WeChat// Z.M [completed]

eigtin

(Two weeks later)

Ting... Ting...

12.30
Zayn : pulang kuy!
Zayn : gue udah nggak ada kelas.

Gue senyum-senyum sendiri. Keadaan gue membaik —ralat, sangat sangat baik. Hubungan gue sama Zayn ama yang lain juga udah biasa aja kek dulu. Gue juga udah mulai ngejalani aktivitas sehari-hari. Semenjak kejadian malem itu, Zayn lebih protektif—over protektif sama gue. Tapi, gue seneng Zayn punya lebih banyak waktu buat gue. Tapi kita masih sebatas sahabat. Dan itu masih nusuk banget buat gue.

–flashback on–

Author's POV

"Zayn, masuk kamar gue yuk, disini dingin."

"Mau ngapain lo?" tanya Zayn sambil menyeringai. Mesum.

"Gausah mesum. Gue gamau sakit lo tambah parah."

Zaynpun tersenyum sendu, menatap wanita dihadapannya itu. Wanita yang dicintai dan disayanginya. Tapi ia tak mau menyadari itu. Ego lah yang mengambil sebagian darinya untuk menahan rasa itu. Sama seperti Gigi, mereka berdualah yang sebenarnya tidak pernah menciptakan kesempatan untuk bahagia. Mereka sama-sama mencintai tapi juga sama-sama mementingkan ego.

"Tunggu ya,Z, gue ambil obat sama makanan dulu." ucap Gigi setelah meletakkan Zayn di kasurnya.

Belum saja Zayn menjawab, wanita itu sudah melenggang keluar. Zayn menatap kamar wanita itu sambil tersenyum tulus. Kamar yang selalu jadi rumah keduanya ketika ada masalah. Kamar yang masih sama sejak 14 tahun yang lalu. Aroma Gigi pun masih menempel di kasurnya.

"Maaf ya Z kalo lama." Gigi datang membawa nampan yang berisi makanan dan baskom.

Tanpa babibu Gigi langsung menaruh kain yang sudah ia celupkan di baskom ke dahi Zayn. Lalu menyuapinya makan dan menyuruhnya meminum obat. Semua itu sudah biasa ia lakukan jika Zayn sedang sakit. Ia melakukannya karena ia sangat mencintai dan menyayangi pria itu lebih dari sahabat.

Dan itu menjadi malam yang panjang bagi mereka berdua untuk mengobrol tentang banyak hal.

–Flashback off–

12.35
Gigi : kay,Z.

12.36
Zayn : parkiran ya :)

Gue langsung cabut dari kelas ke tempat parkiran.

***