Caution:
Harap selalu sediakan obat atau benda-benda yang menunjang setelah membaca cerita ini.
__________Untuk apa mencintai kalau hanya untuk menyakiti__ ____________________________________
Fariz mengeret kopernya kesal. Lelaki itu dalam kondisi yang buruk. Bagaimana tidak pergi ke Hongkong untuk bisnis dan melepas penat sambil berlibur. Namun, ternyata dirinya malah bertemu teman masa kecilnya yang berisik dan sangat menganggu. Tak hanya itu gadis berkulit malay ini mengikuti Fariz kembali ke Indonesia.Gadis itu sangat manis dengan mata belo, hidung mencuat, alis lurus, dan surai dibuat bergelombang. Namun, bagi Fariz wanita itu adalah perempuan yang harus dihindari. Tapi, nasib tak berpihak padanya.
"Riz, jalannya jangan cepat-cepat," ujar gadis malay itu dengan senyum tipis terus berusaha mengimbangi jalannya Fariz.
"Aku ingin cepat sampai ke apartemen untuk menemui kekasihku," jawab Fariz asal.
"Oh ya? Benarkah kau punya kekasih?" Gadis itu tersenyum mengejek.
Fariz langsung berhenti melangkah. Ditatapnya wanita itu.
"Punya namanya Erlise."
Fariz benar-benar bingung menjawab apa. Hanya nama kucingnya yang terlintas di otaknya.
"Lalu, kau mau langsung ke apartemen kekasihmu?"
"Tidak, kami tinggal bersama."
Gadis malay itu terdiam. Dirinya berusaha tersenyum meski sakit tepat di ulu hatinya. Sudah lama ia mencintai Fariz namun sampai sekarang lelaki itu tak pernah memandangnya lebih dari sekedar teman. Ralat. Bahkan teman saja belum tentu.
***
Rissa penasaran dengan apa yang dipegang oleh Camelia. Sedari tadi perempuan itu memegang sebuah kotak yang entah isinya apa. Wanita yang sedang diamati Rissa itu menolehkan pandangannya ke arah Rissa sambil tersenyum.
"Mbak, sedang apa di situ?" tanya Camelia sambil memutar roda kursi rodanya untuk mendekat ke arah Rissa.
"Mau cari Mas Rasyid," bohong Rissa.
"Baru saja berangkat kerja."
Rissa sebenarnya tahu betul suaminya sudah berangkat kerja karena baru saja lelaki itu dari dapur mengambil bekal makan siangnya dan berpamitan kepadanya.
"Ohh. Itu apa?" Tunjuk Rissa pada kotak yang dibawa Camelia.
"Ini kotak musik."
Rissa mengangguk mengerti.
"Sepertinya barang itu sangat istimewa. Apakah itu pemberian dari seseorang?"
Camelia tersenyum tanda mengiyakan.
"Ya. Mbak, apakah cinta itu bisa salah?"
Rissa mengernyitkan dahinya bingung. Camelia yang mengerti istri tua suaminya itu kebingungan pun menjelaskan lebih pertanyaannya.
"Maksudnya apakah mencintai seseorang itu ada batasannya?"
"Cinta tidak pernah salah karena datangnya dari hati. Bahkan mencintai suami orang lain itu tidak salah tapi yang salah itu ketika ingin merebut suami orang." Rissa memberi penekanan di tiga kata terakhir. Entah setiap membahas hal yang berhubungan dengan cinta dirinya menjadi sensitif. Mengingat cintanya hanya untuk Rasyid seorang namun entah dengan isi hati lelaki itu.
Camelia mengerti ucapan Rissa yang menyindirnya. Dirinya hanya diam padahal perempuan ini ingin bertanya banyak hal tapi sepertinya ia salah jika bertanya pada Rissa.
Rissa langsung menarik nafas. Memejamkan matanya sejenak. Seraya mengucap istighfar dalam hati.
"Maaf," ujar Rissa tulus.
"Mbak gak salah. Saya yang salah. Saya yang harus minta maaf, Mbak."
"Lupakan saja. Kenapa kamu tanya tentang cinta?" Rissa mencoba mengalihkan topik meski hatinya resah.
"Saya pernah mencintai dan dicintai tapi keyakinan kami berbeda." Kenang Camelia pada kisah cintanya yang manis namun tak berujung.
"Sayangnya Ayah menentang. Padahal lelaki itu rela pindah agama agar kami bisa bersatu."
Mendengar cerita Camelia mengingatkan dirinya pada kisah cinta ayahnya yang tertulis di diary ibunya. Bahwa ayahnya mencintai seorang wanita yang memiliki keyakinan yang berbeda yang kini menjadi bibinya sebelum jatuh cinta dengan ibunya.
Ayah Rissa itu begitu romantis dan penyayang. Makanya ibunya tak pernah menangis karena begitu besar cinta ayahnya pada ibunya. Ketika kecil ia berharap memiliki suami sebaik ayahnya yang tak pernah marah apalagi memukul. Selalu memberi kejutan indah untuk istri dan anaknya.
Terkadang Rissa bertanya-tanya apa salahnya kenapa ia harus dimadu padahal dirinya baru saja menikah. Siapa bilang ia ikhlas diduakan. Tidak. Dirinya hanya berusaha menerima. Perempuan ini hanya ingin menjaga keutuhan rumah tangganya. Hatinya yang sudah dipenuhi nama Rasyid itu membuatnya semakin menderita. Ingin melepas namun tak semudah membalikkan tangan. Andai cinta itu bisa dipaksakan lebih baik tak pernah mencintai suaminya jika harus setiap hari melihatnya membagi kasihnya untuk yang lain.
"Lalu, kamu masih mencintainya?" tanya Rissa setelah sadar dari lamunannya.
"Tidak tahu, Mbak. Saya lelah mencintai."
***
Suara derit pintu dibuka membuat Rissa menoleh ke arah pintu. Dilihatnya sang suami dengan senyum merekah. Rissa mendekati suaminya untuk menjabat tangannya.
"Assalamualaikum, Ris."
"Walaikumsalam, Mas. Aku udah buatin kopi. Mas mau makan atau mandi dulu. Biar Rissa siapin?" tanya Rissa sambil mengambil jas dan tas suaminya itu.
"Aku udah makan malam di kantor. Kamu siapin baju aku aja, ya."
Rissa mengangguk.
"Emh, kamu tahu Camelia di mana?"
"Di ruang keluarga kayaknya. Ada apa sih, Mas?"
"Ada hal penting yang mau aku bicarakan sama dia," ujar Rasyid sambil berlalu meninggalkan Rissa yang masih berdiri dengan banyak pertanyaan di otaknya.
Perempuan itu segera menaruh tas dan jas suaminya di kamar serta menyiapkan baju tidurnya. Setelah itu ia terburu-buru ke ruang keluarga ingin tahu apa yang ingin dibicarakan suaminya. Mungkin memang tak sopan tapi dirinya penasaran sekali apa yang membuat suaminya sebahagia itu.
Dilihatnya dari balik pintu yang sedikit terbuka. Camelia dan Rasyid terlihat berbicara serius namun tak terdengar olehnya yang jelas ia melihat senyum mengembang di bibir Camelia dan suaminya itu semakin tersenyum lebar.
Hanya melihat suaminya tersenyum dengan wanita lain saja sudah membuatnya sakit. Apalagi sekarang ia harus melihat Camelia yang duduk di sofa yang jaraknya tak jauh dari suaminya itu langsung memeluk Rasyid. Saat ini Rissa merasa sedang melihat film romance di atas tempat duduk penuh duri.
Tbc ....
9 Desember 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)
Ficção GeralCERITA DIPRIVAT Follow=> masukin library baru bisa baca kalau gak di log out dulu. Sequel dari Hidden Husband (Remake from AIP) Dulu ketika kecil aku berharap dapat menikah dengan orang yang kucintai dan semesta mengabulkan. Aku Arissa Husein dapat...