Hari ini pekerjaanku begitu berat, aku memijit pelipisku dan menatap nyalang ke langit-langit kantor. Pernikahanku dengan Teressa sudah berjalan selama dua bulan itu artinya Kia telah pergi kurang lebih sebelas bulan lamanya.
"Permisi pak. Di luar ada Ny. Balla ingin bertemu dengan anda," ucap sekretarisku begitu masuk ke dalam ruangan. Sebelumnya ia memang telah meminta izin untuk masuk dengan menekan tombol di pintu ruangan ku.
Ny. Balla? Siapa? Ibu? Tidak mungkin! Apa Teressa? Sejak kapan ia minta izin dulu ingin bertemu denganku, dan orang-orang tak pernah mengetahui bahwa Teressa adalah istriku. Mungkin itu memang ibu.
"Biarkan dia masuk," ucapku.
Sekretarisku pun keluar dan tak lama pintu dibuka menampilkan seorang perempuan yang tengah tersenyum. Aku memandang perempuan yang tengah berdiri di ambang pintu, begitu pun dia memandangku.
"Ashilla," panggilku
"Hai kakak," ucapnya riang.
"Ada apa kau kesini dan menggunakan nama Ny. Balla untuk bertemu denganku?" tanyaku sedikit kesal.
"Hanya untuk bermain-main, dan bukankah namaku juga Ashilla Khanza Balla? Jadi aku pun berhak dipanggil Ny. Balla," ucapnya dengan tenang dan duduk di sofa.
"Katakan untuk apa kau kemari?" ulangku karena aku memang kesal, mungkinkah tadi aku mengharapkan bahwa Ny. Balla itu adalah Kia?
"Ibu menyuruhku kesini dan menyampaikan bahwa kau harus segera pulang ke rumah. Kau ingat kan acara kumpul keluarga itu?" ujar Ashilla.
"Kenapa tidak menelpon saja?" tanyaku heran. Mungkin Ashilla salah satu penganut jika ada yang sulit kenapa harus pilih yang mudah.
"Aku sengaja kesini untuk menghindari Ayah. Kau tahu Kak? Ayah terus memaksaku untuk meneruskan kuliah di luar negeri. Padahal otakku tak sejenius itu untuk kuliah di luar negeri," ucapnya panjang kali lebar.
"Sekarang pulanglah kakak banyak kerjaan," usirku sambil membaca berkas-berkas.
"Ish yasudah aku pulang. Jangan galau terus memikirkan kak Syaqira, ia pasti segera kembali." ujarnya sambil kemudian langsung pergi. Dasar adik tak sopan! Dan sekarang pusing di kepala ku semakin bertambah.
Dane pulang dari kantor dan saat ditengah perjalanan tiba-tiba mobilnya berhenti. Ia turun dan mencoba membenarkan mungkin saja mesinnya rusak. Tapi apa yang diketahui seorang CEO tentang mesin? Ia pun menelpon bengkel langganannya dan meninggalkan mobil disana.
Dane berjalan dan kemudian tak lama turun hujan dengan deras. Ia pun berteduh di halte samping café. Tak lama kemudian duduklah pula seorang wanita disamping Dane dengan membawa payung berwarna biru.
"Boleh aku memi ... Kia?" ucapan Dane terhenti ketika ia melihat siapa yang ada disampingnya.
"Huh? Iya saya Kia. Kianeisa. Ada apa ya Pak?" tanya seorang gadis SMA yang duduk di samping Dane.
"Ah tidak, hanya saya terkejut melihat nama mu mengingatkan ku pada seseorang," jawab Dane.
"Oh ya Pak tadi anda hendak bicara apa?" tanya gadis itu.
"Saya hendak meminjam payungmu dan ke café sebentar," jawab Dane.
"Ambillah. Ini juga bukan payungku. Payung ini diberikan oleh seorang perempuan di depan café tadi," ucap gadis itu sambil menyerahkan payung.
"Kenapa semudah itu kau memberikannya padaku?" tanya Dane heran pada gadis itu.
"Kata perempuan tadi, mungkin saja pria di halte ini membutuhkan payung," jawab gadis itu sambil tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/88382980-288-k438825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss In Love [Telah Terbit]
RomanceKetika pernikahan ini terjadi tanpa perkiraanku, aku mencoba untuk ikhlas. Tapi bagaimana jika perempuan lain masuk dalam hidupku, dan ikhlas tidak pernah hadir di hatiku? Mencintai itu adalah kata yang begitu menyakitkan namun tidak pernah membuatk...