•Part 13•

5.5K 481 27
                                    

Semenjak kejadian itu aku sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Ali. Langsung terjadi lost contact secara tiba-tiba. Bahkan sekarang social media aku menjadi ramai penuh dengan cacian serta hinaan.

Sudah 2 hari ini aku di kamar tak berniat keluar. Tak jarang juga aku mendengar teriakan Mama yang menyuruhku untuk turun ke bawah untuk sekedar makan. Sampai sekarang Mama tak tahu bahwa permasalahannya antara aku dan idolaku. Aku hanya bilang ke Mama kalau aku putus dengan pacarku.

Suara notifikasi yang berasal dari handphoneku tak ada henti-hentinya. Serta banyak akun yang men-candid foto itu pun tersebar luas, dan akun haters aku dengan Ali juga banyak yang men-tag ku beserta hinaan dan cacian.

INSTAGRAM
@akun_gosip1 : Dasar cewek keganjenan! Makanya lain kali tau batas, shay!
@rshaniia : Terlalu kepedean sama Ali sih lo! Kang halu sampai akhirnya kayak gini.
@gint78 : Lo yang sabar yaa... terus support Ali apapun keadaannya!💕
@anti.prilly : Cewek murah dasar! Harusnya lo tau batas dong! Sekarang gimana rasanya ditinggal? Gak enak kan! Bahkan banyak yang mau ada di posisi lo, tapi malah lo sia-siain!! Tau akibat harusnya!

WHATSAPP
Kak Arin : keep strong Piyi ku😘💕💪 (10)

Hah? Ternyata Kak Arin men-whatsapp ku bahkan sampai 18 chat. Aku memang sedari tadi malas bukan handphone jadi tak tahu kalau Kak Arin men-chat.

Aku yang penasaran langsung membuka chat tersebut.

Piyiii

Strong ya sayangggg.

Jangan dengerin kata-kata mereka.

Yang menghina ataupun mencaci!

Mereka cuma iri karena lo pernah deket sama Ali.

Keep strong sayang!

Gue sayang lo kok, Piy.

Lo gak mau ketemu Ali lagi? Gue siap temenin kok!

Gue bakal jadi tameng kalo nanti di sana lo dibully.

Keep strong Piyi ku😘💕💪

Aku tersenyum membaca pesan Kak Arin. Betapa aku sangat sayang dengannya sebagai sosok Kakak. Benar-benar sosok Kakak idaman, mengerti perasaanku.

Makasih Kakak sayanggg😘💕

Gue sayang lo, Kak!

Pengen ketemu lo, bukan ketemu Ali. Kapok hahaha.

Udah lah, lagian gue mau fokus sekolah dulu aja Kak. Next time kita ketemu ya!

Aku kembali meletakan handphoneku di atas nakas dan kembali ke posisi awal. Tidur menatap langit-langit kamar, mengembuskan nafas perlahan. Andai saja waktu dapat di putar, maka aku tidak akan melakukan itu.

Aku akui ini memang salahku telah lancang mencium pipinya. Bagaimana jika ternyata Ali sudah punya pacar? Bodoh lo Prill, harusnya lo pikirin itu dulu! Berniat memberi kejutan malah lo kan yang dapat kejutan!

"Prilly... ada Dinda nih, Sayang!" teriak Mama dari bawah namun aku enggan bangun dari tempat tidur.

Dinda harusnya mengerti perasaanku dan membiarkanku menikmati waktu sendiriku dulu. Intropeksi diri. Itulah yang ingin aku lakukan sekarang.

"Sayang, ada Dinda nih!" Kali ini teriakan Mama lebih kencang dari sebelumnya, mungkin Mama fikir aku tak mendengarnya.

Akhirnya suara teriakan menghilang membuat aku memejamkan mataku. Lebih baik aku tidur saat ini. Tak lama aku memejamkan mata, suara ketukan serta teriakan Mama terdengar, "Prill, keluar!! Mama sudah tau semuanya! Kamu harus jelasin!"

Deg.

Mama sudah tau semuanya? Tau apa? Mampus.

Debaran jantungku berdegub kencang seperti tak biasanya. Dengan perlahan aku turun dari ranjang dan membukakan pintu. Terlihat Mama menatapku tajam dan terlihat amarah di dalamnya.

"Mama tunggu di bawah sama Papa," ucap Mama dingin yang semakin membuat jantungku abnormal. Aku hanya menjawab dengan anggukan patuh tak berniat membantah.

Dengan langkah berat aku melangkah menuruni tangga satu persatu. Bahkan Papa juga terlihat marah saat melihatku turun.

"Duduk!" Perintahnya tak terbantah membuatku cepat-cepat duduk.

"Jelasin semuanya sekarang!" Kini giliran Mama yang berkata. Tatapan kedua orang tuaku benar-benar terasa terintimidasi. Aku hanya mampu menundukan kepalaku.

"Prilly!!" Panggil Papa membuatku mendongak menatapnya.

"Em- i-it-itu, anu.." kataku terbata. Aku benar-benar tak tahu harus menjelaskan dan berkata seperti apa.

"Siapa yang ngajarin kamu berbohong?!?! Kamu pergi itu gak dekat loh, jauh!!" Papa mulai membentakku membuat nyaliku langsung ciut seketika. Air mata mulai menggantung dipelupuk mataku. Ya Tuhan, bantu aku.

"Ng-nggak ad-ada yang ngaj-ngajarin, Pa." Akhirnya suara itu keluar juga dari bibirku setelah berusaha mati-matian.

"TERUS KENAPA KAMU BOHONG SAMA PAPA DAN MAMA?!?! KALO EMANG MAU KETEMU IDOLA GAK JELAS KAMU ITU TUH, BILANG!! UDAH BERAPA LAMA KAMU BOHONG?!" Bentak Papa lepas kontrol. Tanpa aku sadari air mataku mulai mengalir membasahi pipiku.

"KAMU SUDAH MENGECEWAKAN MAMA, PRILL! TERMASUK UNTUK INI KAMU JUGA BOHONG!! KAMU KEMARIN LUSA BERTEMU ALI KAN?!"

Aku terisak mencoba menghentikannya. Bahkan saat ini hatiku sangat sakit. Kalian tahu kenapa? Di social media pun aku sedang dicaci maki, ditambah seperti ini. Tak ada yang menenangkanku ataupun yang berada dipihakku.

"KALAU MEMANG KAMU MAU PERGI TUH JUJUR AJA! JANGAN BOHONG!!" Bentak Papa lagi.

Cukup. Semua benar-benar tak memikirkan perasaanku. Kalau kalian berapa di posisiku? Apa yang akan kalian lakukan? Bahkan rasanya aku ingin mengakhiri hidup saja jika seperti ini. Lebay bukan? Memang inilah kenyataannya. Dicaci maki di social media, di marahin orang tua. Siapa yang berada dipihakku? Tidak ada.

Dengan keberanian aku bangkit dari duduk hendak berlalu ke kamar. Namun suara Papa menghentikan langkahku.

"PAPA BELUM SELESAI BICARA RANISA PRILLY. DUDUK!!"

Aku memutar balikkan badanku, wajahku sudah penuh dengan air mata, bahkan tubuhku bergetar akibat isak tangisku.

"Kenapa Mama sama Papa nggak ngerti perasaan Prilly?" Kataku lirih menundukan wajahku berusaha menyembunyikan air mataku yang terus menerus mengalir.

"Kenapa sekarang gak ada yang berada dipihak Prilly? Apa Mama tahu perasaan Prilly sekarang? Papa tahu? Papa dan Mama boleh marahin Prilly, tapi Prilly mohon enggak sekarang Ma, Pa," kataku penuh harap. Aku sudah sangat lelah menghadapi ini semua. Bahkan luka dihati ini karena caci makian mereka pun belum sembuh.

"Prilly lelah Ma, Pa. Bahkan kalian gak tau sebrutal apa mereka membully Prilly." Aku terus mengeluarkan isi hatiku agar mereka mengerti. Aku hanya butuh dimengerti untuk kali ini, tidak untuk dikasihani.

"Bahkan kini Prilly membutuhkan pelukan seorang Mama yang nenangin anaknya. Ngelus punggung anaknya sambil bilang 'Ada Mama yang terus ada di sisi kamu, Sayang.' Tapi nyatanya? Enggak ada!"

Mama dan Papa terpaku mendengar penuturan kata yang keluar dari bibirku. Mama bangkir dari duduknya namun aku cegah.

"Stop, Ma! Prilly gak butuh rasa kasihan, melainkan yang Prilly butuh itu kalian mengerti keadaan Prilly."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut aku berbalik menaiki tangga satu persatu menuju kamar. Sesampainya di kamar aku menghempaskan tubuhku diranjang. Berusaha menenangkan hatiku dan menghentikan isak tangis. Namun aku bukan seperti publik figure diluar sana yang siap dengan cacian bahkan makian. Aku hanya manusia biasa, hatiku bukan terbuat dari baja.

Karena sudah lelah menangis akhirnya mataku terpejam menuju alam mimpi. Aku harap mimpiku kali ini merupakan mimpi bahagia, bukan seperti kemarin-kemarin.

•••

Aku balik nih, semoga kalian suka yaa💕😂 cepet kan kali ini? Hope you like it!

Bandung, 7102017
Tanggal cantik nih😂❤️

Dari Fans Untuk Idola ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang