•Part 2•

7.8K 697 5
                                        

Aaaaaa, sepupu paling pengertian banget si Dinda. Di saat lagi suntuk-suntuknya dia datang bawa vidio Ali yang buat mood ku kembali lagi.

"Kenapa gak dari dulu sih ngasih kaya gini, Din? Kan kalau begini tiap hari gue semangat terus," kataku yang malah mendapatkan hadiah jitakan oleh Dinda.

"Enakan elo! Gak ada usaha, minta apa-apa ke gue!" Cerca Dinda.

"Sama sepupu sendiri pelit banget sih! Oh iya, lo ketemu Ali di mana?" Tanya ku sambil melihat-lihat foto Dinda bersama Ali di ponselnya.

"Di apartemennya. Mumpung Ali free kemarin, jadi gue sama temen gue main deh ke apartemennya," balas Dinda santai. Ia berpindah menuju meja belajar ku yang tak jauh dari ranjang. Dinda melihat-lihat koleksi novelku yang ada di sana.

"Gue pengen banget, ih. Coba aja mama gue itu kaya mama lo. Pasti bahagia deh hidup gue bisa terus ketemu Ali," ucapku sedih mengingat mama dan papa yang over protective terhadap ku.

"Tante Airin itu belum tau aja sih sama Ali, hahaha. Kaya nyokap gue dulu juga gitu, awalnya aja bilang gak suka, eh gak taunya sekarang malah sering banget nontonin Ali di tv."

Aku ikut tertawa mengingat tentang tante Wulan -mama Dinda- yang dulu sama seperti mama. Berkat rayuan Dinda, sekarang tante Wulan tidak melarang Dinda untuk mengidolakan Aliando. Berarti aku juga harus semangat ngerayu mama biar sama kaya tante Wulan, hahaha.

"Lo dulu bahkan gak pernah takut untuk ketemu Ali, padahal tante Wulan udah ngomel-ngomel di rumah, hahaha."

"Maka dari itu, Prill. Coba deh kaya gue dulu. Lo mau banget kan ketemu Ali?" Tanya Dinda menunjukku. Aku mengangguk sebagai jawabannya.

"Nah, lo ikut gue nge live Ali diam-diam. Sabtu minggu ini Ali ada di inbox," tambah Dinda yang membuatku terdiam. Pengen, tapi.. ya, kalian pasti tau lah.

"Gak tau deh, Din, gue masih ragu. Ntar gue pikirin lagi," balasku.

"Oh, oke." Dinda kembali fokus pada novel yang ada di tangannya. Novel terbaruku yang ku beli sekitar 1 minggu yang lalu.

"Keren nih ceritanya, boleh gue pinjem di rumah gak?" Tanya Dinda mengangkat novelku itu.

"Iya, bawa aja. Gue udah selesai baca kemarin. Tapi ingat, jangan sampai rusak lagi!" Ucapku mewanti-wanti.

"Iya janji, deh. Hehe." Dinda mengangkat 2 jarinya. "Tapi serius deh, Prill, novel yang kemarin gue pinjam itu bukan gue yang ngerusakin. Tapi itu tuh, si Putri yang ngerusakin," sambung Dinda lagi.

"Iya udah ah, gak usah pake bawa-bawa adek lo. Eh, gue mau copy foto-foto terbaru Ali. Mana hp lo?" Dinda menyerahkan handphonenya padaku. Segera saja ku nyalakan laptopku yang berada di ranjang dan menyambungkan handphone Dinda menggunajan kabel data.

"Ih, banyak banget deh," gumamku saat melihat foto-foto terbaru Ali. Saat sudah selesai, aku mengembalikan handphone Dinda.

"Apa doi lo gak marah liat lo sama Ali rangkulan kayak gini, wkwkwk?" Dinda meletakkan novel yang dari tadi ia pegang di meja. Ia ikut naik ke ranjang dan memperthatikan fotonya dan Ali di laptopku.

"Gue udah putus kali sama Fian, Prill."

"HAH?! Serius lo?!" Tanya ku kaget.

"Gak usah lebay," cibir Dinda, aku hanya cengengesan.

"Putus kenapa lo berdua?"

"Karena gue selingkuh sama Ali."

"Ih! Ngarep dot com. Ali itu cuma cinta sama gue, Ali belahan jiwa gue." Aku memejamkan mata membayangkan sesuatu sambil senyum-senyum.

Dari Fans Untuk Idola ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang