Delapan

2K 130 0
                                    

tok tok tok

Krieettt~

"Siapa.." Hanabi melebarkan matanya

.

.

"Hinata."

Hanabi menutupi mulutnya yang menganga dengan punggung tangannya. matanya nampak berkaca-kaca, Hanabi sangat terkejut melihat sosok yang sangat dirindukan tiba-tiba muncul dihadapannya.

Melihat Hanabi yang masih terdiam, Hinata maju beberapa langkah tepat dihadapan Hanabi dan langsung merengkuhnya dalam sebuah pelukan. dapat Hinata rasakan bahu Hanabi yang bergetar.

"Gomen..gomen nee Hanabi.. Gomen." ucap Hinata lirih. sementara Hanabi semakin menangis tersedu-sedu dan membalas pelukan Hinata dengan lebih erat.

Sementara Sai mengamati interaksi mereka dari dekat pintu apartemen Hanabi. terlihat sebuah senyuman dibibirnya. Sedetik kemudian Sai berbalik meninggalkan dua saudara yang saling melepas rindu itu.

.

.

"Jadi selama ini kau tinggal disini?" tanya Hinata pada adik kembarnya sambil mengamati isi apartemen sempit milik Hinabi.

Tidak banyak perabotan yang dapat ditemukan, hanya ada sedikit peralatan memasak dan beberapa piring dan gelas. Tidak ada meja makan hanya ada meja di ruang tamu dan satu sofa tua yang terdapat jahitan dibeberapa bagian.

Hinata sangat tidak menyangka selama ini saudara kembarnya mengalami banyak kesulitan. sementara dirinya hidup serba berlebihan dengan limpahan kasih sayang dari kakak dan sahabat-sahabatnya.

"Kenapa kau lakukan ini?" tanya Hinata seakan tidak terima dengan cara hidup Hanabi "aku kira Hyuga memiliki cukup uang untuk menyewa apartemen yang lebih layak."

Hanabi tersenyum kecut, tidak mungkin dirinya mengaku jika dia melakukan ini demi ayahnya. karena ibu tirinya mengancam akan meninggalkan ayahnya jika Hanabi mengadu perbuatan saudara tirinya pada sang ayah dan Hanabi tidak akan membiarkan itu.

Masih sangat kental diingatan Hanabi betapa hancurnya sang ayah paska perpisahannya dengan sang ibu yang membawa serta Hinata. Ayahnya menjadi work a holic dan tidak pernah pulang kerumah.

Tapi setelah menikah lagi baru Hanabi bisa lihat perlahan-lahan ayahnya dapat kembali tersenyum. dan Hanabi tidak ingin menjadi egois dengan menentang hubungan sang ayah dengan istri barunya hanya karena ibu barunya itu tidak memperlakukan Hanabi dengan baik.

Hinata menghela nafas saat Hanabi tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Kau bahkan mewarnai rambutmu seperti milikku, apa yang terjadi Hanabi-chan? Kau membuat kita seperti kembar identik. kau tau bahkan pembantu di mansion Hyuga mengira aku adalah dirimu, bukankah itu sangat menyebalkan?" Ucap Hinata dengan ekspresi dibuat-buat kesal

Hanabi terkekeh, Hanabi sangat ingat dahulu mereka tidak pernah suka dikatakan kembar.rasanya Hinata yang dikenalnya dulu bukan orang yang suka mengeluh seperti ini. entah mengapa Hanabi merasa kepribadian mereka yang sekarang seakan tertukar.

"Tidak terjadi apapun Hinata-chan, hanya dengan begini aku bisa merasa selalu bersamamu, bukankah sejak dirahim Kaa-san kita sudah bersama? jadi saat kita terpisah rasanya sangat berat bagiku. kau tau aku sangat sedih saat ayah mengatakan kau melupakan kami?" Ucap Hanabi semakin lirih di akhir kalimatnya.

Hinata menatap adik kembarnya dengan raut penyesalan

"Gomenne Hanabi, Gomen, aku sangat menyesal karena tidak mengingat lebih cepat."

Sweet LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang