Sembilan

20.7K 804 3
                                    


"Maaf Pak, sepertinya Bapak salah bicara. Saya harus segera kembali, dan mengerjakan tugas saya," ucap Kia sambil bangun dari duduknya.

Aku hendak mencegahnya, tapi aku mengurungkan niat ku. Bagaimana pun aku tak boleh terlalu membuatnya diatas awan. Yang aku katakan tadi memang benar, dia adalah calon tunanganku. Ini semua karena Ibu! Ia terus mengatakan bahwa aku adalah pacar nya Kia, dan lebih parahnya, ternyata ibu telah menyimpan nomor Ummi nya Kia, dan memberikan nomor ku pada beliau.

FLASHBACK

Drttt ... Drtt... Drtt ...

Ponsel ku bergetar, dan kulihat ada nomor yang tak dikenal menelpon ku. Aku pun mengangkatnya.

"Hallo," ucapku

"Assalamualaikum," salam seorang wanita di seberang sana.

"Waalaikumsalam" jawabku.

"Ini dengan nak Dane?"

"Benar. Dengan siapa ya saya bicara?" tanyaku karena suaranya terdengar asing.

"Saya Aisyah, Ummi nya Syaqira," Deg! Perasaanku tidak enak. Aku langsung berpikir ini ada kaitannya dengan Ibu.

"Oh ... ummi nya Syaqira. Ada apa ya Bu?" tanya ku sambil menetralkan suasana hatiku yang mulai tak karuan.

"Emm ... begini, saya sudah tahu semuanya dari Ibu mu. Walaupun saya belum bertemu langsung dengan nak Dane, tapi ketika ibumu yang langsung menghubungi saya, saya pun merasa Syaqira menemukan orang yang tepat untuk hidupnya." tuturnya membuatku tidak enak.

"Begini bu, itu hanyalah-" Aku berniat menjelaskan tapi omonganku langsung di potong oleh beliau.

"Saya mengerti, ini mungkin terlalu cepat untuk kalian berdua. Tapi nanti biar saya saja yang bicara pada Syaqira. Assalamualaikum," tutupnya seperti terburu-buru dan itu membuatku kehilangan kesempatan untuk meluruskan permasalahan ini.

"Waalaikumsalam," jawabku dengan lemah.

Aku menghela napas, dan tak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini. Mudah bagiku untuk menyelesaikan masalah dengan klien, tapi Ini menyangkut ibu, aku paling tidak bisa melukai ibu. Jika ibu mengetahui kebenarannya, mungkin ibu akan begitu kecewa untuk yang kedua kalinya karena aku.

Flashback End

Syaqira kembali ke ruangannya, dan melihat bahwa di mejanya telah bersih tidak ada kertas-kertas pekerjaan. Ia sudah tahu kemana perginya berkas-berkas itu.

Ia pun perlahan memijat kepalanya dan duduk di kursinya. Ia bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan ini semua pada bu Calysta? Walaupun pekerjaannya memang tinggal sedikit lagi, tapi ini pasti merepotkan. Pekerjaan bu Calysta pun sudah banyak.

Syaqira pun bangkit dan berjalan menuju pintu dimana disana terdapat ruangan bu Calysta.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Masuk." Suara bu Calysta dari dalam.

Syaqira pun masuk ke dalam ruangan itu dan tersenyum kikuk.

"Duduk Sya," ucap bu Calysta dengan tersenyum ramah. Syaqira pun duduk di kursi depan meja beliau.

"Apa kamu sakit lagi Sya? Tadi pak Dane bilang kamu gak enak badan," ujar bu Calysta sambil memandang Syaqira khawatir.

"I ... iya bu saya memang sedikit tidak enak badan," Syaqira berbohong, tapi itu tidak sepenuhnya berbohong, karena memang setiap hari ia selalu sakit.

Boss In Love [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang