kamu dengan saya?" terang Rasyid penuh harap Rissa mengerti.

"Kalau begitu saya ikut rencananya Mas Rasyid saja," putus Rissa ragu.

"Terima kasih. Namun, kamu keberatan tidak jika resepsinya kita bicarakan setelah menikah saja karena masih ada banyak hal yang saya urus?"

Rissa tersenyum.

"Tidak apa-apa."

***

Dua hari setelah melamar Rissa, Rasyid dikagetkan dengan kembalinya adiknya dengan berita buruk. Terlihat jelas sekali Qila dalam kondisi yang sangat buruk. Wajah putihnya memucat. Terdapat lingkar mata yang menghitam. Tubuh wanita beranak satu itu juga menyusut.

"La, kamu ini kenapa?" tanya Rasyid bingung.

"Mas Ras," lirihnya. Kemudian, memeluk Rasyid. Air mata yang ia tahan tumpah seketika. Rasyid yang melihat itu langsung memeluk adiknya. Ia usap punggung rapuh itu.

"Ceritakan pada Mas apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku telah berdosa, Mas," isaknya semakin menjadi.

"Aku menabrak seorang gadis dan dia koma sekarang."

Rasyid yang mendengar itu bagai disambar petir.

"Aku takut, Mas. Aku takut jika aku harus masuk penjara. Bagaimana dengan Azmi. Dia butuh aku, Mas. Jika, aku di penjara nanti siapa yang akan mengasuhnya. Dia hanya punya aku, ayahnya sudah meninggal," adu Qila terus terisak di pelukan kakaknya.

"Tenanglah, kamu enggak menabrak dia langsung lari, 'kan?"

"Enggak, aku membawanya ke rumah sakit dan membayari perawatannya, tapi setiap keluarganya datang aku bersembunyi karena takut mereka akan menuntutku."

Tbc ....

Yeaay, udah mau ke konflik.
Sampai di sini ada gambaran belum kenapa Rasyid nikah lagi?????

2 Desember 2016

RT : 30 Juni 2017

Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang