*)Terbang
Mendapatkanmu, membuatku melayang
Perasaan ini begitu bahagia
Sehingga purnama di angkasa
Bagai dalam genggaman saja
Muslihat hanyalah salah satu cara
Rahwana mendapatkan Sinta
Mahendra memandangi pengantinnya yang sedari tadi diam.
Tidak berani mengusik pikiran Intan, Mahendra memutuskan menuju Pandawa. Mungkin, sejenak, mereka akan berbincang dengan debur ombak pantai dan memandang laut nan luas untuk menentramkan hati setelah semua kejadian tadi. Perlahan mobil berbelok menuju gerbang Pandawa, Intan masih tidak bereaksi, sepertinya gadis itu masih asyik dengan lamunannya, saat Lexus hitam itu parkir pun, Intan masih terdiam.
"Dayu...," lembut suara Mahendra menyapa.
Mata Intan mengerjap.
Mimpikah? Apakah ini mimpi?
Memiliki harapan yang mustahil memang menyenangkan, tapi dimiliki oleh impian? Mata Intan berkaca-kaca. Selama ini dia mengira Mahendra adalah kemustahilan, tapi lihat sekarang.
Lelaki itu memandanginya.
"Kenapa menangis? Apa kau menyesal?," tanya Mahendra. Lelaki itu terlihat cemas.
Dahi Intan mengernyit. "Menyesal untuk apa?,"
Mahendra tersenyum, sungguh, gigi gingsul lelaki itu, adakah yang lebih indah dari sebuah senyuman yang mampu memporak porandakan detak jantungmu?
Tap...tap...tap.
Pipi Intan langsung memerah.
"Mungkin, menyesal menikah denganku? Ahh...diluar sana ada lelaki yang muda dan tampan seperti Bayu...Arya Weda...Surya....,"
Intan mendesah kesal, "Bli, kumohon, tiang tidak menyesal menikah, hanya saja....memikirkan kang mbok Kirani, dia pasti marah sekali...,"
Mahendra menunjuk keluar.
"Lupakan Kirani, lambat laun dia juga akan pulih, ayo keluar...,"
Intan melihat ke depan dan dari balik kaca depan, terlihat pemandangan pantai yang cantik.
"Wah, sudah lama tiang tidak ke pantai.....," Intan menyusul Mahendra keluar dan lelaki itu mengulurkan tangan menggapai jemari Intan yang terkesiap dengan kehangatan genggaman tangan Mahendra.
"Lepaskan sepatumu...," perintah Mahendra. Mereka berdua melepas alas kaki dan berjalan perlahan menuju ke Pantai, hari sudah mulai sore, matahari tak lagi bersinar terik, suasananya pas sekali untuk membuang resah.
Setelah berjalan menyusuri pantai dan menikmati riak kecil ombak yang membasuh kaki mereka, membuat tenang pikiran dan sejenak melupakan setiap permasalahan, Mahendra mengajak Intan duduk, tapi lelaki itu tidak duduk di samping Intan, melainkan duduk di belakang Intan dan memeluk gadis itu dari belakang.
Membuat Intan terkesiap karena sikap Mahendra yang terasa romantis, lelaki ini selalu mengejutkan.
"Apapun masalah yang kau hadapi nanti Dayu, berbagilah denganku....kita akan selesaikan bersama, jangan takut, bukankah aku selalu bersamamu sekarang?,"
Hembusan nafas Mahendra membuat bulu kuduk Intan meremang.
"Lihat sunset itu....saat matahari tenggelam, yang tersisa hanyalah kegelapan, tapi bukankah tak selamanya matahari pergi? Cahaya perlahan akan muncul kembali esok pagi. Begitulah sebuah hubungan, kita harus saling mempercayai, apapun yang terjadi nanti, kita harus menjalankan pernikahan ini dengan hati-hati, laut tidak selalu tenang, terkadang ada badai, karena itu dibutuhkan banyak kebijakan untuk melaluinya hingga sampai ke dermaga tujuan....paham, Dayu?,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Intan_Padmi
RomansaIntan Prameswari : Lelaki yang kucintai tidak mungkin tergapai, dia bagai raja dari para raja sementara aku hanyalah pelayan bodoh yang berkhayal dia melihatku sekali saja. Ida Bagus Agung Putu Mahendra : Wanita yang kucintai adalah kemustahilan. Ta...