AUTHOR POV
Disinilah Keluarga Devan dan Keana berada, di gedung yang akan dipakai untuk pertunangan Devan dan Kea. Mereka terlihat antusias ketika memilih gedung. Berbeda dengan kedua anak muda yang hanya mengekori induknya saja. Tidak ada yang berani membuka percakapan terlebih dahulu. Baik Kea maupun Devan, mereka masih berkutat pada pikiran masing-masing.
"Dev, gue mau ngomong." mula Kea membuka percakapan
"Ngomong aja," jawab Devan
"Tapi gak disini, lo izin dulu gih."
Devan menggangguk lalu,"Ma, Pa Devan sama Kea ke depan dulu ya mau ngobrol bentar."
Kedua orang tuanya mengangguk setuju.
Setelah berada ditempat yang cukup sunyi mereka duduk disebuah bangku panjang.
"Dev, gue pengen curhat boleh?" tanya Keana
"Curhat aja, emang lo lagi ada masalah apa?" jawab Devan
"Gimana ya ngomongnya. Duh bingung gue."
"Tinggal ngomong aja, biasanya kan lo banyak omong."
"Gini, kemarin waktu gue sama temen-temen ke mall kita papasan sama Kenneth. Dan Kenneth ngelirik gue, setelah itu dia narik tangan gue ta-"
"Dia narik tangan lo?" potong Devan
"Iya, terus masa dia bilang masih cinta dan sayang sama gue. Dia pengen ngajak gue balikan." jelas Keana
Devan hanya menatap lurus Keana dalam hatinya terbesit rasa kesal campur kecewa.
"Terus lo bakal balikan sama Kenneth?" tanya Devan datar"Gak mungkinlah, ngapain mesti balikan sama orang kaya dia. Kadang kita harus belajar melepaskan agar kita tahu bagaimana rasanya kehilangan." terang Kea pada Devan
Semacam ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut Devan, ia tak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat Keana mengatakan hal itu. Itu berarti Keana semacam memberi lampu hijau baginya
"Lo udah ngambil keputusan yang tepat," ucap Devan
"Thanks ya masukkannya, tapi masih aja ada yang mengganjal dihati gue, takutnya Kenneth masih berusaha ngejar gue lagi." akunya pada Devan
Devan juga bingung dengan kemungkinan yang satu itu, sepupunya adalah tipikal orang yang susah ditebak.
"Lo was-was aja, kalau dia ngelakuin sesuatu yang menurut lo salah panggil gue aja. Gue akan selalu berada didekat lo kok." jelas Devan yang langsung membuat Keana blushing
"Lo mah baperan, dibilang gitu aja langsung blushing," komentar Devan melihat ekspresi Keana
"Lo mah suka gombal, kan jadinya gue kebaperan." balas Keana tak terima
"Yaudah, kesimpulannya. Gue emang begitu adanya dan lo ada apanya."
"Ini mah rugi jadi gue." Devan hanya terkekeh geli meanggapi
"Balik kesana yuk," ajak Keana menarik lengan Devan
"Eh, tangannya mbak." sela Devan
Reflek Keana langsung melepaskan tangan Devan
"Sorry, gue reflek tadi." terang Keana
"Bohong, pasti modus doang." goda Devan lagi
"Serah deh mau ngomong apa, gue balik kesana duluan." ucap Keana lalu berjalan mendahului Devan
"Gitu aja marah Ke, maaf deh."
"Gue maafin, tapi jangan nyebelin."
"Gue gak bisa janji untuk tidak nyebelin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises
Teen FictionLebih baik tidak berjanji daripada harus memenuhi janji yang belum tentu akan ditepati. -Keana Aghnilla Henzie- Diam bukan berarti tidak tahu apa-apa. -Devano Addison K.- Nggak selamanya yang buruk selalu buruk begitupun yang baik nggak selamanya se...