[Part VI] Kesiran

5.2K 499 51
                                    

*)Desiran

Menyangkal

Bibir dan perkataan mungkin mampu menyangkal

Akan tetapi

Desiran dalam hati saat melihatmu

Melihat senyum dan keindahanmu

Tidak mampu menipu

Sejati perasaan hati

---

Intan terbangun mendengar puja yang mengalun, dibukanya selimut dan menuju ke arah suara yang khusyu melantunkan doa.

Dilihatnya Mahendra mengenakan pakaian tradisional sedang melantunkan puja, penampilan pria itu seolah menyeret Intan menuju ke masa yang lampau, walau bagaimanapun, Mahendra terikat oleh adat, pria itu patuh akan segala hal yang mengikat padanya bagaimanapun keadaannya.

Punggung kokoh Mahendra terselubung secarik kain songket bersulam teratai keemasan, jarit yang dipakainya menampilkan betis dan kaki yang berdiri kokoh, walaupun ini jaman modern, sepertinya Mahendra telah melakukan latih raga dengan sempurna seperti nenek moyangnya di masa lampau, tidak mengherankan dia begitu cemerlang diantara lelaki kalangan Griya, pria itu selesai melantunkan puja dan membuka matanya, celak hitam yang menyelubungi ketegasan mata elangnya, udeng yang membungkus ikal rambutnya, kain yang hanya sebagian menutup dada telanjangnya.

Wajah Intan memerah, Mahendra tersenyum padanya.

"Membangunkanmu, Dayu?,"

"Maaf Bli, tiang terlambat bangun...,"

"Tidak apa, aku tahu kau lelah semalam...,"

Mahendra berjalan melewati Intan seperti Harimau yang tenang, tapi Intan menyadari keliarannya. Aura ini, selalu membuatnya sesak.

Sekelebat aroma maskulin membuat Intan menyadari pria itu mandi pagi-pagi sekali, menggunakan air dingin tentu saja, kesegarannya terasa hingga jarak ini.

"Hari ini kita akan ke Kampus, setelah mandi dan sarapan, kita berangkat...nah, mandilah..," Mahendra mengulurkan tangan dan mengelus sekilas puncak kepala Intan, gadis itu mengangguk kikuk.

Bukankah mereka sudah menikah?

Tapi tetap saja, lelaki itu selalu membuat udara di sekitar mereka terasa berbeda, begitu Mahendra berlalu, Intan mengambil nafas panjang.

---

Selesai mandi, Intan mencari keberadaan Mahendra, rupanya lelaki itu sedang berada di dapur.

Malu rasanya, sudah bangun kesiangan, sekarang suaminya yang memasak untuknya.

Intan hendak menyapa Mahendra, tatkala dia menyadari pria itu memakai handsfree di telinganya dan sedang berbincang dengan seseorang.

"Ya, pagi ini tiang mengajar sebagaimana biasa, kenapa dayu menanyakan itu?,"

Mahendra tersenyum menanggapi kata-kata lawan bicaranya.

"Ah, tidak ada apa-apa yang istimewa, sampai jumpa nanti di kampus, tiang sudah membawakan pesanan Dayu, semoga ayah Dayu menyukainya...," lelaki itu melirik Intan yang berjalan ke arahnya lalu mematikan smartphone dan melepas handsfreenya.

"Sarapan sudah siap, menu pagi ini bebek betutu...," Mahendra mengangsurkan piring Intan, gadis itu tersenyum. Lengkap dengan kuah kecombrang dan sambal matah yang tercium harum.

"Bli ternyata pandai memasak...,"

"Kau belum mencicipinya, rasanya mungkin tidak seindah penampilannya?,"

Intan_PadmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang