[Part II] Keneh

7.3K 601 29
                                    

* Kehendak

Kehendak diri dan kehendak takdir saling bertaut. Adakah kemenangan keduanya bisa bertaut, atau saling bertentangan? siapa dirimu sehingga aku melawan takdir?

Pulau Dewata, 2015

Lelaki bermata elang itu memandangi resort yang dikelolanya dari balik jendela besar yang berada di ruang kerjanya.

Di musim liburan ini, hotel dan restoran milik keluarganya selalu penuh diboking para wisatawan baik lokal ataupun mancanegara. Bahkan toko oleh-oleh di sepanjang resort sudah mulai kewalahan menghadapi serbuan pengunjung. Cinderamata berupa makanan khas, kaos, dan berbagai kerajinan tangan lainnya memang dijual lebih murah dibanding tempat yang lain, dengan kualitas yang sama unggulnya, karena itu Khrisna Dewa Resort selalu menjadi tujuan utama pada pelancong yang menghabiskan liburannya di pulau dewata ini.

Pandangan lelaki itu kini tertuju pada kebun kosong yang luas di samping hotelnya.

Huh! Lelaki keras kepala itu masih belum mau menjual lahannya kepadanya, padahal dia sudah menawarkan harga yang tinggi!

"Tugus! Ada telfon dari Griya Agung, anda disuruh menghadiri upacara nanti sore di Griya Antara...," Oka Wardana, sekretarisnya, muncul dari balik pintu kaca. "Ida Bagus Gde Agung Ardhana yang menelfon, kenapa smartphone anda tidak aktif?,"

Lelaki itu menghela nafas, jika ayahnya sendiri yang menelfon, pastilah sangat penting. Mungkin ayahnya memahami keengganannya menuju ke Griya Antara, Ida Bagus Antara Wiratha adalah saingan bisnisnya yang paling kolot. Lahan kosong di sebelah Hotel Agung yang sangat mengganggu itu adalah milik lelaki tua menyebalkan itu.

"Apakah aku harus hadir?," gerutu lelaki itu.

Oka Wardana nyengir, "Tidak ada pesta di Griya yang meriah tanpa kehadiran anda, semua tuan putri itu pasti akan menantikan kehadiran pangeran tertampan di pulau dewata, lagipula Dayu Kadek Devi pasti menantikan anda...kabar pertunangan kalian yang akan segera dilaksanakan sudah cukup membuat ketar-ketir para penggemar anda...,"

Rahang lelaki itu mengeras. Dayu Wirasthi, ibunda Kadek Devi memang selalu merecokinya dengan perjodohan itu dimanapun dan kapanpun mereka bertemu. Lelaki itu bersyukur, sementara ini Aji dan Ratu, ayah dan ibunya, tetap tenang-tenang saja menghadapi status putranya yang masih single. Ida Bagus Ardhana dan Ida Ayu Made Kenanga tidak pernah mengungkit pertanyaan kapan putranya akan segera mengakhiri masa lajangnya, mungkin setelah ulang tahunnya yang melewati kepala tiga sebulan lagi, barulah ibunya akan mulai berulah, tapi lelaki itu berusaha mengabaikannya.

---

Keluar dari Audi Hitamnya, lelaki itu membuka kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung dan melihat ke sekelilingnya, tumben Griya Agung terlihat sepi.

Seorang lelaki bergegas menghampirinya.

"Tumben Griya sepi, apakah semua menuju ke Griya Antara?," tanya lelaki itu.

"Sebagian besar sudah, tuan muda, tapi nyonya dan tuan besar masih di Griya, menunggu berangkat bersama anda....,"

Lelaki itu mengangguk, "Bawakan tasku ke dalam kamar, Nyoman...,"

"Baik, tuan muda...,"

---

"Usianya sudah tigapuluh sekarang...," Kenanga memandang Ardhana. "Sepertinya lamaran dari Griya Pedampel patut kita pertimbangkan....,"

Ardhana tersenyum. "Apakah kamu sudah merasa yakin dengan calon menantumu?," tanya Ardhana pada istrinya.

"Kadek Devi gadis yang terpelajar, seorang dokter pula, tingkahnya santun, budinya luhur, itu yang sekilas kulihat saat ada acara di Pedampel kemarin lusa...,"

Intan_PadmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang