Syaqira telah tiba di kantor, ia langsung membuat teh dengan sedikit gula untuk CEO nya itu karena sesuai pesan dari Dane semalam yang menyatakan bahwa hari ini Syaqira masih dalam masa hukuman. Syaqira tidak mengindahkan perintah Dane kemarin yang memperbolehkan dirinya menggunakan pantry di ruangan Dane, Syaqira berpikir tidak baik untuk dirinya jika berlama-lama di ruangan itu. Setelah selesai membuat ia pun segera bergegas ke ruangan CEO nya, dan berharap bahwa mungkin Dane belum datang jam segini.
Disana tampak meja sekretaris kosong, Syaqira bernapas lega, itu artinya ia tidak perlu berurusan dengan sekretaris aneh itu. Ia pun mengambil kartu akses ruangan di meja sekretaris Dane karena semalam pria itu mengirim pesan pada Syaqira bahwa dirinya menyimpan kartunya disana. Syaqira pun langsung masuk ke dalam ruangan CEO dan betapa kagetnya ia di dalam telah duduk seorang pria yang tak lain adalah Dane.
"Kamu pagi sekali, ingin cepat bertemu dengan ku?" tanya Dane.
"Justru sebaliknya!" jawab Syaqira.
"Duduk" perintah Dane.
"Saya permisi Pak," pamit Syaqira tak menggubris perintas CEO nya tersebut.
"Duduk!" perkatan Dane tegas tak terbantahkan membuat Syaqira yang mendengarnya merinding.
"Aku mau bicarain tentang kita," lanjut Dane setelah Syaqira duduk.
"Kita? Memangnya ada apa dengan kita?" tanya Syaqira yang mulai gugup ketika Dane mengucapkan kata 'kita'
"Kamu tahu? Ummi kamu telah menelpon aku dan ia salah faham akan kita," jawab Dane.
"Aku tahu, biar aku yang menyelesaikan permasalahan dengan ummi," ucap Syaqira mulai berbicara informal.
"Tapi bagaimana dengan ibu ku?" tanya Dane yang membuat Syaqira bingung.
"Aku mengatasai ummi, dan Bapak mengatasi ibu Bapak sendiri. Jadi selesai bukan?" tanya Syaqira enteng. Walaupun dalam hati dirinya tidak yakin bisa mengatasi orang tuanya.
"Kamu pikir mudah gitu menghadapi ibu aku? Kamu tahu, jika ibu tahu kebenarannya, maka beliau benar-benar akan kecewa," ucap Dane dengan nada frustasi.
"Ini semua salah Bapak! Jika saja Bapak tidak membuat hukuman yang penuh drama kaya gini, mungkin kesalah fahaman ini tidak akan pernah terjadi!" ujar Syaqira dengan kesal.
"Ya aku tahu ini semua berawal dari aku, tapi apa kamu bisa membantu ku?" tanya Dane
"Membantu apa?" tanya Syaqira dengan cemas, pasalnya pria di hadapannya itu begitu sulit di tebak.
"Menikahlah denganku."
Syaqira diam membisu, ia tak tahu apa yang sekarang harus ia katakan. Laki-laki yang berwajah bak dewa Yunani ini mengajaknya menikah? jika saja laki-laki itu bukan Dane atasannya yang menyebalkan, tapi membuat jantungnya selalu marathon kalau di dekatnya, mungkin ia akan segera menerimanya, tapi ini permasalahannya beda. Situasinya pun sangat aneh jika dirinya menerima itu.
"Maaf Pak, tapi saya tidak bisa," ucap Syaqira tegas.
"Kenapa? Apa saya kurang tampan, atau saya kurang kaya untuk kamu?"
"Cukup! Memangnya Bapak pikir saya perempuan seperti apa? Perempuan dengan duit di matanya hah? Saya tidak pernah menyangka bapak yang terhormat berpikiran serendah itu. Memalukan!" ucap Syaqira dengan sedikit emosi menguasainya.
"Keluar! Keluar kamu dari ruangan saya."
Syaqira kaget mendengar bentakan Dane, apa ia salah bicara? Bukankah memang benar, bahwa itu pemikiran yang rendah sekali. Menganggap semua wania itu selalu lebih mementingkan uang? Walaupun kenyaataannya memang banyak yang seperti itu. Tapi tidak dengan Syaqira, ia berpikir untuk menikmati sisa hidupnya itu bukan dengan uang, tapi dengan sedikit cinta dan kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss In Love [Telah Terbit]
RomanceKetika pernikahan ini terjadi tanpa perkiraanku, aku mencoba untuk ikhlas. Tapi bagaimana jika perempuan lain masuk dalam hidupku, dan ikhlas tidak pernah hadir di hatiku? Mencintai itu adalah kata yang begitu menyakitkan namun tidak pernah membuatk...