7. Bertamu

20.9K 1.7K 30
                                    

Akhir pekan ini Rissa bisa terbebas dari banyaknya pekerjaan. Beruntungnya Rissa, entah terkena virus apa sang pemilik kafe memberikan libur sampai hari Selasa untuk seluruh pegawainya tanpa mengurangi gaji. Dengar-dengar istri bosnya itu baru saja melahirkan. Sekarang dia bisa menikmati harinya untuk pergi ke panti asuhan untuk bisa bermain dengan anak-anak kecil.

Sebelum berangkat ke panti asuhan, gadis bermata teduh ini membuat beberapa jenis roti untuk anak-anak yang jumlahnya kurang lebih dua puluh dua anak. Alhamdulillah, perempuan manis ini memiliki uang simpanan yang cukup untuk membeli bahan-bahan kue.

Berbekal dengan oven bekas milik kafe tempat ia bekerja yang dibeli dengan harga yang sangat murah, gadis ini bisa mengembangkan bakat memasaknya. Sudah sedari dulu, dia ingin membuka restaurant, tetapi apalah daya tak mampu mewujudkannya. Pertama-tama, ia membuat roti bolu bertaburan keju. Kemudian, membuat bolu kukus, dan terakhir donat. Kira-kira membutuhkan waktu sekitar tiga jam-an untuk menyajikannya.

Peluh terus menetes dari dahinya. Ia seka dengan kasar. Anak rambutnya basah karena keringat. Segera dia mencari handuk kecil mengusap wajahnya, lalu membasuhnya dan kembali mengusap wajahnya dengan handuk. Ikatan rambutnya ternyata lepas membuatnya harus mengucir rambutnya kembali. Ia ikat surai hitam panjangnya dengan asal-asalan.

Suara bel pintu terdengar membuat dirinya bergegas meninggalkan dapur untuk segera menyambut sang tamu. Dibukanya pintu yang catnya sudah usang itu dengan perlahan. Betapa terkejutnya dirinya ada seseorang pria yang tak asing untuknya. Lelaki yang kerap kali menggodanya. Sosok itu tersenyum dengan kedua tangan yang masih setia di masukkan ke dalam saku celananya.

"Loh, Tuan Fariz? Ngapain di sini?" tanya Rissa dengan mimik wajah yang sulit diartikan.

Fariz semakin tersenyum lebar.

"Tentu saja ingin bertamu. Kamu itu mau pake baju apa aja tetep cantik, ya. Meski pakai daster sama celemek," jawab Fariz sambil menatap Rissa dari bawah sampai atas. Sementara yang ditatap merasa risih.

"Ya, saya tahu. Namun, maksud kedatangan Tuan ada apa, ya?" tanya Rissa heran.

Belum sempat Fariz menjawab ada suara yang memanggil namanya. Sontak lelaki dan gadis cantik ini mengalihkan pandangannya ke pemuda tampan yang memanggil Fariz. Siapa lagi kalau bukan Rasyid.

Rissa yang melihat lelaki itu berubah menjadi gusar. Pasalnya sejak kejadian tiga hari yang lalu, di mana pria itu mengatakan ingin melamarnya, membuatnya berada di posisi yang serba salah. Keluarga pria itu memberinya kesempatan hingga akhir bulan untuk menjawab pinangannya.

Rasyid berjalan mendekat ke arah mereka dengan sekeranjang stroberi.

"Assalamualaikum," ujar Rasyid dengan ekspresi datar.

"Walaikumsalam," jawab Rissa dan Fariz bersamaan.

"Ras, katanya enggak mau ikut masuk. Tahu-tahu lo ngikut," ceplos Fariz dengan mimik wajah sebal.

"Nih, stroberinya ketinggalan. Lagian lo kayak dikejar anjing aja main lari." Rasyid langsung memberikan keranjang itu kepada Fariz.

"Namanya juga mau ketemu bidadari. Ya, gue langsung semangat empat lima." Fariz tersenyum lebar.

"Inget Far, cewek lo galak kalau marah gigit. Gue aduin baru rasa," ancam Rasyid santai.

Fariz menatap Rasyid kebingungan. Dia memang dekat dengan banyak wanita, tapi tak pernah satu dari mereka ia jadikan kekasih. Wanita mana lagi yang dimaksud sahabatnya.

"Maaf, kalau gitu silahkan masuk," ujar Rissa lembut.

Kedua lelaki itu langsung masuk ke rumah minimalis milik Rissa yang sempit. Namun, tertata rapi. Mata Fariz sibuk menjelajahi setiap inci ruangan. Melihat tempat itu membuatnya bersyukur karena bisa tinggal di rumah yang berkali-kali lipat lebih besar dari tempat itu. Sementara Rasyid hanya diam memikirkan banyak hal.

Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang