9

333 25 2
                                    

KEANA POV

Kusambut pagi yang cerah dengan senyum merekah. Menjalani rutinitas pagi. Lagi dan lagi. Semua sudah tidak seindah dulu. Kalau dulu bangun pagi masih bisa nonton tv. Lah ini?boro-boro nontov tv. Bangun mah langsung mandi terus capcus pergi. Bukan pergi keluyuran tapi ini adalah tugas negara. Tugas yang wajib dikerjakan. Mau tidak mau. Penasaran gak sama tugasnya? Gak? Yaudahlah ya. Tapi gue tetep jawab kok. Tugas negara yang gue maksud adalah Sekolah. Ya bagi gue itu tugas negara.

"KEANA BANGUN!!!!!!" Teriak emak gue dari dapur. Biasalah emak pagi-pagi. Udah rempong.

"Iya ma. Kea udah bangun kok. " jawab gue yang langsung lari menuju dapur.
Mama mulai mengendus-ngendus. Pasti mau ada komentar nggak sedap.

"Uhhh..bau banget. Anak gadis jam segini belom mandi. Sungguh memalukan. " Komentar mama pada gue. Tuh kan bener tebakan gue pasti komentar yang dilontarkan mama nggak sedap.

"Mama jahat ih. Ngatain anak sendiri. " balasku cemberut. Masih sebal dengan komentar mama. Namanya juga baru bangun.

"Lah mending ngatain anak sendiri daripada ngatain anak orang. Bisa ditimpuk dong. " Tutur mama dengan cengiran lebarnya.
Emak gue bisa aja deh.

"Duh pagi-pagi udah berisik. Ganggu gue bobo aja. " tutur El yang sudah menuruni tangga menuju dapur dengan muka bantalnya.

"Kamu juga jam segini baru bangun. Kalian berdua emang bener-bener" omel mama yang memekakkan gendang telinga. Dan langsung menjewer, menyubit, menyeret menuju kamar mandi.

Duh sakit anakmu mak.

"MAMA...Sakit tau ma" teriakku dan El kompak.

"Kalian berdua bener-bener kompak. Tumben banget dah, kalo teriak sekali lagi. Mama bakal lebih parah. " Mama semakin mengeratkan jewerannya.
Kalo bukan emak gue. Udah gue cabik-cabik dah. Gadeng canda doang.

"Sana mandi. Bau tai ayam " usir mama dari belakang.

"Lah bentar ngapa mak. Hayati lelah"
Bukan suara gue beneran deh. Suaranya berat gitu. Tau kan itu suara siapa? Pasti El lah. Nggak mungkin juga papa. Papa mah pagi buta udah berangkat ngantor. Jadi kalo pagi udah nggak ketemu.

"Dek lo malu-maluin kaum lelaki aja. Suara lo lebay amat. Gue yang cewek nggak gitu-gitu amat dah" jelasku mengomentari suaranya yang lebaynya nggak perlu dijelasin.

"Cogan mah bebas"

"Siapa yang bilang lo cogan? "

"Yang bilang? Ngga keitung deh. Karena saking banyaknya. "

"KePD-an banget. Jangan sok kegantengan deh. Dicabut baru tahu rasa lo. " aku berjalan melalui El dan bergegas menuju kamar mandi

"Buset punya kakak gitu amat bilangnya. Kalo bukan kakak gue udah gue cabik-cabik dah. " aku hanya mendengarkan ocehannya nggak berniat membalas. Bisa-bisa terlambat aku.

TTTIIIIINNN

Bunyi suara klakson membuatku menoleh ke belakang. Siapa orang yang pagi-pagi begini bunyiin klakson?
"Pagi Kea." sapanya padaku.

Apaan banget deh ni orang

"Lo siapa ya? "

"Lo lupa sama gue? Gue yang kemarin di taman itu loh. "

Aku berpikir sejenak. Mencoba mengingat-ngingat.

"Oh" jawabku seadanya. Emang mau jawab apalagi?

"Mau bareng nggak? Jarang lo ada cowok ganteng nan baik seperti gue nawarin tumpangan."
Kenapa semua cowok selalu kePDan banget si.

"Siapa bilang lo ganteng? Makasih tumpangannya. Gue nggak butuh." Teriakku meninggalkan cowok itu.

"Beneran?ntar nyesel. Jam berapa sekarang?"

Nggak nyesel. Batinku dalam hati. Namun tak urung aku melihat arloji.
Ya Tuhan ternyata udah jam 7 kurang seperempat. Kalo cari bus pasti telat. Tapi masa harus nebeng orang ini ih gengsilah ya. Tapi kalo naik bus keburu telat nungguin busnya. Mau nggak mau deh.

"Gimana? Mau nggak? Gue duluan yah. Bye"

"Eh tunggu. Ya deh gue nebeng. Nanti biaya transportnya gue ganti." tutur yang sudah duduk dikursi penumpang.

"Eh nyet ngapa duduk disitu. Lo kira gue sopir lo apa? Pindah ato gue seret? " ancamnya padaku.
Nggak ada sejarahnya ya seorang Keana Aghnilla diseret-seret orang tak dikenal. Mungkin kalo mama sih pernah. Hehehe
Aku pun menuruti perintahnya. Duduk disampingnya.

"Gitu kan cantik. "

BLUSH!

Kenapa blushing segala sih. Malu-maluin.
"Kenapa blushing? " tanyanya memperhatikan wajahku yang memerah.

"Disini panas" jawabku sambil mengipasi diriku yang sebenarnya tidak panas.

"Tinggal bilang malu aja gengsi" ucapnya to the point.

Bener-bener anjuu ini orang.

"Udah sampai tuan putri" ucapnya membuyarkan lamunanku.

Cepet banget. Perasaan baru aja gua naik mobil.

"Keana? Hallo. Lo betah ya ternyata lama-lama sama gue. "

"Serah" setelah mengucapkan itu aku langsung ngacir pergi meninggalkan cowok tadi.

Saat sampai di kelas. Ternyata kelas udah rame kek pasar.

"Lo kemana aja? Gue kangen tau nggak? " Teriak Aleta padaku. Aku baru saja ingin menaruh tas. Namun udah disambar curut satu ini.

"Lebay lo ah. Kemarin juga ketemu. "

"Eh Ke lo tau nggak anak baru yang kemarin? "

"Nggak. Emang ada? "

"Duh dodol. Lo kemarin kemana aja? Cogan tau Ke? "

"Masa? Yang mana? Manu rios? Alvaro mel? Shawn mendes? Cameron? Greyson Chance?" tanyaku antusias

Aleta menunjuk salah satu cowok dari sekian banyak cowok di kelas.
"Itu. Namanya Devano Addison K. "

"What? Pardon me?!"

"Bolot banget sih. Itu lo yang barusan sampe kelas. "

Oh jadi dia anak baru toh. Pantesan

"Hmm. Gak terlalu menarik. Cakepan juga bebeb gue Manu Rios"

"Please deh Kea. Manu Rios nggak ada disini. Tau lo idup aja enggak. Apalagi tau lo. Jangan mimpi deh"

Njirr ngejleb sekali..

"Bodo penting gue happy"

"Serah lo deh. Semerdeka lo aja"

Bel masuk sudah berbunyi. Saatnya kita bertempur dengan berbagai macam mata pelajaran yang disertai soal-soal yang membuat kepala nut-nutan.









Hola gue update lagi nih. Nggak ada comment gitu? Atau ucapan juga nggak papa. Nggak ada? Ya udahlah.
Saran gue votcommnya jangan lupa. Selalu gue tunggu kok. Jangan jadi silent readers mulu.
😉😉😉😄😄😄

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang