19. Tak Terduga

23.2K 1.8K 49
                                    

Ps: Kalau gak suka sama cerita saya langsung pergi aja. Enggak usah judge dan komentar yang kasar. Kalau mau baca cerita bagus baca aja karya artis wattpad atau beli di toko buku.

17 & 18 sudah diupdate dalam mode privat. Follow + masukin library baru bisa baca kalau gak logout dulu karena saya juga baru log out baru bisa baca.

____________________________________

Rissa yang baru pulang merasa aneh dengan wajah suaminya yang terlihat sembab. Padahal seingatnya Rasyid tadi baik-baik saja.

"Mas Ras, kenapa?" tanya Rissa hati-hati.

Rasyid menggelengkan kepalanya, "enggak apa-apa kok, Ris."

Namun, Rissa tidak percaya begitu saja tapi dia enggan bertanya lagi.

"Mas aku bawain bakso ikan. Mas suka, kan?" Rissa mengulurkan bungkusan makanan kepada Rasyid. Lelaki itu langsung menerimanya dengan senyum dipaksakan.

"Emangnya kamu barusan dari mana, Ris?"

"Makan di restoran  tapi aku gak tahu namanya. Tulisannya pakai hangeul."

"Ngomong-ngomong kamu kok bau parfum cowok, ya?"

Rissa langsung mencium gaunnya memastikan ucapan Rasyid. Ternyata benar bau parfum Ares melekat di bajunya.

"Ohh, iya. Pasti ini bau parfum Kak Ares."

Rasyid mengernyitkan dahinya bingung. Rissa yang mengerti langsung menjelaskan.

"Kak Ares itu kakak sepupuku. Aku udah cerita belum ya, Mas?"

Rasyid menggelengkan kepalanya.

"Belum."

"Waktu kakiku keseleo itu aku habis ketemu Kak Ares. Aku gak menyangka banget bisa ketemu sama keluargaku. Kak Ares itu anaknya Om Varlend sama Tante Rein."

Cerita Rissa dengan senyuman.

"Ohh, jadi kamu tadi makan malam sama kakak sepupu kamu? Kayaknya serius banget sampai dia nangis sambil genggam tangan kamu erat," ceplos Rasyid tanpa lelaki itu sadari.

Senyum Rissa memudar. Ditatapnya Rasyid penuh curiga.

"Mas ngikutin aku, ya?"

Rasyid lagi-lagi hanya mengangguk.

"Berarti aku gak usah bawain bakso ikan ya. Pasti Mas juga udah pesen makanan. Kok gak gabung sekalian aja? Sebenarnya tadi aku juga mau ngajak Mas Rasyid biar kenal sama Kak Ares tapi aku pikir Mas kecapekan baru pulang kerja. Eh mah Mas Rasyid ngikut, takut banget aku ilang ya?" goda Rissa yang ditanggapi Rasyid serius.

Lelaki itu langsung memeluk istrinya erat.

"Aku takut kamu pergi ninggalin aku karena aku udah sering nyakitin kamu. Aku cuma mastiin kamu pulang lagi."

Rissa yang mendengar itu langsung mengerti. Dirinya paham sekarang kenapa wajah suaminya seperti orang yang baru menangis. Sudah jelas pria itu sedih karenanya.

"Jadi, Mas barusan nangis karena aku? Maafin, Rissa ya Mas udah buat Mas Rasyid khawatir," tanya Rissa halus.

"Kamu gak perlu minta maaf aku yang salah. Ya, tadi aku nangis karena aku melihat kamu pelukan sama kakak sepupumu. Aku kira kamu jatuh cinta dengan lelaki lain karena kamu terlihat bahagia sekali tadi dan terakhir kalian berpelukan. Seharusnya aku gak ngeraguin ketulusan kamu. Sekali lagi maafin aku, Ris."

Rissa mencoba melepaskan pelukan suaminya. Lalu, ditatapnya kedua manik mata sipit itu lembut seraya tersenyum.

"Mas gak perlu minta maaf. Aku juga salah, gak izin yang jelas tadi karena saking terburu-buru. Aku seneng kalau Mas cemburu berarti Mas cinta sama aku. Mas aku akan selalu nepatin janji aku selalu di sisi Mas."

Rasyid yang melihat senyum tulus istrinya semakin bersalah dengan perempuan itu. Begitu mulia hatinya. Meski berulang kali ia sakiti namun wanita itu tetap selalu mendukung dan ada di sisinya.

"Aku sangat beruntung punya istri kayak kamu, Ris."

"Aku juga beruntung menikah sama Mas Rasyid walau dimadu. Emang awalnya nyesek Mas. Tapi, setelah aku tahu semuanya ya aku ngerti kondisi Mas yang serba salah. Asalkan cinta Mas tetap buat aku aja."

Rissa tak takut Rasyid marah dengan ucapannya karena lelaki itu sendiri yang menyuruhnya jujur akan perasaannya. Saat dimana lelaki itu mengungkapkan kebenaran perihal pernikahannya dengan Camelia, mereka berjanji harus jujur dan saling terbuka agar tak ada salah paham lagi. Meski kejujuran itu sangat menyakiti.

"Ya, maafin aku. Tapi, bantu doain si Camel cepet bisa jalan ya. Biar aku bisa cerai sama dia secepatnya."

"Mas, apa gak dosa kayak gitu?"

"Kalau pernikahan ini dilanjut semua pasti akan semakin tersakiti. Itu malah nambah dosa. Lagipula, Camel sendiri yang minta cerai kalau udah bisa jalan, katanya yang penting dia udah ngelakuin wasiat mendiang ayahnya. Ini emang murni salahku yang ngiyain permintaan ayahnya Camel karena saking pusing."

***

Mentari sudah berada di puncaknya. Cuaca semakin panas. Peluh yang lumayan mengucur membuat kerudung Nyonya Adelia sedikit basah. Perempuan baya itu yang baru saja pulang dari luar kota langsung datang ke rumah anaknya terlebih dahulu untuk memastikan kondisi anak dan menantunya.

Wajah berseri-seri itu berubah seketika tatkala mendapati Camelia yang sedang menatap akuarium. Perempuan itu bertanya-tanya dalam hati siapa wanita itu. Paras rupawan itu sangat asing untuknya.

"Assalamualaikum," ujar Nyonya Adelia.

Camelia langsung menjawab salam mertuanya seraya memutar kursi rodanya.

"Maaf, Ibu ini siapa ya?" tanya Camelia ragu.

"Saya Uminya Rasyid. Kamu siapa?"

Camelia kebingungan ingin menjawab apa.

"Saya Camelia. Saya panggilkan Mas Rasyid, ya."

Camelia terburu-buru menghindar. Dirinya takut menjawab kebenaran tentang dirinya.

Rissa yang baru saja dari dapur langsung memeluk mertuanya begitu melihatnya.

"Ris, apa kabar kamu?"

"Alhamdulillah, baik Umi."

"Ris, wanita yang menggunakan kursi roda tadi itu siapa, ya?"

"Itu Camelia. Istri keduanya Mas Rasyid," ujar Rissa ragu.

Nyonya Adelia yang mendengar itu bagai disambar petir. Tubuhnya langsung terjatuh ke ubin tak sadarkan diri.

"Umi!" teriak Rissa panik.

Tbc ...

Lagi pusing, lagi sedih, lagi syok. Mata perih & merah karena nangis nonton drama jadi maaf kalau banyak typo.
Jangan ngajak ribut. Be smart & good person.

18 Desember 2016

Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang