Nada dering telepon itu terus mengalun dengan kerasnya, ditengah keheningan malam.
"Siapa sih, malam-malam gini nelpon?" gerutu gadis yang tengah bangun dari tidur lelapnya"Halo?" ucapnya masih setengah sadar
"Lo dimana sekarang?" tanya suara dari seberang
"Ini gue Devan. Please lo dimana sekarang." ulang Devan lagi
"Kenapa malam-malam gini telpon?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Lo dimana sekarang? Lo nggak apa-apa kan?" katanya terdengar khawatir.
Gadis itu hanya mendengus geli, dengan semua tingkah Devan. Untuk apa pria itu menelponnya malam-malam. Hanya untuk menanyakan keadaannya? Tapi kenapa dia kelihatan gelisah sekali.
"Gue baru aja bangun. Karena hp gue dari tadi rewel mulu. Ternyata lo toh yang telpon. I'm fine. Gue mau balik tidur dulu." ucapnya lalu langsung menutup panggilan telepon dan kembali tidur nyenyak.
Paginya, seperti biasa. Jika jam setengah 6 belum bangun. Dengan sangat terpaksa, Kinan harus membangun anaknya yang kebonya patut diacungi jempol.
Bugh!!
Gadis itu dengan santainya malah menarik kembali selimutnya. Namun Kinan tak tinggal diam. Ia malah membuang asal selimut tersebut.
Bugh!!
Kini giliran bantal yang mendarat mulus dibadan mungil tersebut.
"Hoaam," gumamnya seraya bangkit dari tidurnya
"Loh mama?" ucapnya ketika melihat mamanya berada di kamarnya sambil melipat tangan di depan dada.
"Jam berapa ini?" tanya mamanya
Ia langsung melihat jam beker di atas nakas."Jam 6 ma," jawabnya sambil menunjukkan cengiran lebarnya.
"Kamu udah ditungguin Vano dibawah. Sana cepetan mandi," perintah sang mama lalu pergi
Sambil menyiapkan keperluannya Keana terus saja mendumel tentang Devan. Untuk apa dia pagi-pagi datang ke rumahnya, kalo bukan untuk mencari muka didepan mamanya. Setelah ia bergegas untuk turun ke bawah.
Tanpa basa basi lagi ia langsung mencomot selembar roti dan minum segelas susu kemudian mengajak Devan berangkat sekolah."Ma, Kea sama Devan berangkat dulu." teriaknya pada mama yang sibuk di dapur
"Iya hati-hati." pesan sang mama yang selalu dilontarkan ketika anaknya bepergian
"Dev, nanti turunin gue dijalan aja." putusnya pada Devan
Devan hanya mengernyit bingung dengan kemauan Kea yang satu itu. Untuk apa cewek itu minta diturunkan di tengah jalan.
"Ngapain turun tengah jalan?" tanya Devan memastikan
"Pokoknya turunin ajalah"
"Kasih tahu gue alasannya apa"
"Bukan apa-apa. Gue lagi pengen olahraga aja. Itung-itung diet gitu"
"Lo bercanda? Badan kurus kaya gitu mau diet"
"Udahlah gak usah bahas postur tubuh. Pokoknya turunin gue di jalan aja."
"Gak. Pokoknya lo tetep harus disamping gue sampai nanti di sekolah"
"Siapa elo? Nyuruh-nyuruh gue?"
"Calon tunangan kan?"
"Baru juga calon, bukan suami kan?"
"Jadi lo maunya gue jadi suami lo gitu"
"Bukan gitu maksud gue, duh susah jelasin sama orang kepedean kaya lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises
Teen FictionLebih baik tidak berjanji daripada harus memenuhi janji yang belum tentu akan ditepati. -Keana Aghnilla Henzie- Diam bukan berarti tidak tahu apa-apa. -Devano Addison K.- Nggak selamanya yang buruk selalu buruk begitupun yang baik nggak selamanya se...