•Part 17•

6.8K 548 31
                                        

Akhirnya hari yang ku nanti nanti pun tiba. Hari ini merupakan hari terakhir ujian kenaikan kelas. Aku akan menjadi anak agit di sekolah ini.

Saat ujian telah selesai, aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah tanpa nongkrong dulu bersama teman-temanku. Entah kenapa mood ku sedang tidak baik hari ini.

Shit!

Ban mobilku ternyata bocor. Dengan cepat aku merogoh bagian depan tas sekolahku tetapi aku tak kunjung menemukan benda tipis persegi panjang itu. Aku mulai panik. Pasalnya hari semakin siang membuat sekolah pun makin sepi. Apalagi ditambah hari ini hari terakhir ujian, dimana kebanyakan siswa langsung memilih pulang untuk sekedar nongkrong bersama teman-temannya.

"Neng Prilly, tumben belum pulang." Sapa Pak Ijo, satpam sekolah. Sedikit aneh memang dengan namanya, namun semua warga sekolah di sini memanggilnya Pak Ijo karena satpam sekolah di sini menyukai berbau hal yang berwarna hijau. Sedikit di pelencengkan dengan yang asli dimana seharusnya 'Pak Hijau' menjadi 'Pak Ijo'.

"Iya nih, Pak. Haduh, Prilly bingung banget karena ban mobil Prilly bocor." Pak Ijo nampak memperhatikan ban mobilku lalu menggeleng pelan.

"Ini mah ditusuk paku kali, Neng. Ya udah atuh, telfon keluarganya atau siapa minta jemput." Saran Pak Ijo.

"Nah masalahnya sekarang, handphone Prilly ketinggalan di rumah Pak. Prilly aja baru sadar kalau Prilly nggak bawa handphone."

Pak Ijo terlihat sedang berpikir, "Maaf saya nggak bisa bantu, Neng. Kemarin hp saya dijual untuk biaya pengobatan anak saya. Maka dari itu saya tidak punya hp sekarang, jadi nggak bisa bantu. Oh atau Neng mau pinjam handphone Pak Jaya aja? Kebetulan sepertinya Pak Jaya masih di dalam."

Aku melebarkan mataku, meminjam handphone Pak Jaya? Guru yang sangat killer? Yang benar saja. Meminjam handphone kepadanya sama saja mencari mati atau masuk ke ruang BP.

"Hehehe... enggak deh Pak, nanti Prilly pikirkan caranya gimana. Tapi kalau Prilly naik angkutan umum terus mobilnya dititip di sini bisa kan Pak?" Tanyaku sopan yang langsung membuat Pak Ijo mengancungkan kedua jempolnya.

"Beres itu Neng. Bapak pamit ke pos aja dulu ya Neng, coba aja tunggu 5 sampai 10 menit kali aja masih ada teman yang di dalam." Pak Ijo berlalu pergi setelah aku menganggukan kepala. Harus bagaimana dirinya sekarang? Bahkan baru kali ini aku menyesali keputusanku untuk tidak keparkiran bersama Sasa. Jika saja dirinya ke parkiran bersama Sasa pasti akan mengetahui bannya bocor dan menumpang pada sahabatnya itu.

Tiba-tiba Pak Ijo menghampiriku lagi membuat dahiku mengernyit, "Ada apa lagi Pak?"

"Itu Neng, taksi pesanannya datang," ucap Pak Ijo membuatku bingung. Taksi pesananku? Sejak kapan aku memesan taksi?

"Lah, Pak? Prilly kapan pesan taksi? Handphone saja nggak bawa."

"Mungkin dipesanin yang di rumah kali Neng. Udah atuh ah, kasian itu sopir nya nungguin." Akhirnya dengan terpaksa aku meninggalkan area parkir dengan mobil yang masih berada di sana. Pulang menggunakan taksi bukanlah ide yang buruk, lagipula setelah nanti sampai rumah aku akan langsung menyuruh orang bengkel mengurus mobilku.

Sebenarnya aku masih bingung siapa yang memesan taksi ini. Setelah sampai di rumah, aku pun langsung membayar argo taksi dan masuk ke dalam rumah.

"Mama yang pesan taksi untuk aku?" Tanyaku saat kebetulan bertemu Mama di ruang keluarga.

"Hah? Taksi? Ngaco kamu ah. Kamu kan bawa mobil, ngapain Mama pesanin kamu taksi." Jawaban yang Mama berikan mampu membuatku berpikir kembali. Lalu siapa? Apakah Sasa? Ah tidak mungkin, ia pasti akan menyusulnya daripada memesankan taksi. Tak ingin terlalu ambil pusing membuatku langsung pamit untuk ke kamar.

Dari Fans Untuk Idola ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang