27

193 14 0
                                    

Keesokan harinya seperti hari-hari biasanya. Semua orang menjalani aktivitas mereka sendiri. Biasanya setiap pagi Keana selalu adu mulut dengan El namun pagi ini entah dapat dorongan darimana keduanya sama-sama diam. Tak ada yang berniat memulai duluan. Kedua orang tuanya saja sampai heran dengan tingkah laku keduanya.

"Pa, ma Keana berangkat duluan." pamitnya membuyarkan lamunan orang tuanya

"Gak bareng El aja Ke? " tawar sang mama

"Keana naik taksi aja" putusnya lalu mencium tangan kedua orang tuanya

"Yaudah hati-hati"

Gadis itu perlahan meninggalkan rumahnya menuju sekolahnya. Namun malangnya, daritadi ia memesan taksi tidak ada respon sama sekali. El yang saat itu baru keluar dari garasi melihat kakaknya berdiri di depan pintu gerbang sendirian, merasa bersalah. Seharusnya ia tak mengatakan kalimat seperti itu tadi malam.

Dengan hati yang mantap, ia memberanikan diri menghampiri kakaknya.

"Cepetan naik, ntar telat."

"Gak, lo duluan aja. Jemput Nadine kan?"

"Buruan naik, sebelum gue berubah pikiran,"

"Gak, duluan aja." tolak Keana

"Mau sampai kapan lo nungguin taksi juga, gak bakalan ada. Udah buruan naik." 

"Lah nanti si Nadine gimana? Gue gak mau ya jadi obat nyamuk, apalagi semobil sama dia."

"Gak bakal, gue gak akan jemput Nadine."

Daripada berdebat dengan El, ia langsung menduduki kursi pengemudi.

"Minggir, gue aja yang nyetir." pinta Keana namun tidak digubris oleh El

"Gak, lo bawa mobilnya lambat banget, kapan nyampenya?" tolak El masih tetap pada posisinya

"Gue pengen bawa mobil, hari ini aja El, plis!" mohonnya dengan jurus puppy eyes

"Noh, cepetan nyetir. Gue duduk dikursi penumpang aja."

Setelah menempuh perjalanan yang cukup singkat, sampai mereka pada halaman sekolah SMA MOORE.

"Bye El, jangan lupa makan ya." ucap Keana lalu meninggalkan El menuju kelasnya

El bergidik ngeri melihat kelakuan kakaknya. Kesambet setan apa tadi? Perasaan dari rumah tadi sikapnya murung, atau itu tadi suatu bentuk kamuflase agar orang lain tidak mengetahui kesedihannya. Lebih baik ia menuju ke kelasnya dari pada memikirkan sikap kakaknya.

"Ke, tadi lo dicariin Miranda CS." ucap salah seorang teman sekelas Keana

'Anak itu bener-bener gak tahu sopan santun ya. Adek kelas macam apa itu?'

"Makasih ya infonya," sahut Keana kemudian

Setelahnya Keana langsung mendudukkan diri dibangkunya. Tak lama setelah itu Aleta dan Michelle datang dengan nafas tersengal-sengal,
"Ke, gawat banget. Lo harus ke taman belakang sekolah sekarang juga. Sarah dijadiin sandera sama Miranda CS." jelas Michelle. Sontak Keana langsung menggebrak meja yang ada di depannya.

"Berani-beraninya dia ngelibatin orang yang gak tahu apa-apa. Gue mau bikin dia kapok sekapok-kapoknya!" ucap Keana penuh ambisi

"Ke taman belakang sekarang!" teriaknya pada Aleta dan Michelle

Saat sudah sampai disana mereka bertiga tidak menemukan apa-apa. 

"Mana mereka? Lo bilang tadi di taman belakang," 

"Gak tau, tadi mereka disana" jawab Michelle sambil menunjuk kursi panjang yang ada di taman itu

"Bitch, keluar lo!" teriak Keana sekencang mungkin

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang