22

290 18 5
                                    

Setibanya di Bandung dengan menempuh jarak berkilo-kilo meter jauhnya, mereka langsung disuguhkan oleh pemandangan pedesaan yang indah.

"Loh pa, kita ngapain ke desa ini?" tanya El ingin tahu

"Kan mau meresmikan cabang kantor papa." jawab papa El

"Ya kali pa, cabangnya di desa. Jauh dari perkotaan. Ya kali di desa ada gedung bertingkat, pasti langsung rame." komentar El yang langsung ditolak papanya.

"Siapa yang mengajarkan kamu bersikap seperti itu? Kamu jangan terlalu meremehkan sesuatu El." tegas papanya memberi tahu.

"Emang gedungnya mana sih pa? Kok daritadi aku gak menemukan gedung sama sekali?"

"Bentar lagi. Sabar aja."

"Sabar mulu, kenyang makan sabar."

"Bisa diem gak sih lo?" teriak Keana yang baru bangun dari tidurnya.

"Rusuh aja lo." jawab El merasa terganggu

"Heh, ngaca dong. Yang rusuh siapa? yang disalahin siapa?" ucap Keana tidak terima

"Udah-udah jangan pada berantem. Yuk turun." ucap Kinan melerai mereka.

"Hah?" ucap Keana dan El bersamaan.

"Mah ngeresmiinnya disini?" tanya Keana yang sudah turun dari mobil.

"Iya. Kenapa sayang?" jawab mamanya lembut.

"Gapapa kok ma. Cuma kok cabang kantor di pedesaan?" tanya Keana lagi ingin tahu.

"Gapapa kali Ke. Sekali-kali." komentar mamanya

"Tapi dari tadi El kok gak lihat ada gedung bertingkat sih ma?" giliran El yang bertanya.

"Gak semua cabang kantor harus gedung mewah kan?" tegas mamanya penuh pengertian

"Iya. Tapi aneh aja."

"Bukan aneh kok, biasa aja. Yuk masuk ke dalam." suara dari belakang menginstruksi mereka.

"Yuk," jawab mereka serempak

Disini mereka disuguhkan berbagai pemandangan alam yang indah yang tidak mungkin ada kota. Namun penduduk desa ini juga tidak kuno-kuno amat. Buktinya, ada segerombolan remaja yang menenteng android-android masa kini. Keana mengamati mereka sekilas. Berbeda dengan El, laki-laki itu sejak tadi sibuk berselfie ria di tengah sawah. Memang pada dasarnya alay.

"El!" teriak Keana dari jauh memanggil saudaranya yang sedari tadi asyik dengan dunianya sendiri

"Apaan sih? Ganggu QT gue aja" jawab El namun kembali sibuk dengan fotonya

"Lo dipanggil bonyok. Disuruh masuk ke rumah itu" Jelas Keana sambil menunjuk rumah di seberang jalan

"Oke, bentar gue kesitu. Tungguin" jawab El lalu menghampiri Keana

Mereka berdua langsung berjalan menuju rumah diseberang jalan tersebut. Ternyata disana sudah banyak orang. Mulai dari tante Mira, om Hendrawan, tante Gladys, tante Lucy, om Hikmal, dll. Melihat sudah banyak tamu yang datang, Keana kaget.

Kenapa harus ada tante Lucy dan Gladys sih?

"Kenapa lo kak? Kok tegang gitu" tanya El melihat ekspresi kakaknya yang tiba-tiba tegang

"Itu ngapain ada tante Lucy disini? tante Gladys pula" ucap Keana ingin tahu.

"Biarin ajalah. Kan kita disini cuma nemenin papa meresmikan cabangnya."

"Lo tau kan gimana tante Gladys El?" jawab Keana masih dengan pemikiran ceteknya.

"SWAG!" jawab El menenangkan kakaknya

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang