Happy reading!!!
€€€
PRILLY POV
Saat ini, gue sama Ali udah ada di dalam rumah, tepatnya di kamar kita yang Ali tempati.
"Prill...." panggil Ali.
"Apa?" Tanya gue yang masih sibuk cari baju tidur gue.
"Aku boleh minta waktu kamu buat bicara benar gak?" Tanya dia balik.
"Ya udah sih, ngomong aja." Ucap gue tak melihat dia.
"Apa kamu gak takut dosa?" Tanya dia lagi.
"Ya takut lah..." Apa maksud dia bicara kayak gitu? Mana ada orang yang tak takut sama dosa?. Batin gue.
"Kalau kamu takut, kenapa kamu bohongi orang tuamu? Kamu bilang ke orang tua kamu kalau kita tidur satu kamar dan satu ranjang. Tapi nyatanya..., cukup aku aja yang bohong sama bunda tentang keadaan kita. Biar aku aja yang terima dosanya. Aku gak papa kok kalau kamu bohong sama aku, tapi aku gak mau kalau kamu bohong sama orang tua kamu." Jelas Ali.
"Kalaupun bisa, aku mau kok tanggung semua dosa yang kamu miliki. Tapi aku mohon sama kamu, aku minta kamu jujur sama orang tua kamu. Kalau kamu mau kita pisah pun aku mau, asal kamu bahagia dan jujur sama orang tua kamu." Jelas dia lagi. Gue hanya diam, gue ingin tau apa yang ingin Ali bicarain.
"Apa aku bilang aja ke orang tua kita kalau kita mau pindah rumah aja? Biar kamu bahagia. Aku gak papa kok kalau kamu bawa cowok lain yang kamu sukai ke rumah itu, dari pada kamu hidup sama aku tapi kamunya gak bahagia." Gue gak bisa jawab kata kata dia tadi. Lidah gue kelu dan gak bisa jawab apa apa.
"Karena kamu diam, aku anggap kamu menjawab 'iya' dalam kediaman kamu itu?" Tambah Ali atas kediaman gue.
Apa gue sejagat itu?
Setelah berucap kayak gitu, gue lihat Ali mau beranjak keluar kamar.
"Li..." panggil gue.
"Iya." Jawab dia singkat.
"Maaf...." Ucap gue lirih, tapi gue yakin kalo dia masih bisa didengar oleh Ali.
"Buat apa? Kamu gak salah kok, kamu berhak bahagia. Aku turun dulu ya, aku mau bicara tentang keinginan untuk pindah rumah ini ke orang rumah."
"Maafin aku Li.... Aku gak maksud berbuat kayak gini. Aku kalah sama egoku. Kamu mau gak ajari aku?""Ajarin apa?"
"Ajari aku sabar kayak kamu dan ajari aku buat bisa menerima kamu dalam hidup aku. Aku tau aku salah. Aku mohon, ajari aku tentang semua itu."
Entah sejak kapan air mata gue udah jatuh membasahi pipi gue. Ali yang lihat gue lagi nangis, langsung jalan ke arah gue dan menghapus air mata gue sama ibu jarinya.
"Kamu kok nangis? Maaf ya... Karena kata kata aku kamu jadi nangis deh..." Ucap Ali. Di situ gue coba buat tatap mata Ali, mencari sebuah kebohongan di sorot matanya. Tapi, yang gue lihat di sana hanya ada ketulusan dari sorot matanya.
"Gak kok, kata kata kamu bener. Aku yang salah, aku udah bohong sama keluarga kita. Dan..." Gue lihat dia menaikkan alis matanya sebelah. Seolah ingin berucap 'apa'.
"Aku udah salah, karena aku sia siain kamu yang udah sabar dengan tingkah polah ku. Aku minta maaf ya Li..." Gue lihat dia senyum ke gue. Ini jantung kenapa jadi dag dig dug gini sih, cuma karena liat dia senyum doang.
"Iya, aku akan ajari kamu kok. Ya.... walaupun kamu masih belum bisa cinta sama aku, itu gak papa. Yang penting, kamu mau terima aku ada di samping kamu dulu ok. Ya udah, kamu udah nemu belum bajunya?" Ucap Ali yang hanya di balas anggukan dari Prilly.
"Kalau gitu sekarang kamu ganti baju terus tidur, udah malam juga."
"Malam apanya? Orang masih jam setengah delapan juga."
€€€
KEVIN POV
Siang ini gue, papa, sama mama lagi ada di lantai 2, tepatnya ruang santai. Saat kita lagi asik sama kegiatan yang kita lakukan sendiri sendiri, gue denger suara Ali sama Prilly yang lagi di dalem kamar.
"Ih.... Ali, gue geli... cepet masukin sekarang! Gue gak tahan ini." Ucap Prilly. Nah lo, mau ngapain nih anak dua? Apa lagi...
"Ya sabar kali Prill... ini juga, ngapain kamu tutup gitu? Buka lebar lebar. Gimana masuknya kalau ditutup gitu?" Ucap Ali. Wah nih anak, tapi gak papa deh kayaknya gue bakal dapet hadiah.
"Ma, pa, jangan jangan mereka..." Ucap gue nengok ke orang tua gue yang dibalas anggukan.
"Udah... biarin, lagian itu juga hak mereka melakukan 'itu'." Ucap mama Ully sambil baca majalah kesukaannya yang mama gue beli tadi pagi.
"Mangkanya Vin, cepet deh kamu cari cewek. Terus halalin kaya si Ali, biar bisa main begitu begituan." Ucap papa Rizal sambil baca korannya tanpa nengok ke gue.
Ini papa sama mama gue kompak bener nyuruh gue cepet cepet nikah. Cewek aja gak punya. Batin gue.
"Iya deh iya, Kevin cari cewek...." Ucap gue seraya putar bola mata gue malas.
"Ih, gue kan gak tahan Ali... Jadi reflek gue tutup." Ucap Prilly lagi. Ini anak dua ngapain sih? Bikin gue penasaran aja.
"Ya udah sekarang di buka, nanti kalau gak di buka susah." Ucap Ali.
"Kurang lebar Prill, kalau gak lebar gak bisa masuk." Tambah Ali lagi.
"Ini udah lebar Li, nanti robek. Kalau robek gimana? udah masukin aja! Cukup cukup."
"Robek gak papa kali Prill, asalkan bisa."
"Iya iya, nih."
"Nah, akhirnya bisa masuk juga."
€€€
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband is captain (repost)
Fanfictionperbaikan dari my husband is captain yang pertama. ~~~~ Bagaimana rasanya jika kalian memiliki suami seorang pilot?