[Part XVIII] Udaya

3.4K 421 19
                                    


Cinta yang agung *)

Tidak menista kekurangan

Dan tidak memuja kelebihan

Keagungan cinta tercipta

Karena rasa dari jiwa yang murni

Tanpa memandang kelebihan atau kekurangan

Hanya mencintainya, apa adanya

---

Intan memejamkan mata, membiarkan lengan-lengan kokoh memeluknya dengan hangat dan dari bahu kekar yang berguncang itu, Intan mampu merasakan suatu ketulusan, cinta yang begitu besar dan agung, tertuju pada dirinya.

"Tiang begitu takut...." suara pria itu terdengar begitu lembut. "...jangan pernah meninggalkan tiang lagi, tiang tidak akan sanggup..."

Setelah lelaki itu melepaskan pelukannya, baru Intan membuka mata.

"Tiang tidak pernah kemana-mana, Bli..."

Mahendra duduk di kursi dekat pembaringan istrinya dan tetap menggenggam tangan Intan. Begitu rapuh dan mungil, kondisi istrinya yang semula drop membuat Intan terlihat semakin ringkih.

"Mata Dayu yang selalu terpejam membuat tiang tidak berdaya. Rasanya seperti menunggu berabad-abad hingga Dayu membuka mata. Tiang telah mengalami penantian yang sangat lama, tiang pikir hukuman dari Dewata untuk menanti Dayu sudahlah cukup, ternyata tiang harus mengalami lagi penantian yang jauh lebih menakutkan. Dalam hidup, tiang sudah berusaha menjadi pribadi yang baik dan tidak menyakiti sesama, tetapi kenapa hukuman untuk tiang terasa begitu berat?"

Kata-kata Mahendra membuat Intan tersenyum. Dia bisa melihat betapa besar cinta lelaki itu kepadanya. Lihat wajah yang dulu begitu tampan dan rapi, sekarang telah ditumbuhi jenggot dan cambang. Rambut ikal Mahendra menjadi terlihat gondrong dan tak terawat.

"Kenapa Bli menjadi seperti manusia purba? Tubuh Bli juga terlihat kurus, apakah Bli tidak makan dan minum selama tiang sakit?"

"Mahendra bahkan tidak bisa menyentuh air hanya untuk sekedar mencuci muka. Dia tak bisa meninggalkanmu walau sejenak, Intan..." Kenanga menghampiri menantunya dan tersenyum. "Untunglah kau segera siuman, ibu bahkan tidak bisa membujuk Mahendra untuk makan dengan baik..."

Intan juga melihat Antara Wiratha diantara orang-orang yang menjenguknya.

"Bagaimana kondisi Aji, Intan mendengar Aji mengalami kecelakaan?"

Antara Wiratha mendekati putrinya dan menunjukkan dirinya.

"Aji baik-baik saja, hanya kecelakaan kecil. Seharusnya kau jangan panik sehingga mengalami musibah seperti ini. Kami nyaris kehilanganmu, nak..."

Antara tidak mengatakan bahwa waktu itu dia diculik dan disekap di sebuah rumah tua, seseorang menggunakan HP nya untuk memberi kabar buruk pada Intan dan membuat putrinya shock saat upacara Magedong-gedongan. Kandungan Intan yang rentan, membuat gadis itu mengalami pendarahan hebat setelah operasi Caesar karena rahimnya tidak berkontraksi dengan baik setelah plasenta dikeluarkan, terlebih sebelum operasi, Intan sudah mengalami pendarahan ringan karena shock mendapat kabar jika Antara Wiratha mendapat kecelakaan. Beruntung bayinya bisa dikeluarkan dengan selamat.

Pandangan mata Intan melembut saat melihat seorang perawat mendekat dan memperlihatkan sesosok makhluk mungil yang terlihat tertidur manis.

"Ini...putraku?" tanya Intan sambil berkaca-kaca, tangannya yang rapuh terlihat terulur dan mencoba meraih bayi dalam pelukan si perawat.

Intan_PadmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang