14

260 24 0
                                    

Gilak apa ya? Masa gue disuruh bawa pacar. Tantangan macam apa itu?

"Tante, tantangannya horor amat sih. Ngeri deh." jawabku pada akhirnya. Setelah melalui banyak proses pemilihan kata yang baik dan benar.

"Halah bilang aja nggak punya pacar atau nggak berani."

"Hei siapa bilang?Dia berani kok." ucap mama membelaku namun justru menjerumuskanku.

"Mama ngomong apa sih. Gak ngerti lagi aku mah." bisikku seketika ditelinga mama.

"Udahlah tenang aja mama udah atur semuanya kok."

"Jangan bilang kalo..." tebakku namun masih aku gantung.

"Yap tebakkan kamu benar. Karena Devano yang akan menjadi pacar kamu."

"Aduh mama. Yang ganteng dikit kek. Atau yang baik gitu. Ya kali dia mau." keluhku pada mama yang seenak jidatnya menggunakan Devan seperti alat. Oh ralat, itu terkesan gue nggak suka kalo Devan diperalat. Ganti, bukannya gue nggak suka diperalat tapi kenapa harus Devan?

"Ya jelas mau lah. Dia kan calon tunangan kamu."

GUBRAK...!!!

"Oh Tuhan, kenapa harus Devan coba?"

"Karena mungkin dia jodoh yang pas buat kamu."

Serah mama deh.

"Gimana jadinya?" lanjut tante Gladys meminta kepastian.

Baru saja aku ingin menjawab, langsung diserobot oleh mama.

"Jadi dong, minggu depan ya. Sekalian kenalin calon tunangannya Kea."

Oh God. What must i do?

"Ya sudah kalau begitu lanjut putar botolnya."

Aku memutar botolnya dan putaran itu berhenti di...

Jeng jeng jeng

Berhenti di El.

Aku langsung mengeluarkan smirk ala-ala nggak jelas.

Gue laporin lo ke semuanya.

"Truth or Dare?"

"Dare." jawabnya lantang menggetarkan seluruh bumi halaman belakang ini.

"Biasa aja kali. Lebay amat." komentarku pada El.

"Jelas harus luar biasa, kan gue laki."

"Nah kalo lo laki buktiin dong. Kalo lo berani nangkap ayam." tantangku yang mungkin akan ditolak mentah-mentah.

Fyi, El ini phobia sama ayam. Ngeliat ayam aja kaya ngeliat setan. Langsung lari ketakutan.Gue bener-bener heran dengan makhluk satu itu. Padahal dia sering makan ayam.

Aku kembali menggeser tempat dudukku. Yang tadinya disebelah mama, menjadi disebelah El.

"Gimana?" tanyaku penuh harap.
Namun El tetap diam tak berkutik sama sekali.

Seluruh keluarga yang ada di halaman belakang juga bingung. Ada apa dengan El. Karena biasanya El anti diam. Ngeliat El diam itu kaya ngeliat keajaiban dunia.

El berdiri dan menatap semuanya satu persatu. Dan tatapan terakhirnya tertuju padaku.

Please gue gak mau perang saat ini. Gue cuma mau iseng aja.

"Lo ikut gue." ucapnya lalu menarik tanganku. Meninggalkan seluruh keluarga yang ada di halaman.

Ini kenapa gak ada yang nolongin gue. El itu kalo ngamuk brutal tau.

"Kemana sih? Lo selalu deh menang sendiri. Apa ini karena dare gue? Bilang aja. Nggak usah narik-narik segala kan bisa." serbuku langsung pada El yang kini sudah melepaskan tanganku.

"Lo kenapa sih kak, pake bilang dare konyol kaya gitu. Udah tau gue takut sama ayam. Eh lo malah nyuruh gue nangkep ayam. Kan gue jadi malu." ucapnya sarat akan nada ketakutan. Ku kira ia bakal marah-marah nggak jelas dan membanting perabotan.

"Ya kan juga demi kebaikan lo juga. Nggak selamanya lo bakal phobia ayam kan?"

"Iya sih. Tapi nggak sekarang juga. Gue belum siap."

"Terus kapan lo siap? Macarin cewe aja lo siap. Padahal cewe sama ayam ganasan cewe lo."

"Serah. Pokoknya jangan sekarang."

Langsung ku cubit pinggangnya. Sampai menimbulkan bekas merah.

"Aadduuhh.." teriaknya mengaduh kesakitan, namun aku biarkan saja.

"Pokoknya lo harus berani. Gue temenin deh. Atau mau ditemenin pacar, selingkuhan, calon masa depan lo, sendirian juga boleh. Yang penting lo harus nangkap itu ayam. Terus dipotong lalu dimakan deh." Jelasku

Akhirnya permainan ToD itu selesai. Gue harus memikirkan bagaimana caranya ngenalin pacar gue ke keluarga besar. Dan El harus melaksanakan darenya. Mau nggak mau suka nggak suka dia harus menangkap ayam lalu dipotong.


****

Aku berjalan memasuki gerbang sekolah melewati koridor yang sepi . Menuju kelas tercintaku. Aku memasuki kelas sambil bersenandung kecil namun ketika sampai pintu, langkahku dihadang oleh chilli-chilli.

"Dasar cewe kegatelan. Bisanya cuma caper sama cowok." Sentak chilli tersebut.

Sontak aku langsung memundurkan langkahku. Menjaga jarak aman dari chilli yang tak ku kenal tersebut.

"Heh kalo ada orang ngomong itu diperhatiin. Jangan diem aja." dia memajukan langkahnya menjadi 10 cm di depanku.

Ini orang kenapa coba? Butuh perhatian banget kayanya. Itu tadi ngemis-ngemis. Kasihan banget. Batinku dalam hati.

"Punya mulut nggak sih lo. Kalo ada orang ngomong itu dijawab." ucapnya mulai mendorongku.

Siapa sih sebenarnya orang ini. Pake main fisik lagi. Gue udah nggak bisa nahan amarah lagi.

"Ada apa ini kenapa ribut-ribut?" tiba-tiba ada suara di belakangku. Sontak aku langsung melihat siapa yang menengahi pertengkaran sengit tersebut.

JENG JENG JENG

Ternyata yang datang adalah Devano pemirsa. Luar biasa! He's ma savior. Hahaha

"Loh kok kak Devan disini?" lanjutnya dengan muka terkejut yang dibuat-buat sok imut.

"Ya emang kenapa? Ini kan kelas gue. Ya terserah gue dong. Not ur bussiness" ucap Devan datar.

"Oalah gitu? Yaudah kalo gitu aku permisi dulu. Bye kak." pamitnya sambil mengedipkan sebelah mata. Ewh

Namun berhenti lagi.

"Inget urusan kita belom kelar. Bye bitch." ucapnya lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan kelasku.

"Lo nggak papa kan?"





Hola gw apdet lagi. Gimana ceritanya? Vote comment kalo udah selesai baca. Jangan siders mulu. 😰😰😰
















PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang