"Lo nggak papa?" ucap Devan yang sudah berdiri di depanku.
"Emm.. Gue nggak papa kok."
"Tadi itu siapa?" tanya Devan
"Gak tau. Kenal aja nggak. Tapi kok dia kenal sama elo sih"
"Oh gitu. Gue juga gak ngerti. Biasalah gue kan most wanted. Jadi fans gue bertebaran dimana-mana." jelasnya santai
"PD amat lo. Fans bertebaran aja bangga." kekehku pada Devan.
Sekarang aku dan Devan sudah duduk di bangku masing-masing. Guru yang mengajar pun sudah datang. Saatnya berjuang dengan unsur senyawa kimia yang membuat kepala serasa mau pecah saat itu juga,
"Hari ini karena babnya sudah habis. Jadi kita tidak pelajaran" Teriak guru dari depan agar dapat didengar para murid
"Yes" sorakku gembira dalam hati
"Tapi kita ada ulangan. Barangsiapa yang nilainya dibawah rata-rata maka ia akan mendapatkan tugas tambahan."
Semua anak di dalam kelas menghela napas kasar. Beliau memang begitu pertama suka gantungin suasana. Kalo nilai nggak memuaskan tugas tambahan. Hell ini kelas 12 SMA apa mahasiswa sih? Tugas kok banyak amat. Dikit-dikit ulangan, dikit-dikit tugas, Bener juga sih gurunya biar anak-anak itu rajin dan gak kaget kalo menghadapi nanti di univertas. Tapi kan kita manusia bukan robot.
"Yah, nggak asik bu guru." Sorak satu kelas mulai ramai
"Sudah-sudah sekarang kalian saya beri waktu 20 menit untuk belajar!"
Gue langsung cepat-cepat membuka lembar demi lembar buku kimia yang selama ini cuma dianggurin. Dibuka kalo pas pelajaran doang. Gue bingung mau belajar yang mana duluan. Alhasil gue dan temen-temen bagi tugas. Gue belajar bab 1, Aleta bab 2, Michelle bab 3, Jennie bab 4 dan Sarah bab 5. Setelah bagi tugas. Semuanya fokus ke buku masing-masing. Memanfaatkan 20 menit dengan sebaik mungkin.
"Siapkan 1 lembar kertas dan pena." Komando bu Retno dari depan.
"Unsur periode ketiga yang bersifat metaloid adalah..." ucapnya lantang agar terdengar seisi kelas
Hayoloh apalagi itu?
Gue pun jawab sebisa gue aja. Bodo yang penting nanti tuker pikiran.
"Reaksi penggabungan inti-inti atom ringan menjadi inti atom yang lebih berat dinamakan reaksi..."
Aha. Gue tau jawabannya. Yaitu reaksi fusi
Pertanyaan demi pertanyaan akhirya berlalu. Tak terasa sudah waktunya istirahat. Setelah gurunya salam. Gue dan teman yang lain langsung ngibrit ke kantin. Kalo ke kantin ini harus waspada dan berhati-hati.
Karena kalo orang lagi laper, bisa menjadi ganas dan tak terbayangkan. Pernah suatu ketika gue ke kantin sendirian gara-gara Michelle lagi mager. Kantin saat itu lagi ramai-ramainya. Jadi sekuat tenaga gue menembus segerombolan orang yang antri. Gue langsung nyelip diantara mereka. Sontak orang yang keselip tadi langsung memarahi gue dengan muka-muka sangar. Gimana nggak sangar coba. Badan besar dan berisi, berotot pula. Apalagi mukanya yang kelewat sangar. Langsung membuat nyali gue menciut seketika. Kalo kelindes dia ntar gue gimana?
Back to the world
Gue dan teman-teman langsung memilih tempat duduk paling pojok. Biar enak gitu kalo mau curhat-curhatan.
"Eh lo semua harus bantuin gue. Urgent banget ini." ujarku penuh ketidaksabaran.
"Tenang dulu dong. Bantuin apa?" jawab Michelle yang lekas duduk dikursi depanku.
"Gini ya. Gue kan kemarin main ToD sekeluarga besar. Nah gue dapet dare. Darenya itu harus ngenalin pacar gue ke keluarga besar. Kalian tau sendiri kan kalo gue nggak punya pacar. Nah mama gue dengan seenak udelnya. Mau ngenalin Devano sebagai pacar sekaligus calon tunangan gue. Gue bener-bener frustasi." aku mengakhiri penjelasan panjang lebar kali tinggiku itu.
"APA?!? Uh so sweet banget." Serbu Michelle
"Hmm. Gimana ya?" jawab Jennie tampak berpikir keras.
"Ya lo bawa Devan aja. Cowok most wanted kek gitu lo anggurin? Nyesel nantinya. Apalagi mama lo udah setuju." serobot Aleta tiba-tiba.
Aku langsung membenarkan posisi senyaman mungkin. Ini mungkin membutuh waktu yang cukup lama.
"Menurut lo gimana?" tanya Sarah padaku
Ini anak ditanya malah balik tanya. Sabar sabar
"Duh gue bingung."
"Jangan dibawa bingung. Ntar stress" ucap suara yang kini sudah duduk disampingku menggeser Aleta yang tadinya duduk disampingku.
"Nggak sopan ya lo. Mengganggu quality time gue sama temen-temen." cerocosku mulai mengomelinya.
"Coba deh lo liat. Semua meja disana penuh. Cuma meja ini doang sisa satu kursi. Gue gak mau nyia-nyiain kesempatan yang ada. Jadi gue duduk disini deh. Sebelum keduluan orang lain." jelasnya panjang lebar dan santai
"Tapi kan ini tempat cewek-cewek. Lo cowok sendiri. Nggak malu apa?"
"Buat apa malu? Toh ini hidup gue. Ngapain ngurusin omongan orang sirik? Apalagi disini ada elo. Tambah semangat lah gue."
BLUSH
Ini yang paling nggak gue suka. Selalu blushing disaat yang tidak tepat.
"Cie..cie..aih so sweet" sorak anak-anak yang semeja denganku.
Aku berdecak sebal. "Devan tai. Modus doang."
"Serah lo deh kalo gak percaya." Ia langsung memakan bakso di depannya.
"Hish, sebel gue mah. Nggak jadi cerita gara-gara ada curut disini." ucapnya setengah berteriak menyindir Devan agar hengkang dari tempatnya.
"Lo nyindir gue?"
"Gak tuh. Lo merasa?"
"Ya. Elo kalo mau ngomong ya ngomong aja gak usah pake kode-kode nyindir gitu."
"Ih GR banget lo."
"Udah-udah kalian ini. Udah gede juga." Lerai Aleta.
"Dia duluan nih." jawab Devan menunjuk ke arahku.
Aku yang tidak terima langsung saja ku injak sepatunya. Bodo amat yang penting gue seneng.
"Oh lo mulai main fisik ya. Sorry aja ya. Gue bukan cowok yang beraninya sama cewek."
Emosiku sudah benar-benar memuncak. Bullshit banget dia.
"Omdo." sergahku cepat.
Teman-teman yang melihatku hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat aksiku dan Devan.
Tinggalin jejak ya kalo baca. Jangan jadi siders. Love u so much😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises
Teen FictionLebih baik tidak berjanji daripada harus memenuhi janji yang belum tentu akan ditepati. -Keana Aghnilla Henzie- Diam bukan berarti tidak tahu apa-apa. -Devano Addison K.- Nggak selamanya yang buruk selalu buruk begitupun yang baik nggak selamanya se...