Sepuluh

2.3K 142 6
                                    

Bel pulang berbunyi, satu persatu murid-murid mulai meninggalkan kelas mereka. ketika keadaan kelas mulai sepi Naruto berjalan kearah bangku paling belakang mendekati seorang gadis berambut indigo yang sedang memasukkan buku kedalam tasnya.

"Hyuga."

Gadis yang merasa namanya dipanggil itu mengarahkan pandangan matanya pada sumber suara.

"Aku rasa akan lebih mudah jika kita bisa berteman, lagipula Kakashi Sensei menyuruhku untuk berteman denganmu."

Hinata menaikkan sebelah alisnya tanda tidak mengerti kemana arah pembicaraan lelaki didepannya itu.

"Mari kita rayakan pertemanan kita, aku akan menjemputmu di halte bis besok pukul tujuh malam, aku tidak menerima penolakan." Naruto berlalu meninggalkan kelas

Hinata menatap datar pungung lelaki bersurai blonde yang semakin menjauh "Kurasa tidak masalah berteman dengan Namikaze itu."

.

.

Mansion Hyuga

Hinata tergesa menuruni tangga mansion mewah itu, Hatinya berdegub senang saat pagi tadi Ayame asisten rumah tangga Hyuga memberitahunya bahwa sang ayah sudah kembali dari Osaka. Namun tiba-tiba langkahnya memelan saat manik Ametys miliknya menangkap sesosok pria bersurai coklat yang duduk dimeja makan dengan koran ditangannya.

Mata Hinata mendadak berkaca-kaca, rasanya dirinya ingin sekali berlari dan memeluk erat pria itu menumpahkan segala isi hatinya. Namun logikanya berkata jangan, itu bukan hal wajar yang sering dilakukan Hanabi. maka dengan cepat Hinata mengusap pelupuk matanya dan memasang senyum yang sedikit dipaksakannya.

"Ohayou Tousan." Hinata menempati kursi tepat didepan ayahnya. terlihat ada seorang wanita bersurai blonde duduk dikursi dekat ayahnya. Hinata yakin dia adalah wanita yang dinikahi ayahnya dan duduk disampingnya gadis iblis yang sangat ingin diberinya pelajaran Shion. tapi Hinata mengabaikan keduanya bahkan sengaja tidak menjawab salam yang diucapkan keduanya.

Hiashi melipat koran ditangannya dan meletakkannya diatas meja "Ohayu Hanabi-chan, Bagaimana dengan sekolahmu?"

Hinata tersenyum miris mendengar balasan ucapan ayahnya, meskipun orang lain akan mudah tertipu dengan penampilannya namun Hinata punya sedikit keinginan agar Hiashi tidak tertipu dan kini harapannya pupus sudah, ayahnya bahkan tidak dapat membedakan anaknya sendiri.

"Semuanya berjalan lancar, Tousan tidak perlu khawatir, daripada itu..."Hinata mengulurkan tangannya seakan meminta "Mana oleh-oleh untukku dari Osaka?" tanya Hinata dengan mengerucutkan bibirnya. melihat tidak ada respon apa-apa dari ayahnya Hinata melengkungkan bibirnya kebawah berpura-pura sedih.

Tingkah Hinata sukses membuat istri Hiashi, Haku dan Shion menaikan sebelas alisnya, tatapan mereka terlihat tidak suka.

"Jangan kekanakan Hanabi-chan." Haku berkata seramah mungkin tapi Hinata bersikap seolah tidak mendengar apapun.

Hiashi tersenyum mendapati kelakuan putrinya yang dinilainya tidak biasa "Apa yang terjadi biasanya kau tidak meminta oleh-oleh?"

"Aku tidak meminta oleh-oleh bukan bearti aku tidak menginginkannya?" Hinata memberengut kesal

Tiba-tiba Hiashi menatap Hinata sendu ingatannya kembali kebeberapa tahun lalu.

.

"Tousan mana oleh-olehku?" tanya Hinata dan Hanabi kecil

"Jadi puteri tousan hanya menginginkan oleh-oleh, kalian tidak merindukan tousan?" Hiashi menggendong kedua putrinya bersebelahan sisi kiri dan kanan.

Sweet LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang