Sekelebat pikiran buruk langsung muncul dikepala cantik Keana. Ia masih ragu pada Miranda. Apakah ada orang bisa berubah dalam waktu yang singkat? Itu hanya dalam waktu 1 menit. Kalau orang lain mungkin Keana tidak akan terlalu menyangkalnya. Tapi ini Miranda, bayangkan saja.
"Devan," panggil Keana yang berada dibelakang Devan
"Kenapa sayang?" jawab Devan
"Kayaknya perasaan gue gak enak deh, mana mungkin Miranda bisa berubah secepat itu?" pikir Keana yang disetujui oleh Devan
"Bener juga Ke, Sarah? Oh iya Sarah. Kita harus cari dia sekarang sebelum sesuatu buruk terjadi." terang Devan langsung menggaet tangan Keana.
DEVANO POV
Akhirnya setelah perjalanan panjang gue dan Keana menemukan Sarah terlantar di gudang belakang sekolah. Miranda emang bener-bener sadis. Gue gak habis pikir sama anak itu, nuraninya dimana?
Tok..tok..tok
"Masuk aja," jawabku"Devan, mama mau ngomong boleh kan?" tanya mama
"Ngomong aja ma, tentang apa?"
"Gini, kita kan udah sepakat mau tunangin kamu sama Keana. Dan kamu juga udah tahu kalau tunangannya dipercepat. Kamu tolong lebih hati-hati ya. Karena feeling mama bakal ada orang yang mau memisahkan kamu sama Kea. Juga jagain Keana dari laki-laki hidung belang diluar sana." tutur mama padaku.
"Bentar deh ma. Kira-kira pihak ketiganya itu siapa?" balasku menatap mama penuh tanda tanya
"Mama gak tau juga. Menurut mama seseorang yang datang dari masa lalu kamu atau mungkin Keana." jelas mama sekali lagi
"Perasaan Kea gak punya mantan deh." gumamku
"Ya siapa tau aja, orang yang dulu pernah dekat sama Keana. Who knows Van?"
Aku menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan mama.
"Oh kalau gitu kamu buruan tidur, besok kita cari cincin buat tunangan kamu sama Kea."
'Wat de hell, besok?'
Aku hanya mengangguk patuh. Mama memutuskan keluar dari kamarku menuju kamarnya sendiri.
Hari ini saatnya bagi gue bangun pagi. Karena ucapan mama semalam mau tidak mau gue harus bangun pukul 5 pagi, biasanya jam segini gue masih bobo ganteng. Tapi gak papa lah ada untungnya juga buat gue. Bisa ketemu bidadari cantik, eh barusan gue ngomong apa sih gak terkondisikan banget mulut gue. Buat yang tau ucapan gue barusan diem aja. Ntar orangnya kegeer-an terus baper.
Gue melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang terletak di sudut kamar. Setelah selesai mandi barulah gue memilah-milah baju yang berada dilemari. Tapi gue bingung mau pake baju yang mana, tanpa pikir panjang gue cobain itu baju satu-satu. Dan pada akhirnya gue memilih kaos polo warna putih dengan celana jeans sebagai bawahannya. Saatnya bagi gue buat tampil keren depan calon mertua. Tuh kan mulai lagi mulut gue. Selalu gak terkontrol.
"Devan cepetan keluar, udah ditungguin nih." Ucap mama dari balik pintu
"Iya ma, ini Devan keluar" jawabku sambil cepat-cepat membuka pintu.
"Ya Allah, kamu ngapain aja daritadi lama banget, kaya cewek aja." keluh mama sambil melirik kamarku
"Hehehe biasa ma, anak laki-laki berantakan."
"Tapi semalam gak sekacau itu"
"Tadi kan Devan cari baju jadi gitu deh" elakku cepat
Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar penuturanku sambil melanjutkan jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises
Teen FictionLebih baik tidak berjanji daripada harus memenuhi janji yang belum tentu akan ditepati. -Keana Aghnilla Henzie- Diam bukan berarti tidak tahu apa-apa. -Devano Addison K.- Nggak selamanya yang buruk selalu buruk begitupun yang baik nggak selamanya se...