KEANA POV
Bener-bener gila. Gue nggak kuat lama-lama kaya gini. Mama seenak udelnya aja main jodoh-jodohin. Dikira di wattpad apa main jodoh-jodohan? Ini dunia nyata man. Lagian juga udah abad 21. Ada gitu ya? Ada kok. Itu buktinya nyokap gue.
Apalagi gara-gara adanya sosok manusia kampret bin tengil bin anjay bin alay. Bin jelek. Semua deh pokoknya. Hidup gue nggak tentram lagi.Aku mengetuk-ngetukkan tangan di dashboard. Daritadi hening mulu nggak suka ah.
"Diem deh. Gue lagi fokus nyetir." bentak Devan langsung
"Nyetir ya nyetir aja. Sewot amat." balasku menatapnya tajam
"Gue lagi nggak pengen debat. Btw mau kemana ini?" tanyanya menoleh ke arahku.
"Lah tadikan lo yang ngajakin jalan. Gue tak tau." jawabku seadanya saja.
"Ya iya gue tau. Gue kira lo yang bakal milih tempatnya. Karena setiap gue ngajak jalan cewek dia yang selalu nentuin mau kemana."
"Devan lo itu kan laki-laki. Laki-laki itu diciptakan untuk jadi pemimpin. Dan lo itu harus bisa menentukan keputusan. Gimana nanti keluarga lo? Kalo calon kepala keluarganya aja nggak bisa menentukan keputusan. Oh iya kalo ngambil keputusan juga harus yang bijak. Katanya lo player. Masa nentuin arah tujuan hang out nggak ngerti? Lo player tapi mau aja ngalah sama perempuan. Gue salut. Tapi itu bentuk modusan lo doang kan?" jelasku panjang lebar dan Devan hanya menatapku dengan cengo.
"Duh, mukanya tolong dikondisikan mas." ucapku membuyarkan muka cengonya.
"Gilak. Lo dongengin gue apa? Kok ngejleb gitu dihati gue." jawabnya yang masih sibuk menyetir sambil menyalip beberapa mobil.
"Gue cuma mengeluarkan uneg-uneg gue doang. Biasa aja lah." cengirku langsung dihadiahi jitakan dikepala cantikku.
"Aww. Sakit" ringisku
"Rasain."
"Devantai beut." bisikku ditelinganya. Yang membuat dia langsung ngerem mendadak.
"Woi, lo gila apa ya? Gimana nanti kalo nabrak." ucapnya penuh emosi.
"Ya maaf."
"Yaudah mau kemana nih? Pikirin matang-matang dulu deh." usulnya yang langsung ku setujui.
"Gimana kalo ke McD?"
"Terlalu mainstream"
"Mall?"
"Bosen."
"Starbucks?"
"Males."
"Terus kemana dodol?" lagi-lagi gue dibuat kesel sama cowok ini. Dasar cowok nggak berperi kemanusiaan. Sukanya membaperi. *eh apaan deh.
"Ya tak tau lah. Emm gimana kalo kita makan es krim?" lanjutnya disela-sela emosiku yang masih betah aku tahan.
"Masa cuma makan es krim doang? Makan dulu deh baru es krim" selaku cepat
"Iya deh nyonya. Mau makan apa?" tanyanya. Duh berasa mau terbang. Ucapannya halus banget. Dewi dalam batinku menyadarkan aku. Ini mah setan. Luarnya aja angel dalamnya evil.
"Emm. Serah lo aja deh."
"Yaudah serah gue ya. Kalo makan di pinggir jalan nggak usah lebay."
"Dih. Gue bukan tipe cewek kaya modusan lo ya."
"Ok. Kita berangkat."
Devan langsung tancap gas menuju tempat yang ia tuju. Aku masih anteng duduk disampingnya. Ya jelas anteng. Orang dikacangin mulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises
Teen FictionLebih baik tidak berjanji daripada harus memenuhi janji yang belum tentu akan ditepati. -Keana Aghnilla Henzie- Diam bukan berarti tidak tahu apa-apa. -Devano Addison K.- Nggak selamanya yang buruk selalu buruk begitupun yang baik nggak selamanya se...