Sebelas

2.8K 143 8
                                    

Hinata menguap bosan, tangannya dilipat didepan dada sementara pandangannya menatap lurus tanpa minat pada seorang guru yang sedang mendongengkan sejarah kerajaan jepang.

Hinata mendengus kesal, manik Ametys miliknya melirik jam dinding putih yang berada tepat diatas white board. ingin rasanya gadis indigo ini memutar jarum jam yang tak kunjung bergerak. kira-kira masih sekitar dua jam lagi agar bel pulang sekolah berbunyi.

Kelas ini benar-benar membosankan tanpa Sakura dan Ino batin Hinata Apa sebaiknya aku meminta mereka pindah kesini saja ya.. tiba-tiba Hinata terkikik sendiri saat mengingat kelakuan absurd sahabat kuning dan merah jambunya.

Hinata sangat ingat kenakalan apa saja yang telah mereka bertiga perbuat, mengerjai guru, memanjat pagar, mengelabuhi satpam, hingga yang terparah adalah mereka pernah menyebabkan rumor Sekolah libur yang menyebabkan seluruh murid tidak pergi sekolah dan berakhir dengan mereka yang mendapat hukuman dari pihak sekolah.

Bagaimana bisa aku bersahabat dengan kedua gadis aneh itu

Hik..hik..hikk wajah Hinata memerah menahan suara Cekikikannya.

"Hyugaa.. Kau baik-baik saja?"

Deg

Kalimat tanya sang guru menghentikan hasrat tertawa Hinata, seketika wajahnya memucat, ditegakkan kepalanya dan diedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas yang menatap intens kearahnya.

"ahh ..Tidak Sensei, hanya saja .. Pe.rutku.. prerutku tiba-tiba terasa sakit." bohong Hinata dengan raut wajah menahan sakit dan kedua tangan yang semula dilipat didepan dada diturunkannya menjadi memeluk perut.

"Bolehkan saya ijin ke ruang kesehatan saja Sensei?" Tanya Hinata memelas.

"Kau terlihat sangat kesakitan, baiklah pergilah Hyuga?"

"Ha'i Sensei." Hinata mengambil tasnya dan berjalan menuju kearah pintu keluar kelas.

"Kurasa hanya keruang kesehatan tidak perlu membawa tas?" Ucap lelaki bersurai hitam diikat keatas santai wajah lelaki itu terlihat malas

Hinata berhenti melangkah, ditolehkan kepalanya ke sumber suara yang membuatnya menggeram kesal.

"Kau benar Nara-san, tidak perlu membawa tas mu Hyuga."

"Tapi Sensei jika aku meninggalkannya, aku takut tas ku akan mendapat kejahilan." Ucap Hinata dengan ekspresi takut-takut melirik kearah bangku Shion. Sang guru terlihat membuang nafas, siapa yang tidak tahu jika gadis bersurai indigo ini sering mendapat pembulian.

Mendapati perilaku Hinata yang seakan menuduhnya lewat lirikan mata, Shion melotot marah. tangannya meremas buku diatas bangkunya, hampir saja Shion berdiri tapi sebuah tangan yang tiba-tiba memegang bahunya menyurutkan niatnya "Sudahlah Shion, nanti saja kita beri dia pelajaran." Bisik Karin menenangkan

.

"Ahh akhirnya bisa lolos dari guru membosankan itu." Hinata kini berada di taman belakang sekolah "Sekarang bagaimana caranya agar aku bisa lolos dari sekolah ini." diedarkan pandangannya kesegala arah hingga dirinya melihat pohon yang berada didekat pagar. ranting pohon itu tersebar hingga ke sisi bagian luar pagar. Hinata tersenyum mendapat ide.

Hinata berjalan menuju pohon tersebut, semakin mendekat manik Ametys miliknya menangkap sesosok murid bersurai blonde yang sedang berbaring menyandar di bawah pohon. Hinata menaikkan sebelah alisnya.

Membolos eh, dasar Namikaze

"Namikaze bangun." Hanya butuh sekali tendangan pelan di kakinya cukup membuat Naruto membuka mata memperlihatkan manik Safir sebiru langit miliknya.

Sweet LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang