•Part 5•

7.4K 603 5
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian itu, di mana gagalnya aku bertemu sang idola. Aku masih saja merasa sedih, harapan aku yang selama ini ternyata belum bisa bertemu dengan idola. Terserah kalian mau bilang aku lebay, tapi, siapa sih yang nggak mau ketemu idola nya? Pasti semua mau, termasuk aku.

Selagi idola itu masih satu kota, kenapa nggak berusaha untuk bertemu? Masih syukur aku dan idola ku masih satu kota. Coba kalau yang luar kota, mereka aja berusaha untuk bisa bertemu.

Bunyi handphone ku yang terletak di samping nakas membuat aku mengambil benda tipis tersebut. Ada satu notif line, dengan segera aku membukanya.

Nabilah : Prill, meet up yuk?

Ayukkkk, gue mau ketemu lo Bibil!

Nabilah : Ayok, nanti gue ajak ke apartemennya Ali deh. Kita main-main disana.

Lo serius Bil? Aaaaa gue mau! Tapi gue izin ke Mama dulu.

Nabilah : Yaudah izin dulu aja. Nanti kabarin gue lagi aja. Ketemu di PIM aja.

Oke, ntar gue izin dulu ya Bil.

Aku langsung keluar kamar untuk mencari Mama, ternyata Papa sudah pulang. Aku langsung menghampiri kedua orang tua ku yang sedang duduk santai di ruang keluarga.

Aku duduk di antara mereka, menyandarkan kepalaku pada pundak Papa.

"Eh, sayang, kenapa?" tanya Papa sambil mengelus rambutku, membuat aku memejamkan mataku karena nyaman.

"Pa, Ma, aku mau minta izin," ucap aku was-was. Takut jika tidak di izinkan lagi.

"Mau kemana sih, emang?" tanya Mama memperhatikan aku. Aduhhh, aku takut nih. Nanti kalau di marahin gimana?

"Aku mau meet up sama temen aku," ucapku pelan tapi mampu di dengar oleh Mama maupun Papa.

Papa dan Mama mulai menatapku intens yang membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Duh, gini nih, nasib anak tunggal, pasti apa-apa gak boleh!

"Temen kamu yang mana? Mau meet up di mana emang?" tanya Papa mulai mengintrogasi ku.

"Temen aku yang di Jakarta Utara Pa, mau ketemu di PIM." Sumpah demi apa, aku takut banget sekarang!

"Gak! Gak boleh! Kamu jangan macem-macem ketemuan sama orang gitu! Emang kamu kenal orangnya?! Kenal dari mana, hah?!" ucap Papa mulai meninggikan suaranya.

Tenang Prill, tenang. jangan sampe lo nangis cuma gara-gara gak di izinin doang.

"Aku mau ke apartemen Ali, Pa, Ma. Nabilah tau kok tempatnya. Aku kenal di grup Line aku, terus sering telpon juga sama aku," rengek ku.

"Prill... Prill, kamu tuh yang di pikirin Ali terus! Pokoknya gak boleh ya ketemu-ketemu! Kalo mau temen kamu aja yang suruh main ke rumah!" Papa mulai membentak yang membuat air mataku tiba-tiba mengalir. Aku emang tidak bisa di bentak sedikitpun. Baru kali ini Papa membentakku hanya karena minta izin saja. Biasanya Papa selalu bilang baik-baik tanpa membentak.

"Yaudah kalo emang gak boleh!" ucap ku lantas langsung berlari menuju kamar, menutup pintu dan mengunci nya dari dalam.

Kenapa sih, aku harus di larang-larang, padahal aku sudah dewasa. Saat ada orang yang mau mempertemukan aku dengan idola, ini malah di larang-larang. Kalo kayak gitu kapan aku bisa ketemu nya? Gak akan bisa! Mustahil rasanya bertemu idola.

Aku mulai putus asa untuk berusaha bertemu dengan Ali. Kalau begini terus, aku terus-terusan menjadi fans layer kaca saja, dong. Cuma bisa melihat Ali dari televisi dan handphone saja.

Dari Fans Untuk Idola ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang