Dua Puluh Empat

17.2K 543 10
                                    


Aku bangun kembali dari tidurku dan segera ku ambil koper yang telah aku siapkan dalam lemari. Aku akan pergi malam ini tanpa seorang pun yang tahu. Ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa bertahan hidup.

Flashback

Syaqira mendapatkan pesan singkat dari dokternya.

From : dr. Renata

Sya, tidak ada jalan keluar lagi kecuali kamu mengambil pengobatan ini. Pergilah besok ke Jerman. Segera urus paspor, Visa, dan lainnya. Aku telah memberikan rincian kesehatannmu pada dr. Rayn. Ia yang akan mengobatimu di sana. Selamat berjuang Sya.

Syaqira hanya bisa menangis dan memandang putrinya lekat-lekat. Ia harus mengambil keputusan ini demi putrinya.

Flashback Off

Aku keluar dari kamar dengan berhati-hati. Sesampainya di gerbang rumah aku melirik sedikit ke pos satpam. Syukurlah, rupanya Pak Rudi ketiduran. Aku segera membuka gerbang dengan pelan. Setelah diluar aku langsung masuk ke dalam taksi yang sebelumnya telah aku pesan.

Selama di dalam taksi air mataku tidak berhenti mengalir. Aku memikirkan bagaimana reaksi Khana ketika tahu aku pergi. Dan bagaimana dengan putriku. Apakah ia akan tumbuh dengan baik tanpa aku? Kini aku menyesal, kenapa tidak dari dulu aku melakukan pengobatan?

Aku telah sampai di Bandara. Aku bertekad untuk berjuang melawan penyakitku ini, aku akan sembuh kemudian kembali dan berbahagia bersama Khana dan Ayya. Mungkin kalian tidak tahu penyakitku ini. Aku telah cukup lama mengidap penyakit kanker hati. Dan sekarang kanker hati yang aku derita telah mencapai stadium 3.

***

Dane melihat sebuah surat di samping bantal Ayya. Lalu ia pun membaca surat itu dan isinya benar-benar mengejutkan Dane.

Untuk Khana..

Khana, aku pergi. Maaf tidak berpamitan dengan mu, namun aku pastikan aku akan kembali lagi. Jaga puteri kita dengan baik. Berbahagialah walaupun tanpa aku di sampingmu. Jangan pernah membenci ku Khana, aku punya alasan tersendiri yang tidak bisa aku jelaskan sekarang padamu. Namun, saat aku kembali akan kupastikan kau mendengar penjelasanku. Tapi aku tidak bisa memaksa jika karena hal ini kau jadi membenciku. Satu hal Khana jangan pernah membenci anak kita. Aku pergi hanya untuk sementara, namun jika kau menemukan kebahagiaan lain tanpaku, maka kejarlah kebahagiaan itu. Aku tahu kau belum mencintaiku bukan? Maka dari itu aku yakin kau bisa bahagia tanpaku.

Dari aku yang selalu mencintaimu,

Syaqira Adzkiatunnisa Balla

Dane meremas surat itu di tangannya, ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi sekarang.

"Aku Mencintaimu Kia ..." Teriak Dane frustasi.

Di satu sisi ia merasa menyesal karena tidak mengakui perasaannya selama ini pada Syaqira, namun di sisi lain ia amat tidak menyukai perbuatan Syaqira yang begitu saja meninggalkan ia dan putrinya.

"Oek ... Oek ... Oek ..." Suara tangisan Ayya menyadarkan Dane dari lamunanannya, ia pun segera memangku Ayya dan menenangkannya.

***

Aku telah berkeliling kota Jakarta untuk mencari Kia, tapi hasilnya NIHIL. Ayya sekarang ada di rumah dan diurus dengan Teressa, tadi aku menghubunginya dan memintanya untuk menjaga putri ku. Aku tidak mungkin menghubungi ibu dan membuatnya khawatir akan keadaanku sekarang.

Aku pun kembali ke rumah karena hari telah sore. Sesampainya di rumah aku langsung masuk dan ku lihat Teressa tengah mengajak bermain Ayya yang tentu saja masih bayi dan dia hanya berbicara sendiri sambil sesekali mencium Ayya. Aku teringat pada Kia. Biasanya, pemandangan seperti ini sering aku jumpai dan aku benar-benar kecewa sekarang padamu Syaqira.

"Hai Dane, kau sudah pulang?" tanya Teressa membunyarkan lamunan ku.

"Bagaimana dengan Ayya, apakah ia rewel?" tanyaku sambil mengambil alih Ayya dari gendongannya.

"Tidak, ia baik sekali Dane." Ucapnya sambil tersenyum tulus.

"Terima kasih Teressa. Aku tidak tahu harus kepada siapa aku membagi beban ku ini selain padamu," ucapku sambil memandang lekat dirinya. Saat ini hanya Teressa yang mengetahui masalahku.

"Tenanglah Dane, aku tahu istrimu itu mempunyai alasan tertentu ketika pergi. Sama seperti aku bukan?" ucapnya sambil tersenyum dan menepuk bahuku. Dan aku pun hanya bisa membalas ucapannya dengan senyuman hampa.

"Mandilah ini sudah sore, aku akan menidurkan Ayya sepertinya ia mengantuk," lanjutnya sambil mengambil Ayya dari gendongan ku.

Aku pun beranjak pergi menuju kamarku.

***

Telah 9 bulan semenjak kepergian Kia dari rumah, dan sekarang sepertinya pelan-pelan Dane bisa melupakan Kia. Jangan tanya kenapa Dane bisa melupakan Syaqira, ini karena Teressa. Semenjak saat itu Teressa tinggal di rumah Dane dan mengurus Kia dengan baik. Awalnya ibu dan ayahnya Dane sangat menentang keputusan Dane yang membiarkan Teressa mengurus putrinya. Namun setelah Dane menyudutkan ibunya tentang kejadian beberapa tahun silam mengenai kepergian Teressa yang ternyata ibunya mengetahui, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. ummi dan abi nya Syaqira juga telah mengetahui tentang kepergian Syaqira, Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena memang mereka tidak mengetahui apapun tentang perginya Syaqira. Pernah ketika itu Dane menanyai Livia apa mungkin ia mengetahui sesuatu tentang Syaqira, namun Livia tidak mengatakan apa-apa.

Saat itu Dane hendak menikahi Teressa, namun perempuan itu menolaknya karena ia tidak mau dianggap sebagai perempuan yang memanfaatkan keadaan.

Sekarang usia Ayya hampir 1 tahun, seminggu lagi tepatnya ia akan melaksanakan ulang tahunnya yang pertama.

"Dane coba kau lihat, apakah dekorasi ini cocok untuk Ayya?" tanya Teressa tiba-tiba sambil menunjukkan contoh dekorasi ulang tahun.

"Hemm ... Itu bagus," jawab Dane.

"Ada yang ingin aku bicarakan Teressa," lanjut Dane.

"Katakanlah," ucap Teressa sambil membenarkan posisi duduknya menghadap Dane.

"Aku benar-benar serius sekarang. Menikahlah dengan ku," pinta Dane.

"Tap ... Tapi Dane. Aku tidak bisa menikah dengan mu sementara istrimu pun belum kau ketahui keberadaannya," jawab Teressa.

"Kau tahu, 9 bulan lamanya dan Kia belum kembali. Aku tahu masih ada rasa cinta dalam hatimu untukku bukan? Kau jangan pikirkan tentang orang lain. Aku telah bicara pada orang tuanya Syaqira, mereka mengizinkan ku menikah lagi, begitu pula orang tuaku," ucap Dane.

"Dane ... Aku ... Aku." Teressa tidak bisa melanjutkan ucapannya karena ia telah menangis.

Dane pun membawanya ke dalam pelukannya.

"Demi Ayya Sa, apa kau mau di ulang tahun pertamanya tanpa seorang ibu? Aku mohon Sa," ucap Dane sambil tetap memeluk Teressa.

Teressa mengangguk kan kepalanya dalam pelukan Dane.







Haii balik lagi ni.. :)

Terus baca yaa jangan bosan :D

Update nanti aku usahain malam minggu ini ya dan itu special POV nya Teressa :)

Happy Reading dan berikan komentarnya ya.. :)

Boss In Love [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang