[Part X] Sakanti

4.1K 476 27
                                    

*)Kemilau kecantikan

Seandainya semua gadis menyadari

Cantik berasal dari dalam diri

Seperti mutiara terjaga oleh cangkangnya

Tak tersentuh sembarang tangan

Kemilau yang langka

Membuatnya berharga

---

Satu bulan berjalan begitu cepat bagi banyak orang, tapi bagi Mahendra, penantiannya serasa satu abad. Griya Ardhana bersiap untuk upacara adat yang akan berlangsung tiga hari lagi. Menunggu waktu yang tepat saat purnamasidi. Rumah besar itu sudah begitu ramai dengan kehadiran para kerabat yang membantu membuat persiapan ataupun sekedar bercengkerama sebagai satu klan leluhur kalangan bangsawan kelas atas. Siapapun mengenal Agung Ardhana sebagai pria terhormat, suatu kehormatan pula bisa hadir di Griya Ardhana memenuhi undangannya. Beberapa kerabat bahkan menyumbang berbagai keperluan yang mulai memenuhi gudang Griya. Truk-truk mulai berdatangan membawa kelapa, beras dan banyak keperluan lainnya. Para ibu nanti akan mengolah bahan makanan secara tradisional dan menyusun dalam baki-baki indah yang telah dirangkai beberapa hari sebelumnya. Walaupun bisa menggunakan jasa catering hotel yang praktis, tapi Ardhana menghormati tata cara warisan leluhur dan berusaha menepati segala aturan yang harus ditempuh dalam pernikahan adat yang akan dilangsungkan Griya, apalagi Mahendra adalah anak tunggal. Masih berpuluh tahun lagi bisa mengadakan upacara sebesar ini di Griya Ardhana. Kenanga bahkan telah menyusun daftar panjang pekerjaan persiapan yang tak satupun ditolak Ardhana, dia mempercayai Ratunya. Tentu istrinya sudah lama menantikan ini, karena menggiring Mahendra sampai tahap pernikahan memang bisa dibilang sulit.

Melihat Mahendra termangu gelisah karena tidak diperbolehkan bertemu Intan beberapa hari kedepan, membuat Kenanga tersenyum. Intan memang sedang menjalani berbagai ritual perawatan sebelum pernikahan. Para gadis menemani Intan di kamar yang disediakan untuknya dan membantu melumuri tubuh gadis itu dengan lulur alami untuk menghaluskan dan mengencangkan kulitnya.

"Sudah Gus, jangan berdiri gelisah seperti itu, tidak akan ada denawa yang menculik Intan di hari pernikahannya..." Kenanga tersenyum ke arah putranya. "Karena kau adalah sang denawa itu sendiri, bukan? Kisah kalian tak seperti Rama dan Shinta, tapi kegelisahanmu seperti Rahwana..."

Mahendra tersenyum. "Ahh, ibu tega mengatakan tiang seperti raja Alengka?"

Kenanga menggelengkan kepala geli seraya berujar. "Pria mana lagi yang menunggu jodohnya sejak saat gadis itu dilahirkan? Rahwana mengincar Sinta sejak gadis itu masih bayi, menanti Widowati menitis pada Putri raja Janaka..."

Saat beberapa kali bertemu Antara Wirata, Kenanga yang penasaran tentang apa yang membuat Mahendra akhirnya memutuskan mengakhiri masa lajangnya dibuat terkejut dengan penuturan Antara tentang masa lalu Mahendra dan Intan. Misteri darimana Mahendra mendapatkan kalung teratai yang selalu dipakainya sejak pulang dari menuntut ilmu di Jawa terjawab sudah.

"Pernikahan tiang tak seperti pernikahan adat pada umumnya, tapi kenapa ibu tak terlihat gusar? Apakah belum ada yang bergunjing tentang hubungan tiang dengan Intan Prameswari?"

Kenanga tersenyum penuh kemenangan dan mengambil sebuah amplop putih yang berada di balik stagennya. "Itulah kenapa beberapa waktu lalu ibu membawa Intan ke dokter di Sanglah. Ibu beralasan membutuhkan surat keterangan ini untuk melangsungkan pesta pernikahan, dengan surat sakti ini, tak ada mulut nyinyir yang berani mengatakan pernikahan dadakan ini terjadi karena kecelakaan. Ibu juga tak mau nama baikmu dipertaruhkan..."

Mahendra penasaran dengan surat itu dan membacanya. Melihat keterangan resmi pada surat membuat lelaki itu tertawa.

"Ibu memang cerdik...tiang bahkan tidak terfikir membuat surat keterangan keperawanan untuk Intan."

Intan_PadmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang