[Part III] Kroda

6.3K 523 20
                                    

*Kemarahan

Sampai kapan aku harus bersabar menunggumu

Apakah bagai Siwa yang menunggu Parwati? Sejak kelahiran hingga kedewasaanmu...

Kesabaran ini tertahan bertahun-tahun

Tetapi hancur karena kemarahan dalam sekejap

Aku, adalah Rahwanamu, yang tidak sabar menggapai Sinta nya...

Demi kesopanan, Intan menuruti keinginan Kirani untuk menemani Bayu berbincang, apalagi Bayu adalah tuan rumah Puri Asoka, seseorang yang terhormat dan patut dihormati, walau Intan tidak menyukai tatapan lancang Bayu yang tertuju ke arahnya.

"Kamu cantik sekali Luh...," puji Bayu. "Kamu harus sering berdandan seperti ini, sayang sekali jika kecantikanmu selalu tersembunyi...,"

"Dia memang pelajar sejati, Bayu....pahamlah...," gumam Kirani yang semakin kesal karena tidak hanya Intan dan Bayu yang membuatnya sebal tetapi karena semakin banyak para gadis yang mengerumuni Mahendra.

Sudut mata Intan pun sekilas-sekilas memandang ke arah pandang Kirani. Mahendra terlihat kewalahan meladeni para Dayu yang bahkan mendesak Bujana dan Sahadewa minggir, kedua pria itu tersenyum-senyum di belakang Mahendra, memaklumi ketenaran Mahendra.

"Aku akan kesana...," gerutu Kirani.

Pria itu tampak bersikap sopan dengan meladeni satu persatu para gadis yang menyapanya. Bagaimanapun bosannya, dia pria terhormat yang harus tetap menjaga sopan santun.

Mahendra melirik Intan, hatinya menahan kesal yang tiba-tiba bercokol, kenapa Intan mengumbar senyum seperti itu di depan Bayu? Apa karena kemudaan dan ketampanan Bayu berhasil memikatnya? Usia Bayu memang baru 20 tahunan, tiba-tiba Mahendra merasa tua. Tapi apakah pesonanya semudah itu pudar? Selama ini Intan bereaksi tidak seperti gadis-gadis lain saat berhadapan dengannya, gadis itu hanya berbicara sekedarnya dan seolah ingin cepat-cepat kabur saat Mahendra berada di dekatnya. Apakah Intan tidak merasa nyaman dengan Mahendra?

Terlihat Mahendra menangkupkan kedua tangannya seperti berpamitan. Intan menjadi tidak berminat lagi berbicara dengan Bayu. Jika pria itu pulang, sepertinya tidak ada alasan menyenangkan untuk berada di tempat ini. Intan mengedarkan pandangannya mencari Kirani, siapa tahu kakaknya itu juga berminat pulang, karena tanpa Mahendra, Kirani pun pasti tidak betah berada di sana.

"Luh, boleh Bli main ke Griya menemuimu?," tanya Bayu.

"Eh?," Intan bingung. "Untuk apa?,"

"Tentu saja berkunjung menemuimu, bukankah ini sudah liburan, kaupun sudah lulus SMA, Bli ingin mengajak Luh jalan-jalan...,"

Intan bingung harus menjawab apa. Saat dilihatnya Kirani berada di belakang Mahendra, Intan mencoba meloloskan diri dari pembicaraannya dengan Bayu.

"Sebentar Bli, Intan temui kangmbok dulu...," Intan berpamitan dan berjalan menemui Kirana.

Deg!

Mata Intan bersirobok dengan tatapan tajam Mahendra. Intan terpana melihat Mahendra berlari ke arahnya. Apakah...apakah pria itu berlari menghampirinya?

Detik berikutnya, Intan merasakan udara seolah berhenti saat pria itu tiba-tiba memeluknya, memeluknya dalam perlindungan tangannya yang kokoh dan mereka bergulingan di lantai Puri yang terbuat dari batu gunung yang keras.

Dug!

Kepala Intan beradu dengan lengan kokoh Mahendra dan gadis itu meringis kesakitan.

Pening membuat pandangannya sedikit mengabur.

Intan_PadmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang