•Part 6•

8.4K 754 42
                                        

Akhirnya pelajaran penjas berakhir juga. Plajaran yang sebenarnya mengasikan, tapi juga buat aku males karena panas-panasan di tengah lapangan. Apalagi tadi materi tentang basket, aku kan gak bisa main basket.

Aku dan Sasa pergi menuju ruang ganti untuk mengganti baju olahraga dengan baju seragam yang tadi kami pakai. Dan setelah itu kami ke kantin untuk mengisi perut yang sudah minta di isi dari tadi.

Kantin sepi. Ya iyalah sepi, orang ini belum jam istirahat. Cuma ada 3 orang. Fero, Yuda, dan satunya aku gak tau namanya. Teman-teman ku yang ikut pelajaran olahraga tadi kebanyakan masih bermain basket atau ngobrol-ngobrol di pinggir lapangan.

"Sa, gue bakso sama teh manis ya," pesan ku pada Sasa yang mau memesan makanan ke Ibu kantin. "Yee, biang sendiri sana," jawabnya.

"Jahat banget sih lo, gue mager tau!"

"Iya-iya. Males banget sih lo!" Sasa melengos pergi memesan makanan. Sedangkan aku cengengesan melihat Sasa yang kesal karena ku.

Bosen, enaknya ngapain?

Aku meraba saku seragam ku. Biasanya ada benda kesayangan ku di sana, apa lagi kalau bukan handphone. Tapi setelah ku raba dan ku buka kantung seragam itu, tidak ada hp di sana. Hanya ada uang jajanku saja.

"Yah, hp gue ketinggalan di rumah," jerit ku pelan agar tak menggangu pengunjung kantin lainnya. Bersamaan dengan itu, Sasa datang.

"Kenapa lo, Prill?"

"Ahhhh, gue lupa bawa hp, Sa," ucapku makin bete saat teringat lagi Mama dan Papa yang marah-marah tadi pagi. "Cuma hp ini, bukan apa," sahut Sasa.

"Yaaa itu kan yang bikin gue gak bosen, bikin ngilangin bete gue. Main ke sosmed, cari info tentang my lope-lope. Ahh, tanpa hp hidup gue gak berwarna," cerocos ku dengan lebay-lebay manis. Walau pun lebay tapi banyak yang suka.

"Ngefek banget sih tanpa hp, biasa aja keleus. Nanti di rumah juga lo bisa main hp sepuasnya. Btw, lope-lope siapa sih?" Tanya Sasa penasaran. Apa dia beneran gak tau?

"Bebep gue, Aliando Syarief!" Jawabku gemas. Tapi setelah itu Sasa jijik melihat ku.

"Najis, Prill!" Katanya, tapi aku tau itu hanya bercanda. Aku menyengir lebar.

Makanan pesanan kami tadi datang, aku menatapnya dengan berbinar tidak sabar untuk melahap bakso ku. Panas sih, gak cocok sebenarnya di makan sehabis panas-panasan tadi. Tapi kalau perut sudah menuntut untuk di isi, kita bisa apa? Haha.

"Lo gak makan, Sa?" Tanyaku saat melihat tidak ada makanan di depannya, cuma ada es jeruk yang terlihat sangat segar.

"Enggak, Prill. Tiba-tiba aja gue males makan, hehe," jawabnya. Aku hanya ber-oh ria dan melanjutkan makan ku. Sasa memainkan hpnya sambil sesekali menyesap minumannya.

"Eh, eh, guys! Penasaran gak sama harga tas yang gue upload di ig gue kemarin?"

Ck! Makan ku terganggu dengan suara cewek-cewek cempreng yang baru saja datang di kantin ini. Siapa lagi kalau bukan Naura dan teman-temanya. Genk cewek centil, aku memanggil mereka dengan sebutan itu.

"Harganya 75 juta dan hanya ada 4 di dunia. Taylor Swift juga punya tas itu, guys!" Terik Naura heboh dan di susul jeritan teman-temannya. Jerit kagum atau apa, aku gak tau lah, bodo amat!

"Wah harganya selangit tuh," ucap teman Naura yang aku tau bernama Tiara.

"Pengen deh," sahut teman Naura lainnya.

Aku memutar bola mataku malas. Selera makan ku hilang seketika. Tapi baksonya emang udah habis sih, hehe.

"'Harganya 75 juta, cuma 4 di dunia' Ah kampret!" Kataku mengikuti gaya bicara Naura yang lebay tadi. "Orang berduit mah bebas ya," tambah ku makin kesal.

Dari Fans Untuk Idola ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang