Duapuluhtiga

3.6K 227 109
                                    

Naruto menurunkan Hinata dari gendongannya.

Tanpa mengatakan sepatah kata dirinya langsung pergi meninggalkan si gadis indigo.

Sementara Hinata yang mendapat perlakuan seperti itu seakan linglung, otak cerdasnya sama sekali tidak berfungsi bahkan suaranya hanya sampai pada tenggorokannya saja.

Dia benar-benar merasa bingung diabaikan seperti itu, karena ini pertama kalinya ada orang yang berbuat seperti itu padanya. tapi Hinata bisa apa? saat menyadari kesahalannya sendiri.

Pastilah pemuda itu lebih merasa kesal karena kebohongan yang dilakukannya memang berlebihan.

Seharusnya dirinya membuat pengecualian untuk pemuda pirang itu. Karena Naruto tidak secerdik Shikamaru atau sejèli Sasuke yang bisa dengan mudah mengenali penyamarannya.

Apa salahnya mengaku pada satu orang, mengingat hanya pemuda itu satu-satunya yang bisa dibilang teman dekat selama dirinya berpura-pura menjadi Hanabi.

Bahkan Naruto sendirilah yang mengatakan bahwa mereka adalah teman.

Seharusnya Naruto tahu kebenaran ini dari mulutnya sendiri bukan dari orang lain. mungkin dengan begitu pemuda itu tidak akan marah atau kecewa karena merasa tidak dipercaya.

Namun semua itu sudah terlambat, Naruto terlanjur marah dan Hinata hanya bisa terdiam memandang pungung lebar yang beberapa saat tadi menjadi tumpuannya itu menjauh.
.
.
.

Shikamaru datang bersama Rombongan polisi yang Langsung berpencar memasuki hutan untuk menangkap para penculik.

Shimura Sai juga datang Dengan wajah khawatir, Buru-buru keluar dari mobil sport hitam miliknya menghampiri Hanabi.

"Kau baik-baik saja Hana-chan? Apa mereka melukaimu?"

"Aku tidak terluka Nii-San, Tapi Hinata..."
Perlahan Hanabi menoleh ke arah Hinata yang membuat Sai menemukan sang Adik tengah berada pada gendongan pemuda berambut pirang.

Kini manik kelam Sai menatap tajam, dengan perlahan pemuda itu berjalan mendekati sang adik.

Sai telah berdiri tepat di belakang Hinata. Namun Hinata sama sekali tidak menyadarinya karena gadis itu masih terpaku pada sosok Naruto yang berjalan menjauh.

"Mengapa kau mengabaikan panggilanku?"

Deg

Hinata buru-buru membalikkan badannya-terkejut.

Shimura Sai memandangnya santai dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana.

Kakak tirinya ini benar-benar pandai bermain ekspresi. Hinata tahu hal itu dan dirinya sangat yakin bahwa saat ini Shimura Sai sebenarnya sedang menekan emosinya kuat-kuat agar tidak meledak.

"Maaf, aku kehilangan ponselku Nii-san."

Hal itu tidak sepenuhnya kebohongan karena Hinata benar-benar kehilangan ponsel miliknya, mungkin benda itu terjatuh saat dirinya berlari atau saat tersandung batu tadi.

Mendengar jawaban gadis itu Sai memilih diam, fokus matanya beralih pada kedua lutut Hinata yang berdarah.

"Kita pulang sekarang!"
.

Sementara Naruto menatap datar si gadis indigo yang semakin menjauh.

Sedangkan tidak jauh darinya Neji juga menatap kearah perginya Sai yang membawa dua orang sepupunya.

Ada perasaan tidak nyaman, bukankah seharusnya dia yang membawa kedua sepupunya itu kembali ke mansion Hyuga.

Tetapi kenapa kini dia hanya mampu menatapnya dari jauh tanpa melakukan apapun, Sungguh jika waktu bisa diulang..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang