21. Antara Duka dan Tawa

24.1K 1.7K 92
                                    

Javier

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javier

Gimana 16-20 bisa dibuka kan? Udah mau end. Wk wk
Kalau yang suka romcom baca Random Husband aja, tapi hati2 tertular virus Justin. Kalau baca terus iri sama Caca, jangan salahkan aku. Vano limited edition.

____________________________________
^Sehabis hujan pasti akan ada pelangi^

Senyum yang mengembang di bibir Javier memudar seketika. Dirinya paham jika sahabatnya itu masih menyimpan luka di hatinya.

"Maafkan aku, Jel," lirih Javier yang masih terdengar di telinga Jelina.

Jelina tersenyum masam, "minta maaf untuk?"

"Semuanya."

"Semuanya? Semudah itukah aku harus memaafkanmu. Pertama, kau tidak menepati janjimu padaku, kau biarkan aku menunggumu berjam-jam sampai aku masuk rumah sakit. Kedua, kau menamparku lagi-lagi demi Camelia. Hatiku sudah terlanjur sakit, Jav. Kenapa kalau kau ingin minta maaf baru sekarang? Sudah hampir sembilan tahun Jav, tetapi baru kudengar hari ini kau minta maaf?" Jelina terisak.

Masih teringat jelas masa lalunya yang menyakitkan. Javier, satu-satunya orang yang selalu ia harapkan bersamanya. Gadis itu tak punya ibu yang memeluknya seperti remaja lain. Dirinya hanya punya ayah yang sibuk bekerja keliling kota dan dunia. Hanya Javier alasannya tersenyum. Sahabat yang selalu menjadi tempat ia bercerita dan berbagi. Lelaki itulah yang selalu mewarnai harinya, tetapi semuanya berubah dimulai dengan kedatangan Camelia.

"Aku mencarimu setelah kejadian di mana aku menamparmu untuk minta maaf, tetapi hasilnya nihil. Aku tak tahu kau di mana."

"Benarkah? Kau tak tahu aku di mana karena kau tak ingin tahu aku di mana. Itu faktanya. Kau terlalu sibuk dengan Camelia. Aku tak pernah ke mana-mana. Dua bulan aku koma karena tertabrak avanza. Waktu itu aku menangis, tetapi kau terus memakiku kan setelah menamparku? Pikiranku kacau. Sampai menyeberang jalanan tanpa melihat kanan-kiri."

"Aku mengalami patah tulang. Ada beberapa bekas luka jahit di tubuhku," lanjut Jelina. Ia gulung pakaian lengan kanannya memperlihatkan bekas luka jahitan yang telah mengering.

Javier merasa sangat bersalah melihat itu. Tak pernah ia sangka Jelina akan melewati banyak masa sulit kala itu.

"Maafkan aku. Kesalahanku memang fatal, tetapi jujur aku tak ingin menyakitimu seperti itu. Kau salah paham."

Jelina terkekeh. Meratapi nasibnya yang buruk.

"Salah paham? Terserah kau anggap itu apa, yang terluka itu hatiku Jav. Aku benar-benar kehilangan sahabatku. Kau berubah semenjak mengenal Camelia. Tak ada satu hari untukku bisa bersamamu. Hanya mimpi yang aku punya, bisa tertawa bersamamu lagi walau hanya sekali."

"Maafkan aku, maaf."

Javier berlutut. Dipegangnya kedua kaki Jelina. Air mata yang ia tahan, akhirnya mengalir.

"Berdirilah, Jav. Aku akan memaafkanmu, tetapi dengan satu syarat."

"Apa? Aku pasti akan melakukannya?"

"Nikahi Camelia. Maka aku memaafkanmu."

Javier tak percaya dengan permintaan sahabatnya, setahunya Jelina tak suka dia dekat dengan Camelia. Permintaan itu juga sulit untuk Javier wujudkan. Ada banyak alasan yang membuatnya tak mau menikah dengan Camelia.

"Hubungan kami sudah berakhir. Lagipula, dia punya suami. Jika mereka bercerai pun, aku tak akan mau menikah dengannya. Tolong, mintalah yang lainnya."

"Tidak. Aku hanya akan memaafkanmu jika kau menikah dengan Camelia."

"Sebenarnya aku sudah memaafkanmu, Jav. Aku hanya ingin melakukan satu hal untuk adikku sebelum aku mati. Lagipula, kutahu kalian saling mencintai," batin Jelina.

"Permisi, Jav. Aku harus pergi."

Jelina berlari tak mempedulikan teriakan Javi yang terus memanggil namanya. Dirinya terus menambah kecepatannya untuk menuju mobilnya, menembus derasnya hujan.

Jelina kendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Lalu, berhenti di depan komplek perumahan. Dilepasnya topi dan rambut palsunya. Ia sisir surainya dengan jarinya ke belakang. Banyak sekali rambut yang rontok. Diambilnya sebuah foto dari dompetnya. Potret dirinya bersama Javier.

"Aku senang bisa bertemu denganmu kembali sebelum aku meninggalkan dunia ini, Jav. Aku harap aku bisa melihat kau bahagia bersama Camelia sebelum maut menjemputku. Maafkan aku, dulu tak merestui hubungan kalian," ujar Jelina sambil menatap lekat foto itu.

***

Rasyid tampak senang dengan pernyataan dokter yang menyatakan Camelia bisa berjalan normal lagi sekitar satu bulan lagi. Perempuan itu sekarang sudah bisa menggunakan kruk, tetapi kadang Camelia masih menggunakan kursi roda karena katanya repot jika menggunakan kruk. Seperti saat ini, perempuan itu menggunakan kursi rodanya ke mana-mana.

"Mas Ras, mana jamnya. Aku sudah bekerja keras," ujar Camelia dengan mengadahkan tangan kanannya.

"Kau tak sabaran sekali. Kukira kau itu wanita polos. Pintar sekali meminta barang semahal ini. Empat puluh enam juta hanya untuk jam."

Rasyid mengeluarkan kotak segi empat dari jasnya yang berisi jam berlaal.

"Salah sendiri nawarin. Nanti Mas Rasyid pasti sangat akan berterima kasih kepadaku karena Mbak Rissa pasti akan makin cinta sama, Mas."

"Kau yakin makan malamnya akan berjalan lancar, kan?"

"Iya, aku sudah memesankan tempat yang paling romantis untuk kalian. Restoran milik temanku pasti tak akan mengecewakan. Jangan lupa dialognya dihafal," ujar Camelia sambil mengeluarkan kertas yang ditulisnya semalam.

Rasyid mengangguk. Lalu, membaca isi kertas itu.

"Aku juga punya hadiah untuk kalian. Setelah kita bercerai, Mas Rasyid bisa berbulan madu dengan Mbak Rissa ke Italia." Camelia menyodorkan tiket pesawat beserta paket honeymoon.

Rasyid mengambilnya dengan tersenyum.

"Kau baik sekali. Baru kali ini ada orang yang mau diceraikan tapi sebahagia dirimu."

"Kalau aku tak bahagia nanti Mas Rasyid juga yang repot. Setelah ini aku punya rencana akan berkeliling dunia kalau misalnya aku tak bisa mendapatkan cinta pertamaku. Siapa tahu aku menikah dengan orang Thailand seperti Mario Maurer atau menikah dengan pria setampan Serge Rivava. Nanti, aku akan kirimi kalian fotoku bersama suami baruku. Pasti kalian akan iri."

Rasyid hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Beberapa bulan menikah dengan Camelia membuatnya sedikit memahami perempuan itu yang ternyata narsis sekali dan suka nonton drama asia dan telenovela. Kadang wanita itu akan tersenyum atau menangis tidak jelas. Rissa yang kadang diajak menonton film bersama saja jadi bingung dengan perilaku Camelia yang mudah baper dengan apa yang ia tonton.

"Kudoakan itu terwujud. Lalu, perusahaan orangtuamu siapa yang mengelola kalau kau keliling dunia terus?"

"Ada, orang kepercayaan ayah. Pokoknya, aku mau menjelajahi semua negara. Maafkan aku telah merepotkan kalian. Terima kasih juga sudah merawatku. Semoga pernikahan kalian langgeng dan tak ada lagi gangguan."

"Amin."

Tbc...

Apa yang kalian pikirkan setelah membaca part ini?

22 Desember 2016

Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang