PS: Flasback itu tidak diitalic. Seorang reader sejati pasti tahu mana mas depan dan mana masa lalu.
Danke.
Happy readings,
Nyonya Adelia perlahan membuka matanya. Netra itu memandang kecewa anak lelakinya yang ia banggakan. Tak pernah dirinya sangka akan ada peristiwa seperti ini. Kepercayaan yang selalu wanita paruh baya ini agungkan. Hilang sudah bersama angin yang berhembus.
Rasyid yang melihat ibunya memandangnya penuh luka, membuatnya semakin sedih. Batinnya semakin pilu. Memang benar kata orang kalau penyesalan selalu datang di belakang. Jika, datang di depan itu namanya pendaftaran.
Lelaki itu menunduk saking takutnya melihat netra ibunya yang mulai menitikkan air mata. Rasyid memejamkan matanya seraya mengucap doa di dalam hati. Rissa yang melihat kejadian itu tak tahu harus berbuat apa. Dirinya memilih diam sampai ada yang membuka suara.
"Ris, Umi ingin bicara sama Rasyid berdua saja. Kamu enggak keberatan kan?" ujar Nyonya Adelia halus. Rissa mengangguk lalu keluar.
"Ras, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Nyonya Adelia seraya menyandarkan punggungnya ke papan ranjang.
Rasyid langsung berjongkok di ubin di depan ranjang. Ia cium kedua kaki ibunya seraya menangis. Nyonya Adelia usap lembut rambut anaknya meski dirinya kecewa. Bisa wanita paruh baya itu rasakan air mata yang mengalir dari netra anak kesayangannya.
"Maafkan aku, Umi. Rasyid menikah lagi tak memberi kabar kepada Umi." Air mata Rasyid semakin mengalir.
Diangkat dagu anaknya menghadap wajahnya. Nyonya Adelia mencoba tersenyum meski air mata tetap mengalir. Ditatapnya lembut anaknya meski hatinya sakit.
"Kenapa kamu menikah lagi bahkan usia pernikahanmu baru enam bulan?"
"Maafkan Rasyid, Umi. Rasyid tak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya."
Rasyid takut jika ibunya tahu putri kesayangannya menabrak Camelia lalu syok. Dirinya takut sangat ibunya terluka namun kenyataannya ia juga sudah melukainya.
"Rasyid, kamu masih menganggap Umi sebagai ibumu, kan? Kenapa kamu menikah lagi sementara Rissa masih sanggup menjalankan kewajibannya sebagai istri. Dia wanita yang baik dan patuh pada suami, dia tidak mandul, tidak cacat. Lalu, kenapa kamu menikah lagi? Jawab Umi jika kamu memang menyayangi Umi. Kalau memang tidak maka mulai hari ini jangan pernah anggap Umi sebagai ibumu lagi!" Intonasi Nyonya Adelia mulai menaik.
Rasyid akhirnya memutuskan untuk bercerita. Dia ceritakan semua yang sudah terjadi tanpa menambah atau mengurangi.
Nyonya Adelia semakin sedih. Dipeluknya putra sulungnya itu. Dirinya tak menyangka banyak hal yang telah putra-putrinya lewati.
"Umi tahu kamu ingin melindungi Qila, tetapi keputusan kamu telah menyakiti banyak orang. Pasti ada jalan yang masih bisa ditempuh waktu itu kalau kamu tidak gegabah."
Rasyid terdiam. Ingatannya kembali kepada hari itu. Di mana adiknya dimaki-maki. Padahal sudah berulang kali, Qila minta maaf hingga bersujud di kaki Ayah Camelia.
"Percumah kamu meminta maaf hingga air mata kamu mengering. Anak saya tetap akan kehilangan masa depannya. Kamu penghancur masa depan anak saya. Pasti kamu sebagai wanita mengerti kalau perempuan cacat sulit mendapatkan suami. Karir anak saya juga hancur. Kalau memang tak bisa menyetir mobil dengan baik, janganlah mengendarainya!"
Kalimat itu yang terus berputar di kepala Qila yang membuatnya semakin terluka. Rasyid tak tahu harus berbuat apa untuk membuat adiknya tenang meski sekejap. Dirinya takut Qila akan depresi kembali lagi kalau terus-terusan seperti itu. Kala itu Rasyid mencoba menenangkan adiknya namun hasilnya nihil.
"Qila, udah nghancurin hidup orang. Qila sangat jahat, Mas."
Kata-kata itu berulang kali didengarnya dari mulut adiknya.
"Kamu bukan orang jahat. Lagipula, kamu juga gak sengaja. Itu murni kecelakaan karena mesin mobil yang kamu sewa bermasalah. Itu bukan sepenuhnya salah kamu."
Dipeluknya tubuh rapuh ini.
"Tapi, kenyataannya Qila yang nabrak dia. Qila yang nghancurin masa depannya. Benar kata ayahnya siapa yang akan menikahi wanita itu?"
"Mas," jawab Rasyid ragu.
***
Javier terduduk sambil memandang langit malam dengan hembusan menusuk. Lamat-lamat suara jangkrik terdengar. Dedaunan berguguran karena angin bertiup dengan kencangnya. Sebuah syal terbang tepat jatuh di hadapannya menutupi kaki kanannya.
Sontak ia ambil syal itu. Dipandanginya lekat benda lembut hasil rajutan tangan yang tampak sudah lama. Benar-benar tak asing kain indah yang berada di tangannya sekarang. Matanya mengabsen setiap sudut taman.
Langkah kakiknya semakin cepat menjelajah setiap sudut. Namun, cuaca tak berpihak padanya. Tahi angin datang dengan tidak sopannya. Sekarang gerimis itu malah berubah menjadi hujan deras. Dirinya langsung berlari menuju ke bawah pohon beringin. Tepat disaat dirinya berhasil berteduh di sana, ada seseorang wanita pula yang ikut berteduh.
Ditatapnya lekat surai yang dibuat bergelombang itu. Bahu gadis malay itu tampak tak asing. Namun, sayangnya meski mereka berteduh di tempat yang sama, Javi tak bisa melihat sosok itu dengan jelas karena membelakanginya. Apalagi, rambutnya menutupi sebagian wajahnya ditambah milineris berupa topi.
"Jelina," lirih Javi sambil memegang bahu itu.
Gadis itu langsung membalikkan badan. Dilepasnya topi bewarna hitam putih dan disibaknya rambut itu oleh Javier. Perempuan itu hanya diam.
"Akhirnya aku menemukanmu," ujar Javi senang dengan senyum mengembang.
"Tapi, tidak denganku."
Tbc ....
Boleh memberi krisan, review. Apalagi, sumbangan cover sangat diterima.
Tapi, saya tidak suka diri saya dihina.Kalau saya nemuin kata-kata kayak dibawah ini lagi.
"Lo, itu gk lebih baik dari p*nt*t b*bi. Semua tulisan lo tu cem sampah kayak lo. Mbaca cerita lo cuma bikin mual mending lo gk usah nulis."Jangankan hapus cerita hapus akun aja siap. Daripada dikata-katain bikin sakit hati mending meneguk kopi pahit.
Be good person, please.
Big love,
EarlyCetta21 Desember 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)
General FictionCERITA DIPRIVAT Follow=> masukin library baru bisa baca kalau gak di log out dulu. Sequel dari Hidden Husband (Remake from AIP) Dulu ketika kecil aku berharap dapat menikah dengan orang yang kucintai dan semesta mengabulkan. Aku Arissa Husein dapat...