Enambelas

2.4K 148 9
                                    

Hinata memutar mata bosan, entah sudah berapa puluh pasang mata yang menyambut kedatangannya dengan sorot tidak suka sejak dirinya memasuki pintu gerbang KIHS. Padahal kemarin kehadirannya tak ubahnya hantu yang tak terlihat, namun hari ini dirinya sungguh menjadi pusat perhatian.

Sebenarnya situasinya kali ini sudah diperkirakan olehnya, namun apa yang dibayangkan sering kali tak sesuai dengan kenyataan. Meskipun sudah berulang kali Hinata meyakinkan diri bahwa dia mampu untuk menghadapi hal ini, nyatanya tetap saja hatinya merasa jengah setengah mati direndahkan seperti ini.

Gadis ini hanya bisa menarik nafas dalam untuk menenangkan diri.

Kau pikir kau pantas untuk Naruto?

Berhenti menggoda Naruto kami Hyuga!

Dasar jalang.

Kurasa kau harus banyak-banyak bercermin Hyuga!

Gadis buruk rupa menjijikan.

Kau bermimpi terlalu tinggi gadis aneh.

Hinata tetap melanjutkan langkah mengabaikan bisikan-bisikan mencela yang ditangkap oleh gendang telinganya. tak ingin membuat masalah Hinata memilih untuk tetap diam. Meskipun hatinya benar-benar dongkol.

Memangnya siapa yang menginginkan pemuda itu? Mengapa mereka seolah-olah menganggapnya gadis perayu yang rela melakukan apapun demi mendapatkan pemuda yang dijuluki pangeran KIHS. Demi apapun Hinata berani bersumpah dirinya sama sekali tidak tertarik dengan pemuda kuning itu.

Bahkan Hinata akan merasa sangat bersyukur jika ada orang yang bisa menjauhkan pemuda itu darinya atau setidaknya membatalkan kontrak perjanjian Hanabi agar dirinya tidak perlu lagi berurusan dengan Namikaze muda itu.

Gadis bersurai indigo ini benar-benar berusaha untuk menekan emosinya agar tidak meluap, kesabarannya semakin di uji saat air berwarna coklat yang diyakininya air bekas mengepel lantai mengguyur tubuhnya, tidak berhenti disitu kini serbuk-serbuk putih menyusul menutupi pucuk kepalanya hingga jatuh dibahunya.

Kini kondisinya benar-benar buruk dan semakin diperparah dengan seluruh atensi siswa-siswi KIHS yang tertuju padanya, mereka tertawa-tawa seolah dirinya seorang badut yang sedang melucu menghibur seisi sekolah.

Didongakan kepalanya keatas, di balkon lantai dua yang tepat diatasnya terlihat tiga orang gadis sedang menertawainya. Dari ketiga gadis itu terdapat seorang gadis bersurai blonde yang tersenyum mengejek dengan wajah congkaknya. Sementara tangan gadis itu masih memegang bungkusan tepung.

Manik Ametys Hinata yang terbingkai kacamata menatap murka kearah Shion. Dia masih diam ditempatnya namun tangannya mengepal erat.

Jika saja gadis itu berada pada jarak yang mampu dijangkaunya, saat ini juga dapat dipastikan Hinata akan menyeretnya kemudian menenggelamkan gadis itu pada kolam air mancur di tengah-tengah halaman KIHS dan Hinata sama sekali tidak peduli akan hukuman yang diterimanya nanti jika tindakannya menyebabkan ikan-ikan dikolam itu mati.

Namun keberuntungan masih berada dipihak gadis itu, Hinata terlalu malas berlari menaiki tangga untuk menjangkaunya, yang dipikirkan Hinata saat ini adalah segera membersihkan diri setelah itu dirinya akan membuat perhitungan. tentu saja perhitungan, karena Hinata bukanlah Hanabi yang tidak akan melakukan apa-apa.

Dibesarkan dalam keluarga Shimura yang terkenal cerdik dan tidak pernah mau rugi, Hinata diajarkan untuk selalu memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang mereka lakukan terhadapnya.

Maka jika ia diperlakukan kejam seperti ini Hinata bisa membalasnya berkali-kali lipat lebih kejam, begitu pula sebaliknya. Entah ajaran itu benar atau salah yang jelas gadis ini sudah terbiasa dengan hal itu.

Sweet LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang