• Part 15•

5.6K 484 52
                                    

1 minggu telah berlalu. Semuanya memang belum membaik, tapi menurutku lebih baik daripada hari-hari kemarin.

Ini sudah jam istirahat, tetapi aku tidak berminat keluar kelas. Aku sedang memikirkan sesuatu yang lebih penting daripada istirahat. H-1 idolaku ulang tahun. Tentu saja idolaku masih seorang Aliando Syarief. Aku ingin sekali menghampirinya, membawa kue dengan lilin di atasnya. Tapi... rasanya tak mungkin mengingat hubungan kami yang sekarang tak hangat seperti dulu.

"Arrgggghh!" erangku frustasi. Sasa yang baru masuk kelas terkejut dengan suaraku. Dia memandangku aneh dan mengataiku orang gila. Roti yang ada di tangan Sasa ku ambil begitu saja. Laper sih.

"Eh anaknya manusia, enak aja ya lo asal ngambil roti gue. Beli sendiri woy!" Sasa mengambil rotinya kembali yang sudah ku makan satu gigitan. Dia duduk di bangkunya tanpa memerdulikan aku.

"Jahat banget lo! Gak ngertiin banget temen lagi stress gini," sungutku kesal.

"So what? lo sendiri yang buat diri lo stress. Saran gue sih tetap jangan, karena kalau lo nekat lagi mau ngasih kejutan buat Ali yang ada lo sakit hati," ucap Sasa yang terlihat santai. Aduh emang ya pengen ku tonjok.

"Sasa..."

"Lo tuh, ih! Lo sadar gak sih? Lo sama Ali masih ada problem, Prill!"

"Tapi Sa, hati gue tuh gak tenang. Gue mau minta maaf sama Ali dengan cara ngasih dia kejutan. Gue yakin pasti Ali mau maafin gue kok setelah ini. Ali kan orangnya baik," kataku bersikeras dan respon Sasa hanya memutar kedua bola matanya. Dia pasti jengah menghadapi orang keras kepala sepertiku.

"Iya, gue harus minta maaf sama Ali. Gue gak mau terus-terusan di benci sama idola gue sendiri."

"Ck!  Emang niat lo emang udah bagus Prill, tapi lo apa gak mikir-mikir dulu gitu?" sahut Sasa masih tak setuju dengan apa yang akan kulakukan.

"Udah gue fikir Sasa. Udah fix, gue tetep mau ngasih dia kejutan. Ok makasih udah kasih pendapat."

"Terserah lo, Prill!"

Aku mempermantap keinginanku untuk memberi Ali kejutan di hari ulangtahunnya. Sekarang aku hanya perlu mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan Ali dan meminta maaf. Ya, inilah aku Ranisa Prilly Diani. Si cewek lemah yang keras kepala. Apapun yang sudah menjadi keinginanku, itu harus terwujud dengan cara apapun juga.

"Prilly lo bener-bener gila. Tadi lo stress kaya orang kehilangan rumah, sekarang lo senyum-senyum kuda gitu." Sasa kupukul keras tepat di dahinya. Dia mengaduh. Tampak jelas bekas pukulanku di dahi putihnya.

"Lo terus ngatain gue gila. Ntar gue gila beneran tanggung jawab lo!" kataku kesal. Sasa pun tak kalah kesalnya karena dahinya yang katanya masih sakit. Dan jadilah kami tikus dan kucing yang saling kejar-kejaran.

°°°

Jelas aku tak berani memberikan kejutan untuk Ali jka ada kedua orangtuaku di rumah. Tapi berita bagusnya besok mereka ke Bandung mengurusi bisnis di sana. Bahkan sore ini orangtuaku akan berangkat. Aku senang sekali.

"Pokoknya kalau kemana-mana telpon dulu Papa atau Mama," kata Papa yang sedari tadi memberikan nasihat-nasihat singkatnya dan tentu saja hanya aku balas dengan anggukan.

Setelah selesai dengan ceramah singkatnya, Papa dan Mama meninggalkanku seorang diri di rumah karena memang Papa ke Bandung menggunakan sopir. Buru-buru aku mengambil dompet di kamar untuk ke minimarket membeli bahan-bahan membuat kue. Aku masih ingat bahwa Ali ingin memakan kue buatan ku sendiri.

Beruntungnya ini masih sore jadinya masih sempat membeli bahan-bahan kue. Dan beruntungnya lagi adalah minimarket sangat dekat dengan rumahku.

Selesai belanja aku berkutat di dapur menyiapkan bahan-bahan serta mencari resep kue anti mainstream. Dan pilihanku jatuh di rainbow cake. Dengan cekatan aku menakar bahan-bahan, seperti tepung, gula, telur, dan bahan lainnya.

Dari Fans Untuk Idola ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang