[Part XIX] Manutur

5.3K 526 56
                                    

Setiap kisah adalah cerita *)

Yang ditulis Hyang Widhi

Dan harus dijalani manusia

Dengan dua pilihan arah

Baik dan buruk tergantung dari kaki melangkah

---

Tjokorda Bujana bergegas menuju kantornya setelah mendapatkan laporan terbaru dari anak buahnya. Dia ingin memastikan sendiri apakah benar ujung dari benang merah yang kusut itu sekarang telah diketemukan.

Setelah memasuki beberapa lorong dengan langkah kakinya yang lebar, lelaki itu membuka pintu salah satu ruangan dan menyeruak masuk. Benar saja, di dalam telah berdiri beberapa polisi wanita dengan posisi siaga. Seorang perempuan berambut panjang dan acak-acakan tampak terduduk di kursi dengan posisi kaki menyilang.

"Kalian tidak berhak membawaku kesini, apa tuduhan kalian kepadaku?" wanita itu menendang meja kayu di hadapannya dan memandang pria yang baru memasuki pintu.

"Banyak dakwaan yang akan ditimpakan padamu, tetapi hal yang utama, adalah penculikan. Tiga minggu yang lalu kau terbukti membawa seorang bayi keluar dari ruang isolasi Agung Hospital, bukankah begitu?"

Mereka berdua berpandangan dan Bujana tidak mendapatkan sorot mata penyesalan dalam pandangan si wanita. Justru wanita itu tertawa terbahak dan meludah ke lantai.

"Tuduhan yang tidak berdasar, kau tidak bisa membuktikan apapun..." wanita itu memandang tag name yang berada di seragam si pria. "...tuan Bujana! Ah, kau...kaki tangan Mahendra, bukan? Lelaki itu...selalu saja menyalahkanku akan kemalangan yang menimpa dirinya. Padahal apa yang terjadi dalam hidupnya itu karena dia menikahi wanita yang salah, wanita pembawa sial yang selalu membuat hidupnya menderita. Seandainya saja dia menikah denganku, maka hidupnya tidak akan semalang ini..."

"Dayu Kirani, kau sudah tidak bisa menyangkal, kami memiliki bukti CCTV. Aku tidak tahu apakah sebenarnya kau telah merencanakan semua dengan baik, untuk menculik anak itu, seperti kau melakukan kejahatan besar terhadap ayahmu sendiri, Tugus Antara Wiratha. Kau bahkan tega hendak menghabisi nyawa ayahmu, karena itu aku yakin penculikan bayi itu juga telah kau rencanakan..."

Dahi Kirani mengernyit. "Penculikan ayahku? Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti setiap kata yang kau ucapkan!"

Bujana mendengkus kesal.

"Kau terbukti nyaris menyiram wajah Dayu Intan dengan air keras, kemudian saat dia hendak melangsungkan pernikahan, kau tega menuduh Mahendra melakukan perkosaan terhadap dirimu dan nyaris menggagalkan pernikahan mereka. Setelah itu kau tega berpura-pura menculik ayahmu untuk mengacaukan acara Magedong-gedongan yang diadakan di Griya Ardhana. Intan mengalami shock sehingga melahirkan bayinya secara prematur dan entah bagaimana kau mengetahui keberadaan bayinya dan menculiknya. Bukankah analisisku ini tepat, Dayu?"

"Aku tidak merencanakan penculikan ayahku, juga tidak merencanakan penculikan bayi itu. Semua tuduhanmu tidak berdasar, Bujana!"

Kirani mendengkus dan menatap langit-langit.

Tidak ada yang direncanakan, itu memang benar. Semua terjadi begitu saja. Setelah melahirkan bayinya, dia merasa shock karena mendengar pembicaraan Raka, suaminya dengan dokter yang menanganinya.

"Bayi anda, selain berat badannya yang kurang, juga mengalami beberapa masalah. Kami khawatir, terjadi sesuatu pada matanya dan dia mengalami gangguan penglihatan..."

"Apakah bayi kami...buta, dok?"

"Sepertinya demikian, kita akan lihat perkembangannya nanti, apakah kondisi ini bisa kita minimalisir atau tidak. Sementara kami minta anda bersabar, pak...mohon maaf sebelumnya kami harus segera mengkonfirmasikan ini kepada orangtuanya supaya kami bisa segera menanganinya..."

Intan_PadmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang