Hari berlalu dengan cepatnya tak terasa. Kini, Arissa akan menikah dengan Rasyid. Mengenakan jilbab bukan halangan untuk tetap tampil menawan di hari pernikahan. Gadis itu terlihat cantik dengan gaun model sheath yang berbentuk lurus, bermotif silk ala timur tengah atau khas India. Terdapat manik-manik dibagian leher dan dada yang terkesan mewah. Tak lupa ada penutup badan ala jubah dengan satu kancing saja.
Dirinya mencoba menepuk pipinya berulang kali memastikan itu bukan mimpi. Meski bahagia, tetapi ada saja yang membuatnya sedih, apalagi kalau tak ada satupun keluarga yang menghadiri pernikahannya. Bahkan dirinya tak tahu apakah masih ada sanak saudara dari orangtuanya yang masih hidup. Dahulu dia bermimpi bisa menikah dengan disaksikan keluarga besarnya. Seingatnya dia hanya punya paman dari ayahnya yang tinggal di luar negeri. Mereka miss-comunication karena ayahnya seorang dokter yang sering dipindahkan ke rumah sakit di luar kota, bahkan ketika kecil dia pernah tinggal di Singapura. Sementara pamannya seorang pembisnis yang memiliki banyak usaha di beberapa negara. Jika saja keluarga pamannya berada di negara ini, tak mungkin perempuan ini harus hidup di panti asuhan karena pria itu sudah menganggap dirinya seperti anaknya sendiri.
Pernikahan itu akan berlangsung beberapa menit lagi. Dirinya sering menghadiri prosesi pernikahan betapa bahagianya sang mempelai wanita, ketika ayahnya yang menjadi wali. Sementara dirinya tak mungkin dinikahkan oleh ayahnya karena telah tiada. Maka dari itu dirinya menggunakan wali hakim karena wali nasabnya pun juga sudah tiada, yaitu kakeknya karena keluarga dari ayahnya berbeda keyakinan termasuk pamannya yang tak mungkin menjadi walinya.
Rissa turun ke bawah dengan digandeng Ibu Salma. Dilihatnya Rasyid yang terlihat bahagia dengan senyum cerah duduk di depan penghulu. Jantungnya berdetak semakin kencang tak karuan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Arissa Husein Gerald binti Arben Hussein Gerald dengan mas kawin satu set perhiasan dibayar tunai."
***
Arissa masih tak percaya lelaki yang sekarang berdiri di depannya telah resmi menjadi suaminya. Ada ketenangan di hatinya melihat wajah lelaki itu yang berseri-seri. Rasyid juga sibuk dengan pikirannya. Dirinya memiliki banyak hal yang belum diselasaikan.
"Ris, sholat Maghrib dulu, yuk." Rasyid menggandeng tangan Rissa menuju mushola. Di sana Nyonya Adelia, Qila, dan Azmi juga sudah bersiap. Saat pandangan Rasyid bertemu dengan Qila, dirinya menjadi merasa sedih. Terlihat jelas sekali Qila sedang terpuruk meski berusaha tersenyum.
Usai Rasyid mengimami sholat Maghrib, lelaki itu mengajak Rissa mengaji bersama. Ada kebahagian yang tak terkira di hati wanita cantik itu. Tak pernah ia sangka akan tiba hari seperti ini. Perempuan itu tak henti-hentinya mengucapkan puji syukur di dalam hatinya.
"Mas, punya sesuatu buat kamu."
"Apa?" tanya Rissa penasaran. Rasyid tersenyum.
"Ayo balik dulu ke kamar."
Rissa hanya mengikuti ucapan suaminya. Ia penasaran apa yang ingin diberikan suaminya itu. Lagi-lagi jantungnya berdetak kencang tatkala berdiri di dekat suaminya itu.
Rasyid memberikan sebuah kotak beludru persegi panjang dengan pita emas kepada istrinya. Rissa semakin penasaran, tetapi ia tetap menunjukkan ekspresi datarnya menunggu suaminya untuk membuka kotak itu.
"Silahkan dibuka, Ris."
Perlahan perempuan itu membuka kotak beludru yang sudah berada di tanggannya. Sebuah kain bewarna emas dan sebuah gaun panjang yang indah. Rissa menitikkan air matanya karena itu sangat indah.
"Kamu suka?" tanya Rasyid dengan raut wajah sumringah.
Rissa mengangguk.
"Aku ingin kamu mengenakan gaun ini beserta kerudungnya. Kamu mau, 'kan?"
Rissa tersenyum.
"Tentu, aku mau."
Rasyid mengambil kain persegi panjang bewarna emas itu. Ia lipat menjadi segitiga. Lalu, pria itu memakaikannya di kepala Rissa. Kemudian, dia ambil sebuah jarum pentul yang memang sudah ditancapkan ke kain tersebut untuk menjepit kedua sisi kain.
Rasyid mengandeng tangan kanan istrinya untuk menuju cermin. Dipeluknya istrinya itu dari belakang.
"Kamu terlihat sangat cantik jika mengenakan kerudung, Ris. Aku sangat menyukainya."
Rissa mengerti benar arah pembicaraan Rasyid.
"Mas, memintaku untuk menggunakan hijab?" tanya Rissa halus.
"Iya, tapi aku tidak memaksamu. Akan tetapi, bukankah berhijab itu adalah kewajiban setiap muslimah. Kamu pasti tahu itu kan, Ris?"
"Iya. Aku tahu. Aku juga akan memakainya. Insyaallah, istiqomah."
Rasyid memutar tubuh istrinya untuk menghadapnya. Ia kecup singkat dahi perempuan itu.
"Terima kasih."
"Mas, boleh aku bertanya?"
"Silahkan?"
"Apa, Mas mencintaiku?"
Rasyid hendak menjawab pertanyaan Rissa, tetapi ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Lelaki itu cepat-cepat membuka pintu. Terlihat Azmi dengan muka bersedih tengah memandangnya lekat.
"Sayang, kenapa?" tanya Rasyid cemas.
"Umi, Yayah," panggil Azmi dengan suara sendu.
Rasyid langsung menggendong Azmi menuju kamar Qila. Ia lihat adiknya pingsan di dekat almari.
"Qil, bangun." Rasyid langsung membopong tubuh adiknya ke ranjang. Ia ambil minyak kayu putih untuk diusapkan di hidungnya. Perlahan wanita itu membuka matanya.
"Mas," lirihnya dengan suara serak.
Rasyid mengambil air putih di atas nakas.
"Minum dulu, Qil."
Qila meminum air putihnya sekali teguk.
"Kamu kenapa?"
"Mas, aku baru saja mendapatkan kabar gadis itu sudah sadar tapi kondisinya sangat buruk. Aku tak tahu apa yang terjadi dokter memintaku untuk menemuinya untuk membicarakan perihal ini."
"Mas, mau mengantarkan Qila ke Bandung. Qila takut, Mas."
"Iya, Mas akan temani. Kapan?"
"Sekarang, sebelum keluarga gadis itu datang."
Rasyid tak bisa menolak permintaan adiknya. Ia bergegas ke kamarnya untuk mengemasi pakaiannya.
***
"Mas, mau kemana?" tanya Rissa bingung.
"Mas, ada urusan pekerjaan ke luar kota yang enggak bisa ditinggalkan. Kamu enggak pa-pa kan kalau Mas tinggal beberapa hari?"
Rissa hanya mengangguk.
Rasyid mengambil kunci rumahnya dan kartu atmnya.
"Ini kamu bawa kalau mau beli apa-apa. Terus ini kunci rumah kita. Besok biar Mang Ujang nganter kamu ke rumah kita. Umi mau ke Denpasar jadi rumah Umi ini bakal kosong. Kamu ke rumah kita aja di sana ada Mbak Miya biar kamu enggak kesepian."
Rissa lagi-lagi hanya mengangguk mengerti. Entah kenapa hatinya mengatakan akan ada suatu hal buruk yang terjadi.
Tbc .....
Fariz lagi di Hongkong jadi gak tahu kalau Rasyid udah nikah ama Rissa. Kira2 bakal poteq ga ya Bang Fariz kalau tahu.
Oh iya, Rissa itu anaknya Ben sama Kanaya. Yang baca AIP pasti tahu kan siapa mereka xD
4 Desember 2016
RT: 1 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)
General FictionCERITA DIPRIVAT Follow=> masukin library baru bisa baca kalau gak di log out dulu. Sequel dari Hidden Husband (Remake from AIP) Dulu ketika kecil aku berharap dapat menikah dengan orang yang kucintai dan semesta mengabulkan. Aku Arissa Husein dapat...