Hadiah yang bernilai *) dalam hidup
Tatkala manusia memiliki tujuan
Paramita dengan kebijakan dan kebaikannya
Akan menuntun Pandya yang bijaksana
Meraih jiwanta, ketenangan kehidupan
Dalam keserasian dan keselarasan
---
Bangunan tertinggi di Griya disebut Meten atau Bale Daja yang diperuntukkan untuk ruang tidur bagi kepala keluarga. Saat kecil, itu bagian rumah paling menakutkan bagi Mahendra. Jika ayahnya memanggilnya ke Bale Daja, artinya dia telah melakukan kenakalan yang keterlaluan dan mendapatkan hukumannya di sana. Terakhir kali saat dia melanggar perintah ayahnya untuk tidak bermain hingga lupa waktu. Dia nekat bermain bola di sore yang gerimis lalu bergegas pulang ngebut dengan sepedanya bersama kawan-kawannya yang pada akhirnya berakibat celakanya Yoga karena tertabrak mobil. Ardhana langsung menelfon kerabatnya yang berada di Jawa dan menimbang jika Mahendra sudah mulai tidak mematuhi peraturan Griya. Alasan itu yang membuat Mahendra disuruh menimba ilmu ke Jawa dalam usia belia. SMA Taruna Nusantara di Magelang menjadi pilihan Ardhana untuk membentuk jiwa putranya. Besi yang belum terlanjur bengkok, mumpung masih membara masih bisa dibentuk. Jauh dari kemanjaan yang diberikan Kenanga dan Tuniang Abhikya diharapkan oleh Ardhana akan membentuk jiwa Mahendra lebih kokoh. Lulus SMA, Mahendra meneruskan kuliah di jurusan Arsitektur, ibunya beberapa kali memintanya pulang tapi pemuda itu bersikeras menamatkan S2 di Jerman setelah selesai S1 di UGM. Mahendra bahkan masih menghindari Griya tatkala mendapatkan tawaran pekerjaan di Dubai. Tapi lambat laun, dia menyadari dia harus kembali ke Griya. Ardhana sudah mulai tua dan butuh bantuan untuk mengelola Agung Group. Lelaki itu menyadari, waktunya untuk mengenal dunia luar sudah usai, sekarang ada banyak tanggung jawab yang harus diemban dan dilestarikannya demi kebaikan penghuni Griya Ardhana.
Tiang-tiang kayu jati yang disepuh emas yang berjumlah duabelas atau disebut saka rolas membuat Bale Daja tampak sebagai bangunan yang memperlihatkan kewibawaan pemiliknya. Patung dewi di kanan dan kiri di bagian paling atas tangga menuju pintu masuk seolah menyambut kedatangan tamu khusus yang diizinkan penguasa bale untuk masuk. Sahadewa dan Bujana bahkan memilih untuk tetap berada di Bale Dauh daripada mengikuti para tetua menuju Bale Daja. Mereka berdua selalu segan menghadapi Agung Ardhana, ditambah lagi berdua dengan Antara Wiratha.
Kursi jati di beranda Bale Daja akhirnya hanya berisi tiga orang saja. Ardhana mempersilahkan Antara duduk dan Mahendra duduk setelah kedua orang tua itu menempatkan diri.
Selama beberapa saat, Ardhana tidak berkata apa-apa, hanya menatap mata putranya dengan tajam. Melihat Mahendra menatapnya balik selama beberapa saat dan memperlihatkan seluruh isi hatinya, Ardhana memahami putranya tidak bersalah dalam tuduhan Kirani. Mahendra baru menunduk setelah beberapa saat, untuk menghormati ayahnya, itu menunjukkan baktinya sebagai seorang putra.
"Aku tahu, putraku tidak akan melanggar batasannya. Apalagi setelah perjuangannya selama ini menantikan wanita yang benar-benar mampu meluluhkan hatinya. Tentu dia tak semudah itu berpaling pada wanita lain sementara dia hanya tinggal menunggu waktu untuk memiliki Dayu Intan. Hanya saja, tiang ingin masalah ini diselesaikan dengan baik, Tugus Antara, supaya nama baik pewaris tiang tetap terjaga."
Antara Wiratha menerawang, menatap rembulan yang belum sempurna di langit yang hitam.
"Walaupun tiang bukan ayah kandung Galuh Kirani, tapi dia sudah tiang anggap sebagai anak sendiri, tiang merasa telah mengusahakan yang terbaik baginya, memberikan setiap hal terbaik yang tiang bisa. Bahkan memberikan gelar kasta kepadanya. Sementara, pada putri kandung tiang sendiri, Intan bahkan tidak menerima kemewahan seperti yang Kirani rasakan. Kehidupannya sejak kecil bisa dibilang cukup sederhana di Yogyakarta. Tiang tak habis pikir, bagaimana bisa Kirani menganggap adiknya sebagai musuh hingga melakukan segala cara untuk menghancurkan Intan Prameswari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Intan_Padmi
RomanceIntan Prameswari : Lelaki yang kucintai tidak mungkin tergapai, dia bagai raja dari para raja sementara aku hanyalah pelayan bodoh yang berkhayal dia melihatku sekali saja. Ida Bagus Agung Putu Mahendra : Wanita yang kucintai adalah kemustahilan. Ta...