[Part VII] Pagehan

4.2K 486 46
                                    

*)Pagar

Penjaga

Seperti Krishna memeluk Radha

Dan Wisnu merangkum padma di tangannya

Aku menjagamu sebagai belahan jiwa

Menjadi pagar untuk sang mawar

...dan hanya aku yang boleh mencium wanginya

---

Entah siapa yang akan lebih dahulu terpana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah siapa yang akan lebih dahulu terpana....

Kenanga menatap putra semata wayangnya yang mengenakan pakaian adat lengkap. Dari pinggang ramping nan kokoh yang terbalut kain kamen hitam berhias teratai keemasan, melingkar dari kiri ke kanan. Ikatan lambang dharma dengan tepi bawah yang harus sejengkal dari telapak kaki disertai dengan ujung lancip yang menghadap ke bawah untuk menghormati ibu pertiwi. Kamen dilapisi saput berdesain klasik yang menutupi lekuk tubuh dan aurat, sang perias mengikatkan di pinggang Mahendra secara melingkar searah jarum jam. Terakhir, untuk menguatkan kamen dan saput, menggunakan selendang berwarna kuning keemasan yang bernama umpal, sang perias menyempurnakan ikatan simpul hidup yang diletakkan di sebelah kanan. Cara mengikat ini mengandung arti bahwa pria Bali harus dapat mengendalikan semua hal buruk dari segala aktivitasnya. Selesai mengenakan kemeja hitam khas bali dengan bordir keemasannya, penampilan Mahendra ditunjang dengan keris warisan leluhurnya yang bertakhtakan intan. Ardhana mengirimkan selop beludru hitam yang berusia puluhan tahun yang telah dikenakan secara turun temurun oleh para pewaris keluarga Griya Ardhana untuk dikenakan Mahendra.

Saat anak lelakinya sempurna, Kenanga mengizinkan Mahendra keluar dari kamarnya dan menghampiri Intan yang tengah diberi wejangan yang sama oleh penata riasnya. Mengenakan batik yang serasi dengan yang dikenakan Mahendra, di bahu Intan sang perias menyampirkan selendang untuk mengingatkan gadis itu akan ajaran dharma dan siap mendidik putra putrinya kelak agar patuh pada orangtua. Kamen yang dikenakan Intan untuk menutupi tubuh bagian bawah hingga satu telapak tangan dari lutut dimaknakan agar wanita Bali leluasa bergerak tapi tetap terlihat sopan dan anggun. Saat sang perias menerangkan tentang bulang pasang yang Intan kenakan di perut rampingnya, gadis itu tersipu mendengar wejangan filosofis agar wanita Bali menjaga rahimnya dan mengendalikan tingkah lakunya dari segala keburukan.

Baru memikirkan apakah kelak di rahimnya akan tumbuh keturunan Griya Ardhana, anak dari Mahendra, pria itu tiba-tiba muncul memasuki kamarnya. Hyang Widhi! Intan hampir tak bisa bernafas saat melihat lelaki itu mendekat. Dia manusia atau Wisnu Awatara? Kenapa ruangan mendadak menjadi dingin bukan kepalang saat Mahendra datang? Sepertinya tak hanya Intan yang terpaku, bahkan para perias di sekeliling Intan mendadak terdiam melihat lelaki yang melangkah gagah menghampiri calon pengantinnya.

Mata elang Mahendra menatap tajam sanggul pusung tagel yang menghiasi kepala cantik Intan. Bunga cempaka putih nan segar menghiasi kecantikan Intan dengan sempurna. Jemari Mahendra meraih satu bunga di atas nakas dan menyelipkan ke telinga istrinya. Warna merah jambu menjalar hangat di pipi Intan karena perlakukan Mahendra.

Intan_PadmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang