Mata bulat gadis itu mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin. Dimana ada satu tangan yang membekap mulutnya hingga tak sadarkan diri.
"Kau sudah bangun ternyata anak manis?" sapa suara yang terasa familiar
Matanya terbelalak kaget ketika mendapati Kenneth berdiri di ambang pintu.
"Ken, lo ngapain disini?" tanyanya dengan suara agak parau
"Loh terserah gue lah, ini kan rumah gue."
Kontan Keana langsung membelalakkan mata, menyadari jika ini bukan kamarnya. Tentu saja, bagaimana mungkin kamarnya penuh dengan poster band rock, dan sepak bola. Apalagi sprei yang digunakan, semua tak luput kaitannya dengan bola dan grup band.
"Kenapa aku bisa ada disini?" tanyanya heran
"Karena aku nyulik kamu, biar kamu ada disini." jawab Kenneth sambil melangkah mendekati Keana
"Lo gak seharusnya memasang ekspresi kaya gitu sama gue. Pasang ekspresi berbinarlah." ujar Kenneth dengan nada seperti om-om genit
"Amit-amit masang ekspresi kaya gitu. Ogah!" balas Keana tajam
"Lo gitu ya sekarang sama gue." ucap Ken dengan nada alay yang dibuat-buat
"Sejak kapan lo jadi alay gini?" tanya Keana acuh
"Sejak lo pacaran sama Devan"
"Kenneth, gue gak pacaran sama Devan,"
"Terus apa? Oh iya tunangan." jawab Ken santai
Keana hampir lupa dengan persiapan tunangannya dengan Devan kalau saja Kenneth tidak melontar kata 'tunangan'.
"Lo kira gue gak tahu? Gue tahu semuanya. Semuanya." ulangnya tak urung membuat Keana terbelalak"Asal lo tahu, Devan itu sepupu gue. Gak mungkinkan kalau gue gak tahu, apalagi mamanya suka banget koar-koar ga jelas gitu," jelas Kenneth lagi
jleb
'Kenapa Devan bisa sepupuan sama Kenneth?'
"Kenapa diam? Lo kaget?"
Keana menggeleng pelan, namun gerakan kepalanya tak sejalan dengan hatinya."Gue pengen pulang Ken,"
"Siapa elo nyuruh-nyuruh gue." sekarang ucapannya kemarin dibalik oleh Ken dengan mudah
"Kalo gitu gue bisa pulang sendiri." tekad Keana
"Emang lo bawa uang?" tanya Ken yang lagi-lagi membuat Keana kaget
"Gue kemarin bawa tas, ada dompetnya di dalam. Mana tas gue?"
"Udah dibuang, jelek sih" jawab Ken enteng
"Yaudah gue pulang jalan kaki aja." putusnya pasrah akan keadaan. Namun ingatan kembali pada iPhone yang ada di dalam tas selempangnya
"Kenneth, di tas gue ada handphonenya. Dan elo seenaknya buang tas gue sembarangan. Lo kira tas gue sampah?" teriak Keana dengan emosi yang mengepul diubun-ubun
"B aja kali, tas butut juga." jawab Ken acuh lalu pergi meninggalkan Keana
"Dasar MANTAN sialan." ucapnya penuh penekanan pada kata mantan
Daripada repot ngurusin tas yang dibuang, lebih baik menonton tv saja. Menyegarkan otaknya.
***
Nada sambung telepon genggam itu terdengar nyaring, membuat sang empunya menghentikan pekerjaannya.
"Halo, lo dimana sekarang?" tanya Devan dari seberang
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises
Teen FictionLebih baik tidak berjanji daripada harus memenuhi janji yang belum tentu akan ditepati. -Keana Aghnilla Henzie- Diam bukan berarti tidak tahu apa-apa. -Devano Addison K.- Nggak selamanya yang buruk selalu buruk begitupun yang baik nggak selamanya se...